Chapter 9

365 5 0
                                    

---

Setelah aku membukanya ternyata itu adalah ayahku yang menyuruh kami untuk lekas tidur, karna besok pagi eyang ingin menunjukkan dan mengajarkan kami cara bermain gamelan. Kami pun hanya mengangguk sebagai jawabannya.

---

Mentari pagi pun menyapa. Mungkin ibuku yang sudah membuka gorden untuk kami pikirku.

Aku pun bangun dan melihat adikku masih terlelap. Aku tidak langsung mandi, aku terdiam lebih dulu untuk mengumpulkan niat hidupku.

Setelah itu aku beranjak untuk mandi. Namun sesaat kakiku menyentuh lantai, aku seperti menginjak sesuatu yang terasa lengket dan berlendir. Karna aku baru bangun jadi aku tidak begitu jelas melihat itu apa.

Aku pun memakai sendal dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu barulah aku memeriksa apa yang sudah ku injak sebelumnya.

Selama aku mandi, aku memikirkan kemana perginya lukisan yang kulihat tempo hari. Mungkin sudah di lepas oleh pak karto pikirku.

Selesai mandi, aku dikejutkan oleh teriakan ibuku yang berasal dari kamarku dan adikku.

Setelah mendengar teriakan ibuku, aku pun berlari dan aku sudah melihat ibuku sedang memeluk adikku yang nampak terkejut, ayahku yang terpaku menatap sesuatu dan ada pula eyang ku dan pak karto yang baru saja tiba di kamar kami.

Aku lantas mengikuti apa yang menjadi objek teriakan dan keterkejutan mereka.

Seketika itu juga aku terdiam kaku melihat apa yang ada dilantai kamar kami. Terlihat darah yang begitu kental seperti dibersihkan tetapi tidak bersih hanya membuat pola memutar saja pada noda darah tersebut.

Lalu setelah ku perhatikan darah itu begitu kental tepat di samping tempat tidur yang aku dan adikku tempati.

---

---

Next---

Gending JawaWhere stories live. Discover now