CREDIT... (Rewrite)

26 2 1
                                    

17 Tahun Kemudian... (2045)

Darel menelepon Meira.
"Yang..."
"Iyaa mas?"
"Kayaknya kamu temenin aku lagi deh"
"Kenapa mas?"
"aku kayaknya mulai gak enak badan lagi, dan ini udah lebih kerasa banget lemesnya daripada kemarin"
"Ya Ampun mass... kamu sekarang dimana?"
"Masih di kantor"
"Lahh udah tau lemes kenapa masih lanjutin kerjaannya???"
"Yaaa nanggung Yang... ini bentar lagi kelar kok"
"Hmmm ya udah... kalo kamu emang udah gak enak badan banget, udah tinggalin aja! Balik langsung!!!"
"Yaaa gak bisa ditinggalin gitu aja doong, nanti bisa-bisa bos aku marah ke aku"
"Yaa kamunya... maksain banget... ya udah sini biar aku ngomong sama bos kamu biar kamu bisa pulang!"
"Ehhh ehhh apaansihh kamu... udah lahh, nanggung ini gak usah khawatirin kerjaan aku"
"Yaaa aku bukan khawatirin kerjaan kamu... tapi kamunyaa!!!"
"Iyaa iyaaa... kamu jadi galak gini kalo aku sakit"
"Yaaa namanya Khawatir Mas Darel Abrahammmm"
"Hahahahahah iyaa iyaa"
"Ya udahh yaa aku lagi di halte... untung aja belum naik busnya, aku juga mau telepon ibu dulu ini buat minta izin"
"Yaaaa... hati-hati yaa yang"
"Yaaa"

Meira pun menaiki Bus untuk ke rumahnya Darel, diperjalanan oa menelepon ibunya.
"Halo bu..."
"Iyaa nak?"
"Aku ke rumah mas... ke rumah Darel maksudnya"
"Cieee panggilannya udah mas-masan, dah kayak pasutri aja kamu"
"Ihhh apaansihh ibu"
"Yaaa lagi kamu panggilnya mas, nikah cepet aja sudah... biar ibu bisa gendong cucu"
"Yaaa sabar doong bu hahahah"
"Iyaa iyaa... ehhh tapi... kenapa kamu ke rumah Darel lagi? Bukannya sudah kemarin?"
"Iyaa memang sudah, sekarang dia gak enak badan lagi katanya, malah lebih parah katanya... lebih kerasa lemes sekarang"
"Ohhh ya Ampunnn... ya sudahh jaga dia yaaa... jangan sampai dia kerepotan karena ada kamu ya Mei"
"Iyaa nggak kok bu"
"Hati-hati yaa"
"Iyaa bu... aku matiin yaa teleponnya"
"Iyaa"

Meira pun langsung memasukan handphonenya. Setelah berteleponan dengan Darel, ia pun memejamkan matanya untuk sementara karena matanya agak sedikit ngantuk. Namun ia sadar, tujuan untuk sampai di halte tujuannya itu sebentar lagi akan sampai dan akhirnya membuka matanya.

Setelah membuka matanya ia pun menyempatkan matanya untuk melihat-lihat pemandangan jalan. Awalnya biasa saja, tetapi ia akhirnya melihat keanehan di perjalanan itu.

"Kok..." Meira menaikan kepalanya. Karena ia daritadi melihat seorang siswa berseragam berdiri sendiri terus menerus.

"Gw gak salah lihat kan?" Bertanya kepada diri sendiri.

Ia pun melihat jalanan itu lagi.
Sangat terkejutnya ternyata siswa yang berdiri itu menatapnya dan seragamnya berdarah-darah.
"Shit... shittt... Real banget anjiiing itu... Edwin..." Meira mulai ketakutan.

Meira pun melihat jendela bus itu lagi, dan sosok itu pun akhirnya menghilang. Meira pun merasakan kelegaannya, karena sosok itu menghilang dari penglihatannya.

"Syukur lahhh... astaga ya tuhannn untung sosok itu menghilang"

Lalu orang-orang yang berada di bus hingga Meira terkejut karena tiba-tiba saja Supir Bus itu memberhentikan Busnya dengan dadakan karena kelewatan sebuah halte.

"Aduhhh gimana sihh pak" orang-orang pada protes ke supir itu.
"Ahhh gilaa nih Supir" Meira yang masih shock dengan kejadian yang dialami sekarang, dan detak jantungnya masih berdegup kencang.

"Mohon maaf semuanya" supir bus itu kepada para penumpang.

Bus itu pun berjalan... dan tujuan Meira tinggal satu halte lagi.

REVENGE AND CHAOS [AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang