NINE

138 61 7
                                    

Di malam yang dingin ini, hujan membasahi bumi dengan derasnya sembari dibarengi oleh kilatan-kilatan cahaya putih dari langit.

Seorang gadis cantik yang membawa koper hitam besarnya terus berjalan menerobos hujan, ditengah kegelapan malam yang sepi ini.

ARGG!

BRAG!

Teriak gadis itu sambil melempar kopernya dengan sangat keras. Dengan gerakan yang sangat lambat dia meluruhkan tubuhnya ke atas tanah yang sudah dibanjiri oleh air hujan.

"Ya Tuhan, kenapa takdir sejahat ini sama aku? Aku punya salah apa sama takdir? Sampai-sampai takdir aja tidak mengijinkan aku untuk bahagia walaupun hanya sesaat. Aku capek. Aku lelah. Sama semuanya," lirihnya.

Flashback on

Sesampainya Lisa dirumahnya pada sore hari, Lisa tidak langsung pulang ke rumahnya karena tadi ada pekerjaan di kafe tempat dia bekerja. Ya, Lisa sudah mulai bekerja lagi tanpa sepengetahuan papahnya.

PLAKK!

Seperti biasa, penyambutan Lisa adalah tamparan dan tamparan. "KAMU EMANG BENER BENER ANAK TAK TAU DIRI!!" teriak Ibu Lela.

"UDAH DI BESARIN DARI KECIL! UDAH DI URUS! GAK TAU DIRI BANGET!! DAN SEKARANG APA? DI SKORSING GARA-GARA POTO DURJANAH ITU! MURAHAN!!" lanjutnya.

PLAK!
PLAKK!
PLAKKK!

Tiga tamparan sekaligus diberikan lagi pada pipi kanan Lisa yang sekarang sudah sangat merah, ujung bibirnya pun mengeluarkan darah.

"Mah, udah mah. Dengerin dulu penjelasan kak Lisa," bujuk Iva agar mamahnya tenang.

Bujukan Iva tidak berhasil menenangkan Nyonya Lela, karena Nyonya Lela sudah kerasukan rasa emosi dan marah dalam dirinya. Nyonya Lela menyeret Lisa ke dalam gudang setelah membawa sabuk kerja suaminya.

Pintu pun dikunci dari dalam gudang kumuh itu oleh Nyonya Lela. Sementara di luar, Iva sudah kalang kabut, teriak-teriak dan menggedor-gedor pintu dengan keras karena takut terjadi apa-apa didalam sana.

"Mah, maafin Lisa. Lisa, Lisa gak gitu. Lisa difitnah mah. Lisa gak gitu," ucap Lisa sambil menangis sesegukan.

"DIAM KAMU!!" Lisa pun hanya duduk dan diam sambil berusaha agar tangisannya mereda.

CETASS!

"KAMU BUKAN ANAK SAYA!!"

CETASS!

"KAMU ADALAH ANAK DARI PERSELINGKUHAN AYAHMU!!"

CETASS!

"IBUMU SEORANG PEREBUT! PEREBUT SUAMI ORANG!"

CETASS!

CETASS!

CETASS!

Lisa terus dicambuk puluhan kali oleh ibunya, ralat ibu tirinya. Dibagian kaki, tangan, dan punggung lebih banyak. Lisa hanya bisa melamun dengan penampilan yang sangat menyedihkan, semua badannya yang dicambuk sudah membiru dan mengeluarkan darah.

Sakit, siapapun yang melihat Lisa saat ini pasti akan sangat mengkasihani Lisa. Tubuhnya pasti sangat sakit, dicambuk beberapa kali. Sabuk yang dicambukkan pada Lisa adalah bagian depan yang ada besinya atau gesper.

Apalagi Lisa sudah mengetahui fakta yang sangat menyakitkan ini. "Aku bukan anak mamah? Aku hanyalah anak hasil perselingkuhan? Lalu dimana ibuku? Kenapa dia membuangku? Padahal lebih baik aku diurus olehnya daripada ikut menghancurkan keluarga ini," batin Lisa.

"Tunggu Papahmu pulang, Papahmu juga pasti akan sangat marah padamu. Dan siap-siap untuk pergi dari rumah ini! Menjadi gelandangan, uh kasian!!" ucap ibu Lela sebelum pergi dari gudang.

"Kak, kak Lisa. Kakak baik-baik aja kan?" tanya Iva yang baru saja datang. Setelah melihat Lisa yang terluka lumayan parah, Iva pun langsung menuntun kakaknya ke dalam kamar.

"Dek, kakak bukan anak Mamah, kakak anak yang menghancurkan kebahagiaan ini, adanya kakak membuat keluarga ini hancur, kakak anak pembaw--" ucapan Lisa terpotong oleh Iva.

"Kak, stop kak. Berhenti nyalahin diri sendiri, kakak gak salah apa-apa. Ini sudah takdirnya, biarkan takdir berjalan dengan seiring berjalannya waktu. Semuanya pasti akan baik-baik aja."

"Tapi dek, kakak selalu mempermalukan keluarga. Kakak--"

"Sutt jangan gitu kak. Yang masalah poto dimading itu pasti bukan kakak, Iva yakin itu. Masa kak Lisa jalan sama om-om ke hotel apalagi kakak gak punya baju-baju terbuka, terus kakak kan anak baek-baek pastinya," ucap Iva sambil terselip candaan kecil supaya Lisa tidak bersedih.

"Yaudah sini kak, Iva obatin lukanya pasti sakit banget." Iva pun mengobati luka-luka Lisa dengan memberikannya betadine dan diperban.

"Udah kak, kakak bersih-bersih ya terus istirahat. Iva bawain makanannya dulu." Setelah berkata seperti itu Iva pun langsung melenggang pergi ke dapur.

"Iya dek, terima kasih banyak udah rawat kakak."

***

Jam menunjukkan pukul 19.52 malam, Pak Rangga baru saja pulang dari kantor sudah marah-marah tidak jelas kepada Lisa karena mendengar berita dari Nyonya Lela.

BRAKK!

Pak Rangga membuka pintu kamar Lisa dengan brutal sampai-sampai pintunya rusak.

Lisa langsung ditampar beberapa kali, dipukul, dicaci maki karena rasa marah tak terkendali dalam diri pak Rangga.

"SAYA MENYESAL TELAH MENGURUSMU DARI WANITA ITU! KAMU SAMA SAJA PERBUATANNYA DENGAN IBUMU!! KAMU BENER-BENER BIKIN SAYA KECEWA!! PERGI KAMU DARI RUMAH INI!! PERGI!!" teriaknya.

"Pah Lisa difitnah, Lisa gak gitu. Maaf ... Lisa selalu merepotkan kalian, maaf ... Lisa membuat papah kecewa, maaf ...."

PLAKK!

"Sudah pergi saja kau dari rumah ini, jangan banyak drama!" ucap Nyonya Lela. Iva dikunci dikamarnya karena tadi sempat membela Lisa.

"Yaudah mah, pah Lisa ke kamar dulu buat ambil barang-barang Lisa."

Lisa pun telah selesai menata barang-barangnya ke dalam koper, lalu langsung pergi menuju ruang tamu lagi untuk berpamitan. Tapi tak disangka ibunya itu malah menyeretnya ke tengah guyuran hujan dengan keadaannya yang sungguh susah dijelaskan. Papahnya tidak berada disana, mungkin pergi ke dalam kamar.

Flashback off

****

Pencet bintangnya, guys!

I'M TALISA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang