ELEVEN

147 58 18
                                    

"Perempuan terlalu mahal dan berharga untuk dimiliki oleh laki-laki yang tidak tau apa arti menghormati."
—Org cwanti.

****

Mondar-mandir dari meja ke meja lainnya, itu lah kondisi Lisa yang sekarang. Dia sibuk sekali mengantarkan makanan ke tempat duduk orang-orang.

"Lis, ini tolong ya antar makanannya ke meja no.6, itu tuh yang ada dua orang cewek sama cowok," ucap pekerja juga—Feli.

"Oke siap, Kak Feli!"

Lisa pun langsung beranjak ke meja no.6, tiba-tiba langkahnya menjadi berat ketika ia melihat seseorang yang paling ia kenali.

"Kapan sih putusin Lisa, Erlan? Kita kan udah selesain rencana ini, mulai dari bikin Lisa sakit hati dan dipermalukan."

"Yaelah, sabar aja dulu. Nanti gue bilang langsung ke Lisa bahwa gue itu pacaran sama dia cuma taruhan. Udah selesai, sakit hati 'kan tuh anak."

Brak!

"Gak perlu bilang, mulai sekarang gue sama lo udah selesai! Dan lo Lia," tunjuk Lisa kepada Lia. "Gue kecewa! Bodoamat tentang pertemanan, orang lo nya aja munafik! Nusuk dari belakang! Ambil aja sono tuh cowok! Buat apa dipertahanin? Gue gak cocok sama cowok modelan kayak dia! Gue terlalu berharga buat dimiliki sama pengecut kayak dia! Byee, hidup langgeng ye kalian berdua," seru Lisa lantang.

Walaupun Lisa sangat sakit hati, tapi sebisa mungkin ia menahan air matanya agar tidak terlihat lemah dimata mereka.

"Cool banget mbaknya pas lagi ngomong!"

"Berdamage sekali mbak, jadi suka."

"Udah mbak tinggalin aja cowok yang gitu mah, jadi pendamping hidup saya aja, kebetulan saya jomblo dari bayik."

"Mbak-mbak nya keren banget dah nggak nangis sama sekali."

"Iya eh, itu mbak-mbak yang duduk itu temennya 'kan? Kok khianat sih, rebut pacar temennya. Mit amit!"

"Zaman sekarang banyak temen yang nusuk dari belakang yah, jadi jijik!"

"Cowoknya juga kek caper banget dan sok ganteng, pacarin dua cewek. Idih emang dia kira yang ganteng cuma dia doang?"

"Gak punya hati banget cowoknya, nyakitin hati seorang perempuan, padahal ibunya juga pasti perempuan kan? Durjanah emang."

Dan masih banyak lagi perkataan-perkataan yang membuat Lia dan Erlan ingin pergi dari tempat ini.

***

"Ish ngeselin banget sih si Lisa!" kesal Lia yang hampir masuk ke dalam mobil.

"Yah udahlah, udah beres 'kan taruhannya. Mau bilang dulu sama si Vergo, gue kan udah menangin ini."

"Yess, jadi kita pacaran 'kan?"

"Belum, nanti ditentuin sama orang tua lah."

"Ish katanya iya kalau udah beres ini."

"Sabar aja, kita kan mau langsung tunangan jadi santai aja."

"Oh iya, yah oke deh."

Perbincangan sedikit pun mereka sudahi, mereka langsung pergi meninggalkan parkiran.

****

Pencet bintangnya, guys!

I'M TALISA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang