Malam harinya Naya dan Disa berniat membeli nasi goreng di depan kosan mereka. Setelah sampai di tempatnya mereka cari tempat duduk.
"Bang, beli bang" teriak Disa dari tempat duduknya.
"Beli apa?" tanya si abang bingung. Dengan cepat si abang pun menghampiri mereka.
"Nasi goreng dong, emang abang jualan apa selain nasi goreng?" jawab Disa seadanya.
"Ya nasi goreng neng, maksudnya mau nasi goreng udang, nasi goreng sosis, nasi goreng ayam, apa nasi goreng spesial?" Jelas si abang.
"Nasi goreng sosis deh bang satu sama es teh manis yak" balas Naya.
"Nasi goreng spesial deh bang satu plus es teh" tambah Disa.
"Manis nggak neng?"
"Manis" jawab Disa.
"Makasih udah bilang abang manis" ujar si abang yang diakhiri dengan senyuman.
"ES TEHNYA BANG!" jawab Disa ngegas.
"Oh kirain abang" setelahnya si abang mengambil dua porsi nasi yang akan digoreng. Tapi, tak lama ia kembali lagi menghampiri mereka.
"Oh ya, yang nasi goreng spesial telurnya mau telur ayam apa telur bebek, neng?" tanya si abang lagi.
"Lah macam martabak aja" sahut Naya.
"Ayam aja deh bang"
"Ayam nya mau yang lokal apa yang impor?"
"Lokal aja bang lokal. Gue ini pecinta produk lokal"
"Lokalnya mau yang dari Cianjur, Sukabumi, Malang apa Solo neng"
"Sukabumi bang"
"Eh stok yang dari Sukabumi lagi kosong neng yang Cilacap aja ya"
"Terus kenapa nanya kalau nggak ada bang" Disa sudah tak bisa membendung amarahnya.
"Tau, perasaan pertanyaannya nggak ada Cilacap tadi" sahut Naya kesal.
"Biar dikira perhatian neng"
"Udah buruan bikinin bang, udah laper banget ini"
"Siap-siap neng" katanya lalu pergi meninggalkan Naya dan Disa, namun selang beberapa detik kemudian Bang Taro balik lagi.
"Neng telurnya mau dari ayam jantan apa yang betina?"
"Bang telur ayam Swedia yang bencong ada bang?" cibir Disa.
"Kalau itu mas-"
"Bang lo jualan nasi goreng apa lo yang gue goreng?" Sahut Naya.
"Ampun neng abang belum nikah"
"Lah sama"
"Ya udah hayuk!"
"Hah"
"Buru bang! Atau kita nggak jadi beli nih?"
"Ampun juragan!"
Setelahnya si abang fokus untuk menggoreng nasi goreng. Sedangkan dua anak itu fokus dengan handphone masing-masing. Naya mencoba untuk meneruskan ceritanya yang belum selesai. Naya ini hobi menulis cerita.
"Naya lo serius nggak mau kuliah?" tanya Disa ditengah-tengah kegiatan mereka.
"Udah berapa kali lo tanya tentang hal ini Disa!" sungut Naya kesal.
"Gue pengen lo yakin sama pilihan lo"
"Kita beda Disa" ujarnya lirih.
"Makanya hidup tuh diperjuangin setan! Jangan ngeluh mulu" kesal Disa penuh amarah.
"Lo pikir selama ini gue nggak berjuang demi hidup gue? Tapi gue berjuang sendiri, Disa. Orang tua gue nggak dukung gue buat kuliah karena biaya"
"Lo bisa kerja sambil kuliah! Kalau lo ingin hal yang lebih lo juga harus berusaha lebih. Semua hal itu harus ada dikorbankan. Gue yakin kalau kita berjuang lebih dan rela berkorban kita bakal sukses" ujar Disa dengan penuh keyakinan.
"Gue udah yakin dengan jalan yang gue ambil, gue percaya Tuhan punya rencana yang baik buat hidup gue" balas Naya serius.
"Wah, ganti nama lu jadi Naya Riana?" tetap saja mereka serius cuma 1%.
"Siapa tahu gue bisa jadi motivator, saya punya tips untuk sukses di usia muda, kalau kalian lagi nggak punya duit kalian bisa ngopi di lobi hotel dengan harga 80 ribu" ujar Naya.
"Nggak punya duit masih bisa ngopi 80 ribu" sahut Disa.
"Itu 80 ribu dibeliin kopi sachet bisa naik itu asam lambung" cibir Naya.
"Kaya kagak, masuk rumah sakit" tambah Disa.
"Eh temen kita si El udah nikah dia" kata Disa mengalihkan pembicaraan.
"Elia?"
"Iya"
"Gue heran deh anak-anak seumuran kita kok bisa gitu ya udah pada nikah. Duit darimana coba?" Heran Naya.
"Gue kan udah pernah bilang bapaknya juragan! Duit tuh bisa darimana aja, orang-orang udah banyak tuh hutang buat hajatan doang. Padahal mah lebih susah seumur hidupnya tapi yang dipikir cuma satu harinya" ungkap Disa.
"Dari penglihatan gue emang SDM kita tuh kurang persiapan. Pengennya sat set doang. Nanti setelah nikah pasti ada rejeki, lah mana ada kalau nggak dicari. Banyak anak banyak rejeki, banyak anaknya doang nggak kerja ya nggak ada!" imbuh Naya.
"Betul neng, saya korban nikah tanpa persiapan. Saya nanggung hutang hajatan sampai sekarang, belum lunas neng padahal udah cerai" keluh si abang nasi goreng sambil mengantarkan pesanan mereka.
"Ya sabar ya bang" sahut Disa.
"Sabar doang nggak bisa bayar utang neng. KERJA!" katanya lalu meninggalkan Naya dan Disa.
Ternyata sedari tadi ada yang memerhatikan mereka. Dia bangkit dari tempat duduknya lalu menghampiri Naya dan Disa.
"Hai" sapanya.
Naya dan Disa serempak menoleh ke arahnya. Mereka mendapati seorang laki-laki seumuran mereka berdiri di hadapan mereka.
"Lo anak Mount Forest ya?" tanyanya pada Naya.
"Iya"
"Gedung 4 kan?"
"Iya"
"Gue Ditto" ujar seraya mengulurkan tangannya untuk berkenalan.
"Naya" Naya pun membalas uluran tangannya.
"Temen gue juga anak Mount Forest gedung 2" tambah Naya.
"Ditto"
"Disa"
"Oke gue duluan Naya, Disa kos gue di depan" katanya yang diakhiri dengan senyuman manis.
"Kok lo nggak pernah cerita kalau di gedung lo ada ganteng begitu" tukas Disa setelah melihat Ditto memasuki gerbang.
"Gue aja nggak pernah tahu dia"
"Pasti dia tadi mau kenalan sama gue. Cuma nggak bisa basa-basi karena kita beda gedung, jadi dia basa-basi sama lo", kata Disa dengan kepercayaan diri yang kelewat batas.
"Terserah lo yang penting makan"
![](https://img.wattpad.com/cover/260444088-288-k245677.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi Dua Anak Manusia
Fiksi Umum"NAYA BURUAN! LO LAMA GUE TINGGAL NIH!" teriak Disa dari luar. "IYA SABAR. KAOS KAKI GUE ILANG SEBELAH!" balas Naya. "Sabar-sabar. Pantat gue udah lebar ini lo suruh sabar mulu" gerutu Disa.