بسم الله الرحمن الرحيم
=======
"Hiks.. Hiks.. Hiks.." Seorang wanita tengah duduk di atas kursi yang ada di pinggir danau. Dia adalah Mozana Farida, biasa dipanggil Moza.
Di tengah tangisnya tiba-tiba saja seseorang datang lalu duduk di sebelahnya. Moza yang terkejut lantas berdiri dan hendak marah kepada sang empunya.
"Bilang-" Ucapannya terhenti kala mengetahui siapa orang yang duduk di sebelahnya. Dia adalah Rafian Ariansyah.
"Kenapa berdiri?" Tanya pria yang kerap disapa Rafi itu.
"Lo ngagetin!" Jawab Moza kembali duduk.
"Lo? Kamu manggil aku lo?"
Moza melirik Rafi yang tengah menunjukkan wajah kecewanya karena panggilan yang baru saja ia tujukan padanya. Gadis dengan hijab pashmina itu kemudian mengalihkan pandangannya ke arah danau dan tak menghiraukan perkataan Rafi.
"Za." Rafi memanggil.
"Moza." Rafi kembali memanggil karena tidak mendapat balasan dari Moza.
"Zaaa." Rafi terus memanggil Moza. Hingga akhirnya, ia mendapat balasan dari wanita disampingnya ini.
"Apa sih, Raf?"
"Kamu berubah tau gak." Ujar Rafi.
"Gue tau." Balas Moza.
"Kenapa? Alasannya? Aku ada ngelakuin salah sama kamu?"
Moza menggeleng.
"Terus kenapa?"
"Kamu gak akan ngerti." Ujar Moza kembali menggunakan kata aku-kamu.
Rafi mengusap wajahnya frustasi. Bagaimana dia bisa mengerti jika Moza tidak menjelaskan apapun padanya. Wanita memang sulit dimengerti.
"Dari awal kamu merubah penampilan kamu, sikap kamu juga berubah, Za. Aku gak ngerti lagi sama kamu."
Seperti yang diucapkan Rafi sebelumnya, Moza itu awalnya tidak memakai hijab. Namun, sekitar satu bulan yang lalu dia memutuskan untuk berhijab. Entah apa yang melatarbelakangi Moza untuk merubah dirinya, tidak ada yang tau. Namun, yang pasti sikap Moza setelah itu menjadi berubah. Ia yang tadinya sangat ceria berubah menjadi sangat dingin.
"Kenapa? Kamu gak suka sama penampilan aku?" Tanya Moza.
"Aku gak mempermasalahkan penampilan kamu yang berhijab atau enggak. Yang buat aku bingung, ada apa dengan sikap kamu, Za?"
"Kamu gak akan ngerti, Raf. Mulai sekarang, boleh aku minta sama kamu untuk jauhin aku?"
Permintaan Moza membuat Rafi tertohok. "Maksudnya?"
"Aku mau kita putus, Raf."
Deg!
"Tapi kenapa, Za? Kamu bisa gak sih kalo ada apa-apa tuh bicarain baik-baik?" Rafi tidak terima dengan keputusan yang dibuat oleh sang kekasih.
"Aku gak bisa jelasinnya, Raf. Ini sulit. Aku harap kamu ngerti."
"Aku gak akan bisa ngerti kalo kamu gak jelasin sama aku."
"Cari tau sendiri, Raf. Mulai sekarang, kita gak ada hubungan apapun lagi. Kita sepakat sampe di sini aja."
"Enggak! Aku gak setuju." Rafi tetap menolak keputusan yang dibuat Moza.
"Raf.. please, hargai perasaan aku."
"Kamu juga hargai perasaan aku dong! Aku bilang enggak ya enggak! Gak ada yang putus diantara kita." Rafi berucap dengan tegas. Ia pun pergi meninggalkan Moza di tepi danau sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMU BERHARGA
Teen FictionFanya, seorang siswi asal Jakarta yang terpaksa harus pindah ke Bandung karena masalah yang ia perbuat sendiri. Hidup barunya di Bandung diawali dengan buruk. Dipaksa menjadi orang lain bukanlah hal yang menyenangkan. Keberadaan dirinya serasa tak b...