Tekan 🌟 sebelum membaca
Naya turun dari motor bapaknya dan berjalan melangkah ke rumahnya. Sudah satu minggu ia di perantauan. Dan hari ini lah ia kembali ke rumahnya. Kangen sekali ibunya. Baru dua langkah saja ia mendapati ibunya yang merentangkan kedua tangannya. Naya yang tahu maksud Ibunya pun berlari kecil ke arah ibunya lalu memeluknya.
"Udah satu minggu nggak ketemu Naya" ujar Bu Lila dengan tulus.
"Aelah satu minggu doang, bu" gurau Naya setelah mereka melepas pelukannya.
"Ayok makan udah ibu masakin yang banyak" ujar bu Lila seraya menggandeng Naya ke ruang makan.
"Widih restoran baru nih! Rame amat menunya" seloroh Naya saat melihat meja makannya penuh dengan berbagai macam menu. Tidak seperti biasanya.
"Acara penyambutan apa nih?" Lanjutnya.
"Acara penyambutan bencong taman lawang, kak" sahut sang adik, Dira.
"Njir lah! Fak kata gue teh" balas Naya.
"Istighfar kak, nggak boleh ngomong kasar tuh. Nanti negatif vibes loh" kata Dira lempengnya.
"Tapi yang bikin gue ngomong kasar itu elo!" seru Naya dengan gregetan.
"Astaghfirullahaladzim kamu ini berdosa banget, kamu jangan solimi. Minimal ngaca Maimunah! Ngomong sama lo juga bikin naik darah tahu!" protes Dira.
"Kok kedengarannya kurang ajar ya?" gumam Naya
"Emang fakta!"
"Ngomong sama lo juga bikin emosi! Dasar bocah!" kata Naya ngegas.
"Tuhkan ngatain dasar tua!" kata Dira tidak terima.
"Setua-tuanya gue masih tuaan nenek lo"
"Lo lupa ya? Nenek gue itu nenek lo juga"
"Ini kenapa bahas nenek-nenek sih?" serbu Dira.
"Ya lo bahas tua" kata Naya tak mau kalah.
"Ini apa sih berantem mulu. Kalau jauh aja nanyain kapan kak Naya pulang, giliran udah pulang berantem mulu" cibir bu Lila.
"Tahu! Emang kalian Jackie Chan apa" ujar Pak Rahmat yang tiba-tiba muncul. Bu Lila memegang dadanya karena kehadiran pak Rahmat yang tiba-tiba.
"Bikin kaget aja. Untung ibuk nggak jantungan" bu Lila memukul lengan suaminya.
"Udah! Sekarang Naya ganti baju setelah itu kita makan bareng" titah bu Lila. Setelahnya mereka pun makan bersama dengan canda gurau. Sederhana tapi bermakna.
--MDAM--
Di tempat lain Disa memarkirkan motornya di depan rumahnya. Dengan menenteng laundry bag yang berukuran lumayan besar -yang berisikan baju-baju kotor miliknya- ia berjalan menuju rumahnya.
"Assalamualaikum" teriaknya sambil memutar handel pintu rumahnya.
Dengan tergopoh-gopoh seorang wanita paruh baya berjalan dari samping rumahnya, masih dengan membawa pakaian basah yang akan di jemurnya.
"Walaikumsalam, anak gadis ibuk udah pulang?" tanya bu Tari, sang ibu dari Disa. Melihat sang ibu, Disa langsung mencium tangan ibunya.
"Gimana? Kamu betah?" tanya bu Tari dengan sorot mata teduh.
"Baru satu minggu bu, jadi belum kerasa kayaknya. Ya emang capek sih namanya juga anak baru pasti disuruh-suruh terus" curhat Disa.
"Yang sabar ya. Emang kerja pabrik itu harus kuat mental" bu Tari mengelus punggung anaknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/260444088-288-k245677.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi Dua Anak Manusia
General Fiction"NAYA BURUAN! LO LAMA GUE TINGGAL NIH!" teriak Disa dari luar. "IYA SABAR. KAOS KAKI GUE ILANG SEBELAH!" balas Naya. "Sabar-sabar. Pantat gue udah lebar ini lo suruh sabar mulu" gerutu Disa.