SIXTEEN

126 41 13
                                    

Jika orang lain jahat sama kita, jangan jahatin balik. Balaslah dengan kebaikan, biar dia malu sama perbuatannya.
—Org cwanti.

****

Diminggu yang cerah ini, pada siang hari yang sangat panas karena suhu matahari dibumi sangat meningkat. Lisa sedang sibuk di kafe, untuk bekerja tentunya. Dia bulak-balik dari meja ke meja, untuk mengantarkan makanan pelanggan.

"Lisa!"

Lisa pun langsung mengangkat kepalanya yang selalu menunduk ketika mengantarkan makanan. Dia mendongak, melihat orang yang memanggil nya, yang sangat ia kenali dan sayangi.

"Ketemu lagi kita disini ya anak pembawa sial," ucap mamah Lela, papahnya yang barusan memanggilnya mendadak diam.

"Iya ibu, ini makanannya selamat menikmati." Lisa pun meletakkannya lalu langsung beranjak pergi.

"Dah kak, semangat ya!" ucap Iva.

"Iya Iva, semangat juga ya! Mari, aku pergi bekerja lagi ya, selamat menikmati," pamit Lisa, lalu langsung pergi.

"Jadi males makan karena ketemu anak itu lagi."

"Mah jangan gitu."

"Udah, makan dulu, nanti kita langsung pergi ke laut," ucap pak Rangga.

Mereka pun makan sampai habis. Iva sudah terlebih dahulu selesai, jadinya Iva ingin pergi ke toilet.

"Sstt darah," ringis Iva melihat darah keluar dari hidungnya didepan cermin toilet.

"Iva, nih tisunya. Kamu kenapa?" ucap orang itu sambil menyodorkan sepack tisu.

"Hehe iya kak. Aku mungkin cuma kecapean aja, jadi gini."

"Jangan bohong."

"Beneran kak."

"Kamu nggak mau nyeritain tentang penyakit kamu?" Perkataan Lisa membuat Iva bungkam seribu bahasa.

"Kamu mikir, orang-orang nggak akan sedih jika kamu nggak bilang?"

"Pasti sedih dan kecewa secara bersamaan. Belajarlah dewasa Va, ngomong jangan dipendem. Apalagi ini hal yang serius."

"Udah terlambat kak, semuanya terlambat. Aku udah sangat sakit, dan 99% nggak akan selamat."

"Jangan dulu menyerah dek, kamu harus bisa sembuh. Lihat mamah sama papah yang sangat menyayangi kamu."

"Setidaknya kamu berusaha sembuh buat mereka bukan buat orang lain. Bilang ya dek, mereka pasti bakalan tambah sedih kalau kamu nggak bilang-bilang."

"Iya kak, aku akan usahain," ucap Iva lalu langsung pergi.

"Apapun caranya, kamu harus sembuh Iva. Nanti mamah sama papah akan tambah sedih jika nggak ada kamu," ucap Lisa, sambil meneteskan air matanya.

***

Malamnya.

Lisa akan pergi ke alfamart dekat dengan kontrakannya, tetapi dipertengahan jalan Lisa malah melihat Lia dibentak-bentak oleh Erlan.

"Bisa nggak sih lo jangan ganggu tentang percintaan gue lagi hah? Pake nyuruh orang tua lu supaya deketin gue sama lo ke bunda gue. Gue jalan sama lo terpaksa ya, atas perintah bunda gue aja. Dan sekarang gue mau langsung cabut dari sini, bodoamat dimarahin juga daripada cewek gue mutusin! Byeee."

"Silahkan Erlan, silahkan mau pergi juga, bodoamat sendiri, nggak sendiri sih kan selalu ada Tuhan yang mendampingi."

"Dan ya gue peringatin, gue nggak nyuruh ortu gue buat bilang ke bunda lo supaya kita dekat lagi. Itu emang perintah bunda lu ke mamah gue supaya kita dekat, mamah gue juga cuma meng-iyakan, cuma sekali aja seterusnya ya kagak."

"Serah lu deh, awas ada setan!" ucap Erlan kepada Lia, lalu langsung pergi dari jalan itu.

Lia pun ditinggal sendirian dijalan yang sepi itu, Lia korban kedua setelah Lisa. Lia pun duduk dipinggiran jalan, jalannya nggak sepi-sepi amat sih cuma ada beberapa motor yang lewat, jadinya Lia nunggu lagi mesan gojek.

Di sebrang jalan, Lisa terus melihat Lia memprihatinkan. "Kasihan Lia, apa aku samperin aja ya? Tapi kalau dia marah gimana? Yaudah deh samperin aja." ucap Lisa didalam hati.

"Liaa, kamu kenapa ditinggal Erlan gitu aja? Ayo bareng sama aku aja, takut juga ini udah malam," ucap Lisa sambil duduk disebelah kanan Lia.

"Nanti biar sekalian dianter sama Syam," lanjutnya.

"Gak deh, itu udah ada gojek," ucap Lia lalu langsung pergi menaiki ojol tersebut.

"Yaudah deh Lia, hati-hati ya! Dadah!" ucap Lisa yang terdengar oleh Lia yang sudah lumayan jauh.

"Maaf, maafin Lia, Lisa. Kamu kenapa baik banget? Padahal aku udah jahatin kamu," ucap Lia didalam hati.

****

Pencet bintangnya, guys!

I'M TALISA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang