NINETEEN

174 31 12
                                    

Semua orang gak akan selalu ada didekat kita, kalau udah waktunya pergi kembali sama sang pencipta, yaudah kita gak bisa berbuat apa-apa.

Hanya bisa mengenang kebaikan dan jasa-jasanya.

****

Menuju end harus senyum (^^)

"Gara-gara kamu, anak saya jadi meninggal!" ucap seorang ibu yang baru saja mengetahui bahwa anaknya meninggalkan dunia ini, dia menangis sejadi-jadinya.

"Maaf, maaf maafin Lisa. Lisa gak tau, awalnya Lisa yang akan mendonorkan jantung Lisa." Lisa pun ikut menangis.

"Maaf sebelumnya Bu, saya bukannya ikut campur, tapi lebih baik ibu ikhlaskan saja, soalnya ini sudah takdir dan disini tidak ada yang salah, karena anak ibu sendiri yang memaksa saya untuk menukarkan Lisa dengannya," ucap dokter yang dari tadi melihat ibu itu marah-marah, "Dan ini surat titipan darinya," dokter itupun menyodorkan sebuah kertas ber-amplop warna putih.

Ibu itupun langsung membacanya, lalu menangis lagi sejadi-jadinya sambil memeluk Lisa yang ada disampingnya.

Isi surat tersebut.

Hallo.

Gimana kabarnya My? Lis?
Pasti kalian sangat sedih aku sudah tidak ada hehe, Momy jan marah yah? Aku donorin jantung aku, aku lakuin sebuah kebaikan loh. Pasti kalian baca ini setelah aku udah ditelan sama tanah dan bumi.

Momy jangan sedih terlalu lama ya! Ikhlasin aku, aku udah bahagia. Momy bahagia ya sama keluarga baru Momy! Aku sayang banget sama Momy.

Untuk Lisa! Jangan terlalu baik sama orang, karena semua orang gak akan selalu membalas dengan kebaikan! Jangan pernah menganggap semua orang itu baik, karena gak semua orang akan menunjukkan sifat aslinya! Bahagia selalu ya cantik! Bahunya kuatin lagii!

Makasii udah mau temenan sama orang si paling cuek ini! Aku gak ikhlas kamu donorin jantung kamu buat Iva makannya aku gantiin, jadi kamu jan marah yah apalagi nangis! Hapus tuh air matanya jadi makin jelek kan? Haha, candaa.

Bilangin sama Syam ya,

Semoga kamu dapat ingat kembali kenangan-kenangan kebersamaan kita dulu. Apalagi sama kata SYANA, berjanji untuk selalu bersama. Walaupun semuanya hanya omongan belaka, haha.

Aku ikhlasin kamu sama Syam, hidup bahagia ya Lisa.

Maafin segala kesalahanku ya,
Goodbye everyone.

-Salam pamit pergi,
dari seseorang yang
telah pergi dari bumi.

***

"Argg kamu gak pernah cuek! Kamu selalu peduli, buktinya kamu rela berkorban demi Lisa."

"Kamu orang yang benar-benar berhati malaikat!"

"Tenang disana ya teman Lisa. Makasi untuk semuanya."

"Tante, maafin Lisa yaa, kar- karna Liss-Lisa--" Lisa tidak melanjutkan perkataannya karena dia nangis sambil sesegukan dan hatinya sangat sedih dan sakit.

"Gak apa-apa nak, ini sudah takdir, Tante akan berusaha mengikhlaskan," ucap Momy Becky.

"Tapi kenapa orang tua mu tadi seakan-akan tidak suka padamu? Malahan kau yang dituduh-tuduh, ada masalah nak?" tanyanya.

"Hehe ngga kok Tante."

"Yaudah kalau begitu, Tante mau ke pemakamannya dulu ya, mau ikut?"

"Mau Tante, Lisa siap siap dulu ya, udah mendingan kok."

***

Sesampainya dipemakaman seseorang.

"Nak, maafin Momy yaa. Momy banyak salah sama kamu, tenang disana ya anak Momy."

"Na-Naay-Nayaaaa hhuhu maafin Lisaa, ini gara-gara Lisa. Kamu kenapa baik banget sih?" Dua orang itu menangis.

"Kamu kenapa malah menggantikan aku dengan kamu?"

Mereka terus berbicara kepada gundukan tanah itu, setelah menyiramnya dengan air doa dan bunga beranekaragam.

Flashback on:

Setelah Lisa dibawa oleh dokter dan para suster kedalam ruang operasi, secara diam-diam ternyata ada seseorang yang terus memperhatikan mereka.

Orang itu pergi ke dalam sebuah ruangan yang isinya alat-alat medis, lalu dia memakai pakaian suster, masker dan penutup kepala. Sehingga tidak ada orang yang dapat mengenalinya.

Dia terus berjalan kembali, menyusuri koridor untuk ke ruangan operasi Lisa.

Sesampainya disana, dia ingin langsung masuk, tapi...

"Eh bukannya operasinya sudah berjalan?" tanya pak Rangga.

"Eh iya yah, kenapa suster baru masuk?" tanya bu Lela.

"Maaf sebelumnya Pak, Bu, saya hanya ingin mengecek keadaan yang didalam lalu membantu menyiapkan alat-alat operasinya, permisi ya," ucap orang itu dengan suara yang berusaha dibeda-bedakan.

"Siapa kamu? Kamu suster? Kenapa masuk? Padahalkan operasi sedang berjalan." Baru saja masuk sudah ditanya puluhan pertanyaan oleh dokter dan suster yang ada disana.

"Bukan, saya bukan suster. Saya Naya teman Lisa, kesini berniat untuk menggantikan posisi Lisa yang akan mendonorkan jantungnya."

"Maaf sebelumnya mbak, tapi Lisa sudah mendata tangani berkas-berkas persyaratannya dan tidak bisa diganti begitu saja," ucap dokter.

"Mana tuh kertas-kertas nya? Sini gue tanda tangani atas nama Zenaya Azeyva, bukan Talisa Aurelia Oktavia," ucapnya dengan menekan namanya dan nama lisa.

"Tapi ...."

"Gak ada tapi-tapian! Cepet!"

Setelah mengatakan itu dokter pun langsung membawa kertas-kertas itu lalu memberikannya kepada Naya, agar diambil alih. Untung operasinya belum berjalan, hanya baru saja melakukan pembiusan kepada pasien.

Semuanya sudah selesai, Lisa dipindahkan disebelahnya yang terhalang oleh gorden, dan Naya bersebelahan dengan Iva.

Sebelum tak sadarkan diri, Naya menitipkan surat kepada dokter, "Dokter, ini saya nitip surat buat keluarga saya ya, dan ini beberapa surat dari Lisa, dokter simpan aja dulu surat dari Lisa, makasii." Lalu semuanya pun menjadi gelap.

Operasi pun dilakukan, dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim untuk memulai operasi.

Operasi pun berjalan dengan lancar, jantung Naya sudah berada ditubuh Iva. Nyawanya sudah hilang, tidak ada tanda-tanda kehidupan didalam dirinya.

"Innalilahi wa innailaihi rojiun, semoga tenang di alam sana nak, atas kebaikan yang kau lakukan ini," ucap dokter dan semua suster yang ada disana.

Lalu mereka pun membawa jenazah itu dengan menutupi kain putih di atas tubuhnya untuk dibawa ke tempat jenazah dan akan dipulangkan ke alamat rumahnya supaya dimakamkan. Karena tadi Naya menuliskan alamat rumahnya atas persyaratan itu.

Sesampainya diluar, dokter dan para suster keheranan, karena orang tua pasien yang didonorkan malah terlihat biasa-biasa saja oleh perjuangan pendonor ini, seharusnya mereka berterima kasih atau mengantarkannya kepada keluarganya pasien ini karena telah mendonorkan jantungnya untuk Iva.

Flashback off

****

[ Ada ucapan buat seorang Zenaya Azeyva? ]

"Lebih banyak melakukan tindakan langsung dengan perbuatan, kebanding dengan banyak ucapan tapi tidak dilaksanakan."—Zenaya Azeyva.

I'M TALISA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang