Chapter 22 : 2015

13 2 1
                                    

Hujan di luar sekolah semakin deras, dan berkali-kali petir yang bergemuruh dengan kencang.

Darel dan Edwin masih saling bertarung hingga wajahnya memar dan berdarah-darah. Dan badannya juga sangat basah kuyup akibat hujan deras.

Dan Darel pun menjadi merasa agak lemah saat bertarung dengan Edwin abis-abisan, dan Darel pun berlari ke penjaga sekolah untuk meminta bantuan. Dan apa yang terjadi, ternyata penjaga sekolah itu sudah dipenuhi darah akibat banyak tusukkan di sekitar badan dan lehernya. Darel pun terkejut melihat itu.

Edwin pun langsung menarik Darel yang berada di pos penjaga itu.

"Mau minta bantuan sama siapa lu?" Tanya Edwin yang menarik dan menjatuhkan Darel.

"Dwin... lu kenapa Dwin???"

Edwin tidak menjawab, lalu menarik badannya dan menonjok Darel.

"Gw harus melakukan ini untuk kak Arini" jawab Edwin.
"Anjir gw gak ngerti maksud lu... apasih maksud lu Dwin?" Darel terus bertanya-tanya.
"GARA-GARA DIA ABANG GW BUNUH DIRI" jawab Edwin dengan keras.
"Hahh? Abang lu? Apa urusan abang lu dengan semua ini?"

Edwin tidak menjawab dan ia ingin menginjak wajah Darel. Untung saja dengan cepat Darel menghindari injakan Edwin itu. Karena Edwin sangat geram, ia pun langsung mengarahkan pisau ke wajah Darel.

"Bangsat lu DAREL" kata Edwin.

Darel pun menahan tangannya Edwin. Darel pun langsung menghindarinya lagi dan dengan cepat Darel mengambil pisau yang ada di pegangan Edwin dan ia langsung menusuki kakinya Edwin.

"Aaaaaaaaaarrrghhhh" Edwin berteriak.
"Hahahahahaha... Abis luuu Dwin..." kata Darel yang sangat puas menusuk kakinya itu.

Darel dengan langsung bangun dan berlari ke arah gedung sekolah, untuk menghampiri orang-orang yang berada di atas. Dengan jalan yang agak pincang dan badannya juga lemah, Darel tetap memaksakan keadaannya itu untuk membantu orang-orang itu.

Sampai di gedung...
Darel langsung berlari ke UKS dan menyiram luka-lukanya, serta mengobatinya itu dengan menggunakan alkohol. Darel berteriak karena ia melakukannya itu terpaksa agar cepat sembuh.

Karena keadaannya sudah mulai lumayan membaik, Darel pun keluar dari luar UKS, tiba-tiba...

Suara pisau menusuk ke bagian perut Darel, dan Edwin tepat berada di depannya dengan wajah jahatnya itu...

"AAAAAAAAAAAAARRRRGHHHH" Darel berteriak kesakitan.

Darel pun terjatuh, dan berjalan mundur...

"Mau kemana lagi Rel? Hahahahah" tanya Edwin dan tertawa.
"Bangsat lu..." kata Darel, dan langsung mencabut pisau itu. Dan langsung Darel melemparkan pisaunya itu ke arah Edwin, dan Edwin langsung menghindarnya.

Edwin pun mendekat ke arah Darel, dan ia membenturkan kepalanya Darel hingga berdarah dan membuat Darel tidak sadarkan diri, akhirnya Darel pun pingsan dan terbaring di lantai UKS, dengan keadaan perut dan wajah yang berdarah.

Edwin sangat bahagia dan terus tertawa karena telah menghabisi Darel.

"Maafkan aku... Sahabat" kata Edwin yang mengatakan itu sambil mengelus wajahnya Darel.

Edwin pun keluar, dan mengambil pisau. Ia pun berjalan ke arah kelas yang diisi oleh para orang yang mendoakan Bian.

Di Kelas

Mereka semua masih memegang Bian, karena kerasukan Bian ini sangat kuat, sehingga semuanya pada memegangnya. Sedangkan Alex masih terus menyiramnya.

REVENGE AND CHAOS [AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang