TWELVE

186 53 10
                                        

"Karma tidak semanis buah kurma. Karma adalah hasil dari perbuatan yang selama ini kita lakukan, kurma adalah buah yang sangat manis, kayak aku contohnya."
—Org Cwanti.

****

ARGG

PRANG

GEBRAG

Lia didalam kamarnya seperti orang gila yang mengamuk tidak jelas. Semua barang tidak lagi berada di tempatnya, semuanya berantakan.

Terdengar suara ketukan pintu dari luar. "Lia, buka pintunya, sayang!" panggil mamah Riana yang berada diluar.

"Mah?! Erlan bohong! Katanya mau nerima Lia, tapi nggak!" ucap Lia dibarengi dengan isak tangisnya.

"Dia, dia malah milih cewek lain. Dia jahat banget, gak tepatin janjinya! Padahal aku udah relain bantu dia dari tantangan temannya itu."

Flashback on:

Saat berjalan menyusuri koridor sekolah menuju kelasnya berada, Lia berselisihan dengan Erlan yang sedang merangkul cewek lain dengan mesra seperti orang berpacaran.

Tak tahan dengan pemandangan itu, Lia akhirnya bergerak untuk mendekati keduanya guna untuk bertanya lebih tentang ini. "Lan, dia siapa kamu?" tanyanya dengan sewot.

"Oh ini, kenalin dia Arshyfa Meylhika Hanifa pacar gue," ujar Erlan memperkenalkan pacarnya.

"Hah? Kok? Kemana janji kamu yang katanya aku yang akan jadi pacar kamu?" ucap Lia sambil berkaca-kaca.

"Etss dia pacar saya ya mbak, jangan asal mengklaim aja. Oh ya salam kenal mbak!" seru Shyfa, dengan nada yang sedikit angkuh.

"Mbak, mbak! Emang gue embak lu?!" sinis Lia. Sementara Shyfa cuma merotasikan matanya saja.

"Nggak, aku gak terima ini Erlan! Kamu bohong!"

"Diem lo Lia. Aku izin ngobrol dulu ya sebentar kok," izin Erlan kepada sang pujaan hati, lalu di-iyakan olehnya.

Erlan pun membawa Lia menjauh dari lapangan sekolah, lalu disana mereka mulai mengobrol.

"Lo jangan ganggu hubungan gue lagi! Camkan itu!"

"Tapi kenapa kamu bohong Erlan?! Bukannya kita akan pacaran setelah taruhan itu?"

"Hah pacaran? Gak salah?! Lo gampang banget dibodohin ya! Waktu itu gue ngomong cuma bercanda aja kali, buat bantuin gue aja biar cepet selesai tuh taruhan. Udah gitu aja."

"Lo bener-bener jahat! Lalu lo kenapa pacarin dia?" Tatapan kecewa bercampur sedih dilayangkan untuk Erlan dari Lia.

"Dia itu hadiah yang gue pinta dari hasil taruhan itu, karena emang gue lakuin taruhan itu buat dapetin dia. Dia itu adiknya Vergo, dan gue sama Shyfa sudah saling mencintai," jelas Erlan.

"Emang brengsek lo Erlan! " maki Lia sambil berlinang air mata, lalu langsung pergi meninggalkan Erlan.

Flashback off

"Sayang, izinin mamah masuk ya, kita ngobrol." Lia pun langsung membukakan pintunya untuk sang mamah.

"Udah yah, jangan tangisin cowok kayak Erlan! Dia gak pantas untuk ditangisin! Cowok 'kan masih banyak," ucap mamah Riana, setelah duduk dikasur sebelah Lia.

"Bukan masalah cowok masih banyak mah! Aku nangis karena sakit hati dan juga menyesal karena terlalu bod0h mencintai Erlan," ucapnya sambil menangis.

"Udah nggak apa-apa yang lalu biarlah berlalu, sekarang kamu harus move on."

"Mamah juga tadi udah chat bunda nya Erlan, nih kamu liat."

Jeung Viola

Jeung, anak kamu kenapa udah punya pacar bukannya dia udah bilang cinta sama Lia? Lia sakit hati loh karena anak kamu.

[Maaf Jeung sebelumnya, aku nggak mau ikut campur sama masalah percintaan mereka. Erlan kan masih labil, mungkin nanti setelah putus akan mulai suka sama Lia.]

Bukan gitu Jeung, tapi ini keterlaluan. Jeung kok santai banget, anak saya sakit hati.

[Nggak gitu Jeung, ini kan masalah anak muda.]

Udahlah, bilang aja mau belain anak kamu. Bilangin ma dia jangan sekali-kali nyakitin hati perempuan.

[Aku nggak belain Erlan Jeung, cuma nggak mau ikut campur doang.]

[Iya aku bilangin Jeung, maaf yaa.]

***

"Tuh udah kan Lia, bundanya Erlan aja nggak peduli. Kamu lupain Erlan, nggak pantes buat kamu!"

"Iya mah," ucap Lia masih dengan isak tangisnya.

"Lia salah, Lia menyesal. Lisa, maaf. Maafin Lia. Lia bod0h, Lia beg0! Lia terlalu buta mencintai Erlan! Sampai sahabat pun di sakiti oleh Lia sendiri! Maaf, Lia nggak berani minta maaf langsung sama Lisa. Lia malu, Lia terlalu banyak salah dan nggak bisa untuk di maafin. Lia sudah sadar. Maaf," batin Lia.

****

Pencet bintangnya, guys!

I'M TALISA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang