1# See U Next Time, Jakarta

17 2 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

=======

Jakarta

"Maaf Pak, tapi untuk kali ini tidak ada lagi toleransi untuk Fanya. Keputusan sekolah untuk mengeluarkan Fanya sudah bulat. Karena perilaku anak Bapak sudah tidak bisa kami beri toleransi lagi. Poin Fanya juga sudah lebih dari seratus, dan ini sudah menjadi peraturan sekolah untuk mengeluarkan Fanya." Ujar salah satu guru di SMA Merah Putih.

"Baik kalo begitu Pak, maafkan atas tingkah laku anak saya. Kalo begitu kami permisi." Ujar Fadlan lalu pergi bersama Fanya yang mengekorinya di belakang.

"Kamu sadar tidak dengan apa yang sudah kamu lakukan?" Fadlan menahan amarahnya ketika dirinya dan Fanya sudah keluar dari ruang BK.

"Maaf." Cicit Fanya.

"Papah akan bawa kamu pindah ke Bandung. Tidak ada penolakan! Sehabis ini langsung pulang! Jangan keluyuran dulu! Besok kita pindah ke Bandung." Fadlan meninggalkan Fanya yang mematung di depan ruangan BK. Apa katanya? Pindah? Ke Bandung?

💮💮💮

"Hah? Apa? Lo becanda kan, Fan?" Kirana sang sahabat begitu terkejut kala mendengar berita bahwa sahabatnya sendiri akan pindah dan meninggalkannya.

"Serius gue." Fanya merengek.

"Emang kenapa sih sampe mau pindah?"

"Gue dikeluarin dari sekolah Ana, gara-gara masalah kemarin itu." Jelas Fanya.

"Serius lo? Lo dikeluarin?"

"Hm." Fanya menjawab dengan pasrah.

"Gara-gara guru itu?"

"Hm."

"Yaampun, jadi itu kenapa lo dipanggil ke BK tadi?" Sekarang Kirana mengerti mengapa Fanya dipanggil oleh guru BK.

"Iya."

"Pantes aja bokap lo marah banget. Gimana dong, Fan? Gue gak mau kita pisah. Kita udah barengan dari kecil loh."

"Tau deh!"

"Lo gak nolak gitu? Lo pasrah aja di saat lo mau ninggalin sahabat lo ini?"

"Gue gak mungkin nolak. Itu kan salah gue." Jawab Fanya sambil terus mengunyah bakso yang sedang ia makan di kantin sekolah.

"Gue beneran gak rela kehilangan lo Fanya. Lo tinggal di rumah gue aja deh, lo gak perlu pindah ke Bandung."

"Mana bisalah, yang ada bokap gue makin gak ngizinin gue. Lo kan sama-sama bad girl kayak gue."

"Kalo gitu gue bakal ngumpulin anak kelas buat demo ke bokap lo biar lo gak pindah." Kirana mengajukan usul pada Fanya.

"Gue gak yakin sih kalo cara yang itu bakal berhasil."

"Ya terus gimana dong?"

Fanya mengangkat bahunya tanda tidak tahu.

💮💮💮

Bel sekolah telah berbunyi, menandakan bahwa waktu pulang sudah tiba. Namun, Fanya sama sekali tidak ada semangat untuk pulang. Sekarang dia masih berjalan di trotoar dengan lesu, dia berniat akan pulang jalan kaki saja agar tidak cepat sampai ke rumah, tidak peduli dengan jarak rumahnya yang lumayan jauh dari sekolah membuat betisnya akan membesar nanti.

Drtttt...

Ponsel Fanya tiba-tiba berdering.

Kirana

KAMU BERHARGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang