بسم الله الرحمن الرحيم
=======
Brakk!!!
"Agrh!! Astaghfirullah."
Fanya menutup mulutnya sangking terkejutnya. Sebuah kecelakaan tunggal pengguna motor terjadi beberapa detik yang lalu. Seorang pria yang mengendarai motor itu terjatuh dari motornya, bahkan Fanya sempat mendengar rintihan dari pria tersebut. Seorang pedagang yang melihat kejadian itu langsung menolong pria tersebut dan membawanya ke tepi jalan.
"Jang, teu kunanaon?" (Mas, gak papa?) Tanya pedagang yang menolong pria tersebut.
"Gak papa, Pak. Aman-aman." Pria itu membuka helm yang menutupi wajah juga kepalanya, dan betapa terkejutnya Fanya ketika melihat siapa pria di balik helm tersebut. Vano, dia adalah Vano.
"Di-dia.." Tak berpikir panjang lagi, Fanya langsung menghampiri Vano.
"Ya sudah atuh saya ambilkan minum dulu, ya?" Pedagang tadi pergi mencari minum untuk Vano.
"Lo gak papa?" Fanya berjongkok di dekat Vano.
Vano melihat ke samping untuk memastikan siapa orang yang ada di sampingnya, ternyata dia Anya, adik kelasnya di sekolah. Ia pun mengangguk untuk menjawab pertanyaan Fanya.
"Kaki lo luka." Ujar Fanya kala melihat kaki kanan Vano mengeluarkan darah.
"Gak papa." Jawabnya singkat.
Fanya pun mengeluarkan sesuatu dari dalam tas kecilnya, kotak P3K. Ya, sangking senangnya dengan hal yang berbau medis, kemana pun Fanya pergi dia selalu membawa tas untuk menyimpan kotak P3K ini.
Fanya mengeluarkan Rivanol (cairan pembersih luka) dan kapas untuk membersihkan luka Vano.
"Gak perlu." Namun, ternyata Vano menolak bantuan Fanya.
"Diem deh! Kaki lo luka gitu." Fanya memprotes.
"Lo yang diem!" Dan Vano malah balik memprotes Fanya.
"Kok lo sewot banget sih? Gue cuman mau nolongin lo ya! Gak usah rese!"
"Gue aja."
Ucapan Vano membuat Fanya bingung.
"Apanya?"
"Ngobatinnya."
"Oh.. yang jelas dong kalo ngomong! Lo diem aja. Biar gue yang obatin."
"Gue aja." Vano tetap kukuh dengan keinginannya.
"Ck! Diem bisa gak sih?" Fanya hendak menyentuh kaki Vano. Namun, hal itu tidak terjadi karena Vano menghentikan pergerakan Fanya.
"Jangan sentuh!"
Fanya langsung menjauhkan tangannya.
"Why?" Tanya Fanya bingung.
"Kalo lo niat mau nolongin gue, biarin gue yang obatin luka gue sendiri."
"Ya udah nih." Fanya pun pasrah dan memberikan kapas serta Rivanol yang ia pegang pada Vano.
Vano pun mengobati lukanya sendiri. Sesekali ia merintih menahan perih yang dirasa.
"Kenapa sih gak mau gue obatin? Gue kan cuman mau nolong." Fanya bertanya namun Vano tidak menjawabnya.
"Lo gak mau gue sentuh? Kenapa? Tangan gue bersih kok. Gue udah pake hand sanitizer tadi."
"Bukan mahram." Akhirnya Vano menjawab meskipun jawaban itu membuat Fanya bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMU BERHARGA
Teen FictionFanya, seorang siswi asal Jakarta yang terpaksa harus pindah ke Bandung karena masalah yang ia perbuat sendiri. Hidup barunya di Bandung diawali dengan buruk. Dipaksa menjadi orang lain bukanlah hal yang menyenangkan. Keberadaan dirinya serasa tak b...