5# Ternyata Dia...

12 3 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

=======

Tak terasa lima hari sudah Fanya bersekolah di SMA Lima Sila. Hari ini tepatnya hari jum'at di jam sebelas siang bel pulang sekolah telah berbunyi menandakan seluruh kegiatan belajar mengajar sudah selesai. Fanya sendiri tengah berjalan menghampiri Pak Herman sebagai supirnya yang sudah menunggu di depan sekolah.

"Anya." Fanya yang akan memasuki mobil urung karena Ranti memanggilnya.

"Kamu mau kemana?"

"Mau pulang lah."

"Jangan pulang! Abis ini kita mau pramuka dulu."

"Lah? Emang masih pramuka?"

"Iya. Hari ini pramuka terakhir buat kelas sepuluh."

"Oh, yaudah deh." Fanya membatalkan niatnya untuk pulang karena ternyata masih ada kegiatan. Walaupun malas ia tetap mengikuti kegiatan tersebut karena takut berita buruk tentangnya terdengar oleh papahnya dan berakhir ia akan dipindahkan ke pesantren. Oh, tidak-tidak!

"Pak pulang duluan aja, saya mau pramuka dulu. Sekalian tolong bilangin ke mamah, ya." Fanya menitip pesan pada Pak Herman.

"Oh siap, Non."

"Yaudah ayo, sebentar lagi kumpul tuh." Ajak Ranti.

"Iya."

💮💮💮

"Istirahat di tempat, GERAK!!"

Setelah selesai seorang lelaki mengomando barisan siswa kelas sepuluh, seorang Pradana Putra maju ke depan untuk memulai kegiatan pertama.

"Hari ini kita akan tes yel-yel yang diberikan minggu kemarin. Saya akan cek hafalan kalian. Beberapa orang yang akan saya tunjuk maju ke depan lalu nyanyikan yel-yel nya. Kemudian untuk selanjutnya akan dilanjutkan oleh kakak-kakak yang lain. Saya mulai, pertama kamu, yang di depan."

Semua siswa telah was-was melihat siapa yang ditunjuk oleh sang Pradana Putra yang terkenal sangat menyeramkan itu. Namun, beda halnya dengan Fanya. Setelah meneliti lebih jauh wajah dari Pradana Putra itu, sepertinya ia tidak asing dengan wajahnya.

Ya, dan Fanya pun mengingatnya. "Dia kan yang nabrak gue pas di komplek nenek dulu. Dia juga yang waktu itu sempet nolongin gue pas pulang dari minimarket." Batinnya berucap.

Karena tidak fokus, Fanya jadi bingung ketika yang lain menatap dirinya. Ia menunjuk dirinya sendiri untuk memastikan apakah benar dirinya yang ditunjuk oleh Pradana Putra itu.

"Iya kamu, cepet maju." Ujar sang Pradana Putra dari depan sana.

Fanya pun maju ke depan.

"Maaf Kak sebelumnya, saya belum tahu yel-yelnya, soalnya saya baru pindah kemarin senin." Ujar Fanya dengan santainya.

"Terus saya harus memperlakukan kamu spesial karena kamu anak baru?" Itulah yang diucapkan sang Pradana Putra. Fanya menelan ludah susah payah, nyali nya seketika menciut begitu saja.

"Galak bener." Batinnya.

"Kenapa tidak bertanya pada teman kamu?"

"Maaf."

"Ada yang mau membantu dia disini untuk menyanyikan yel-yelnya?" Tanya sang Pradana pada siswa yang lain.

1 detik..

2 detik..

3 detik..

Tidak ada yang ingin menolong Fanya. Padahal dirinya sudah sangat berharap teman-temannya mau menolongnya. Namun, mereka hanya menunjukkan wajah permohonan maafnya karena mereka tidak mau membantu Fanya. Mereka juga takut.

KAMU BERHARGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang