بسم الله الرحمن الرحيم
=======
Kringgg!!!
Bel tanda istirahat telah berbunyi. Seorang guru yang tengah mengajar di depan kelas mengakhiri pembelajaran dan memberikan kesempatan kepada para muridnya untuk merilekskan tubuh maupun pikiran mereka.
"Baik anak-anak, sampai sini dulu pembelajaran kita hari ini. Sampai jumpa lagi di pelajaran berikutnya. Selamat siang." Ujar guru tersebut.
"Siang, Bu." Jawab seluruh murid kompak.
"Van, lo mau kantin dulu apa shalat dulu?" Roni dan Diki yang duduk dibelakang meja Vano dan Rafi bertanya.
"Shalat." Jawab Vano.
"Yaudah deh. Ayo!" Roni bangkit dari duduknya.
"Lo udah enakan, Raf?" Kini giliran Diki yang bertanya seraya berjalan menghampiri meja Vano dan Rafi.
"Hm." Jawab Rafi malas. Jangan lupakan dirinya yang masih galau karena pertengkarannya dengan Moza ditambah lagi tadi saat upacara dirinya sedikit pusing.
"Bener?" Diki memegangi kening Rafi untuk memastikan sahabatnya ini benar-benar sehat.
"Bener elah. Udah ayo cepet ke masjid." Rafi bangkit dan berjalan keluar mendahului yang lainnya.
"Ngapa dah dia?" Heran Roni.
Vano, Roni, dan Diki pun bangkit dan berjalan menyusul Rafi. Di perjalanan menuju masjid, tak henti-hentinya keempat cowok ini mendapat sapaan baik dari adik kelas, kakak kelas, ataupun teman satu angkatan mereka.
"Halo, Kak Vano." Sapa salah satu siswi kelas sepuluh.
Vano tak menjawab sapaan tersebut. Ia memilih untuk tetap berjalan tanpa menghiraukan orang di sekitar yang mengalihkan perhatian mereka pada dirinya.
"Hai, Vano." Siswi kelas dua belas yang tak sengaja berpapasan dengan Vano kembali menyapanya. Namun, tetap saja Vano tak memberi respon apapun.
"Mereka sebenarnya liatin kita apa si Vano doang sih?" Diki bertanya.
"Yang pasti mereka gak liatin lo." Ujar Roni.
"Emang ngapa kok gitu?"
"Ya muka lo emang gak enak buat diliat." Celetuk Roni lalu tertawa kecil.
"Rese lo!"
Roni segera berlari ketika melihat sahabatnya ingin menyerang dirinya. Tak diam saja, Diki menyusul Roni dengan berlari mengejarnya.
"Woy! Jangan lari lo!"
"Hahaha." Roni yang dikejar malah tertawa melihat Diki berhasil ia usili.
Tinggallah Vano dan Rafi yang berjalan berdua.
"Hai, Kak Vano." Entah dari mana Friska tiba-tiba datang menghentikan jalan Vano dan Rafi dengan memotong jalan mereka.
Vano menghembuskan nafasnya mencoba sabar.
"Kak, aku bawain bekal buat Kakak. Dimakan, ya." Friska memberikan kotak makan berwarna merah muda pada Vano.
Rafi yang ada di sebelahnya tersenyum melihat Vano diberi bekal menggunakan kotak makan berwarna merah muda.
Vano melirik Rafi kesal.
Walaupun malas, Vano akhirnya menerima kotak makan itu.
"Thanks." Ucap Vano lalu kembali berjalan diikuti Rafi dibelakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMU BERHARGA
Novela JuvenilFanya, seorang siswi asal Jakarta yang terpaksa harus pindah ke Bandung karena masalah yang ia perbuat sendiri. Hidup barunya di Bandung diawali dengan buruk. Dipaksa menjadi orang lain bukanlah hal yang menyenangkan. Keberadaan dirinya serasa tak b...