Chapter 10

322 5 0
                                    

---

Lalu darah itu seolah menetes entah dari mana, terseret entah siapa yang mengeluarkan darah sebanyak itu dan aku mengikuti tetes demi tetes yang ku lihat.

Tapi sebelum itu, aku melihat eyang dan pak karto keluar dari kamar kami dan menuju ke halaman belakang rumah. Dan tetesan darah itu pun membawaku menuju halaman belakang rumah.

Tetesan terakhir tepat berada di bawah tangga rumah ini. Aku terdiam dan berfikir sejak kapan ada tangga disini dan rumah ini tingkat. Mungkin saja kemarin saat aku melihat lihat, tangga ini terlewat pikirku.

Saat aku hendak menaiki tangga tersebut, eyang menarik tanganku dan berkata "Jangan pernah cah ayu naik ke atas sana tanpa seizin saya." Aku pun bingung dan bertanya "Memangnya di atas ada apa eyang?" Beliau pun menjawab "Di sana sangat kotor dan berdebu."

Aku yang hendak bertanya lagi namun ibuku memanggilku untuk membantunya menghilangkan darah tersebut. "Biar nanti bu asri yang akan membersihkan darah itu cah ayu." Setelah mengatakan itu eyang pergi bersama pak karto entah kemana.

'Bu asri ini adalah istri dari pak karto.'

Setelah aku sampai kamar, aku melihat ibuku yang masih termenung. "Sudah mih itu mungkin kucing habis melahirkan." Kataku. Ibuku hanya terdiam dan mentapaku.

Lalu setelah bu asri datang kami pun memutuskan untuk membersihkan darah yang berada di kamar ini bersama.

Namun selagi aku membersihkan, tanpa sengaja aku mengalihkan pandanganku menuju halaman samping dan aku melihat sosok perempuan yang sedang menari dengan sangat indahnya. Tanpa sadar aku mengikuti gerakannya dengan lancar seolah aku sudah terbiasa dengan itu.

Ibuku yang sedari tadi memanggil namaku namun tak ada jawaban yang ia dapatkan, akhirnya ia pun menengok untuk melihatku.

Alangkah terkejutnya ia saat melihatku menari seperti seorang sinden yang sangat ahli. Ibuku pun meninggalkanku bersama bu asri untuk memanggil eyang karna merasa ada yang janggal.

---

---

Next---

Gending JawaWhere stories live. Discover now