Butuh setidaknya waktu 30 menit untuk Jaemin beserta ibunya sampai di butik langganan ibu Jaemin.
Begitu mobil mereka sampai, Ibu Jaemin dengan terburu masuk ke dalam butik yang kemudian diikuti Jaemin dan Winter di belakangnya.
Saat mereka berada di dalam butik, seorang karyawan datang menyapa mereka dengan senyuman ramah khas seorang profesional.
"Selamat pagi, Nyonya Na," sapa karyawan butik yang tampak mengenali Ibu Jaemin.
"Halo Anna, Hera ada?"
"Ada, Nyonya. Mohon ditunggu sebentar. Saya segera panggilkan Nyonya Hera," balas karyawan bernama Anna itu, kemudian ia masuk ke dalam suatu ruangan untuk menjemput seseorang bernama Hera.
Tak lama, Hera dan Anna mendatangi Nyonya Na.
"Ya ampun, Jeng! Udah lama enggak ketemu! Gimana? Gimana? Sehat?" Hera menyapa ibu Jaemin, kemudian memeluk dan mencium pipi kanan dan pipi kiri Nyonya Keluarga Na itu.
"Sehat, Jeng," Ibu Jaemin membalas sapaan Hera. "Maaf ya, Jeng, tiba-tiba dateng ngerepotin gini."
Hera tertawa kecil sebagai reaksinya, "Enggak, enggak ngerepotin sama sekali. Malah seneng banget Jeng Yuna dateng ke sini. Sering-sering dateng ya, Jeng. Hihi ..."
Beberapa detik kemudian Hera menoleh ke arah Jaemin dan Winter, "Ini pengantinnya ya, Jeng?"
"Iya, ini Jaemin sama calonnya."
"Ya ampun, ini Jaemin?" Hera mendatangi Jaemin, kemudian mengusap lengan atas Jaemin, "Udah gede banget ya, Jeng. Padahal perasaan kemarin Jaemin masih pip sama pup di popok, sekarang sudah siap bawa calon aja hahaha," goda Hera kepada Jaemin, basa-basi yang selalu terasa basi.
Sementara itu, Jaemin hanya tersenyum tipis sebagai respon atas perkataan Hera, teman ibunya itu, sedangkan Ibu Jaemin justru tertawa.
"Aduh, Jeng ... Syukur-syukur deh ada yang mau sama anaknya. Udah takut duluan saya kalo Jaemin enggak kawin-kawin, mana umurnya udah pas. Untung Jaemin enggak jadi perjaka tua, Jeng. Hihi ..."
"Ah, masa perjaka tua, Jeng? Jaemin ganteng gini, masa enggak ada yang mau?"
Ibu Jaemin terkekeh, "Yang mau banyak, tapi pada kabur semua, enggak tau kenapa. Pada takut kayaknya ... hahaha."
"Hahaha, Jeng Yuna bisa aja."
Jaemin yang mendengar perbincangan ibunya dan Hera pun merasa malu. Rasanya ia ingin segera menghilang detik itu juga. Percakapan kedua ibu-ibu itu cukup membuatnya terlihat seperti bujangan yang tak laku-laku di usianya yang baru menginjak 25 tahun.
Usai puas menceng-cengin Jaemin bersama Yuna, perhatian Hera kemudian beralih ke Winter, "Ya ampun ini calonnya Jaemin? Cantik banget, ya."
"Ya, Jeng. Ini calonnya Jaemin, namanya Winter."
Winter tersenyum saat menyapa Hera, "Halo, Tante."
Hera heboh sendiri saat melihat Winter, "Ya ampun, Jeng. Cakep banget ya Winter, pinter nih Jaemin nyari calonnya."
"Iya, Jeng. Winter anaknya manis, penurut, sopan, udah gitu lucu lagi. Pokoknya Jaemin kalah deh."
Hera tertawa mendengar perkataan Ibu Jaemin, "Aduh, Jeng. Kalo Winter bukan calonnya Jaemin, udah saya nikahin mungkin sama anak saya, si Sungchan."
"Waduh, Jeng ... Ampun! Jangan deh. Entar enggak ada lagi yang mau sama Jaemin. Ini juga Winter, paket limited edition yang mau sama Jaemin. Enggak tau lagi adanya kapan orang yang kayak Winter di dunia ini."
Hera kembali tertawa saat mendengar perkataan Ibu Jaemin.
Sementara itu, Jaemin dalam hati merutuk saat mendengar perbincangan kedua ibu-ibu itu yang memuja-muji Winter dibandingkan dirinya.
Sebenernya siapa sih yang jadi anaknya Mama?
Setelah dua puluh menit lebih ngobrol ngalor ngidul, akhirnya kedua ibu-ibu itu memutuskan menyudahi percakapan mereka.
"Ya ampun, kebanyakan ngobrol jadi enggak fitting-fitting kita," ujar Ibu Jaemin.
"Haduh, iya sampe kelupaan ... mari Jeng, ke sini ... saya udah siapin gaun-gaun pengantin buat Winter. Diliat-liat dulu ..."
Hera menuntun Ibu Jaemin beserta Jaemin dan Winter menuju suatu ruangan tempat gaun-gaun digantung berderetan.
"Cakep-cakep ya," komentar Ibu Jaemin sembari melihat satu per satu gaun pengantin yang tersedia.
Ibu Jaemin kemudian menoleh ke arah Winter dan Jaemin, "Jaemin, Winter, mau gaun yang mana?"
Winter menoleh ke arah Jaemin, meminta bantuan, membuat Jaemin maju beberapa langkah, melihat-lihat deretan gaun di hadapannya.
Pilihannya kemudian jatuh pada sebuah gaun yang menarik matanya.
"Yang ini aja, Ma."
Hera menerima gaun yang diulurkan Jaemin, kemudian memeragakan gaun itu di hadapan tubuh Winter.
"Cantik banget," komentar ibu Jaemin saat melihat Winter dengan tampilan gaun pengantin di depannya.
"Emang anaknya cantik, jadi gaunnya juga cocok," balas Hera.
"Iya, semuanya cantik. Gaun sama Winternya. Iya, kan, Jaemin?"
Jaemin yang melamun sedari tadi tersadar saat mendengar pertanyaan dari sang ibu.
"I-iya, Ma."
"Nah, gimana kalo sekarang kita pilih Tiara atau Crown untuk Winter?"
"Boleh tuh, Jeng."
Winter ditarik Hera dan ibu Jaemin menuju rak kaca berisi mahkota untuk hiasan kepala pengantin perempuan.
"Yang ini cakep," tunjuk Hera, kemudian meletakkan crown dengan ukuran lumayan besar di atas kepala Winter.
Ibu Jaemin tampak berpikir, "Agak kegedean ya, Jeng. Pengen yang simpel tapi anggun gitu."
"Oh yang ini aja, atau mau yang ini? Ini Tiara Flower, lagi pada seneng yang pakai ini."
"Coba Jeng ..." Ibu Jaemin kemudian memakaikan Tiara Flower itu ke atas anak-anak rambut Winter. "Cakep ya."
"Ya, kan."
"Ya udah, Jeng. Saya ambil aja yang itu."
"Siap, siap, Jeng." Hera kemudian menitipkan Tiara Flower yang dipilih Ibu Jaemin kepada Anna. "Gimana kalo sekarang kita liat Winter uji coba gaun pengantinnya, Jeng? Buat sekalian pas-in ukurannya nanti."
"Ide bagus tuh, Jeng," Ibu Jaemin kemudian menoleh ke arah Winter, "Winter kamu coba gaun pengantinnya dulu ya, Sayang."
"Iya, Ma."
Hera menoleh ke arah Anna yang sedari tadi setia mengekori mereka. "Anna, tolong bantu Winter menyiapkan gaun dan tatanan rambutnya ya."
"Baik, Nyonya," Anna menunduk, kemudian mempersilakan Winter untuk mengikutinya. "Mari ikuti saya, Nona Winter."
Mendengar suara Anna, Winter mengikuti Anna, meninggalkan Ibu Jaemin, Hera, dan Jaemin yang masih berada di tempat.
"Gimana kalo sekarang kita cari tuksedo buat Jaemin sambil nunggu Winter selesai coba gaunnya?" Hera kemudian mengarahkan Nyonya Na mengikutinya, membiarkan Jaemin di tempat, memerhatikan Winter yang perlahan mulai menghilang dari pandangan.
Menyadari Jaemin yang tak bersamanya, Ibu Jaemin menoleh dan mendapati anak semata wayangnya itu masih terdiam di tempatnya.
"Jaemin, kamu ngapain di sana, Nak? Sini! Kita pilih pakaian untukmu, Sayang."
Mendengar Nyonya Na yang menyadarkan Jaemin, Hera kemudian bercelatuk yang diselingi ketawa kecil, "Enggak boleh pisah sebentar ya calon pengantinnya. Bucin banget kayaknya."
"Ah, Jeng, bisa aja, hahaha ..."
"Bakal cepet dapat cucu nih, Jeng. Haha..."
"Hahaha ..." Nyonya Na tampak tertawa puas mendengar perkataan Hera, sementara Jaemin tak dapat menyembunyikan wajah merahnya.
Cucu?
Seketika Jaemin teringat kembali perkataan Winter semalam.
Sial, sial, sial.
Kini Jaemin merasakan panas kembali menjalar di kedua pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DE(VI)LICIOUS SERIES [WHITORY VERS.] - TAMAT
FanfictionApa menu santapan yang paling kalian suka? Menu No. 1 Thirsty: Sadistic Lover Winter adalah succubus yang ditendang dari dunia iblis karena sampai usia dewasa belum pernah berhubungan intim dengan manusia, dan Jaemin adalah pria yang terancam divoni...