"Ini struk pembayarannya. Terima kasih telah memercayai toko kami. Semoga Anda sehat selalu, Tuan Pelanggan," adalah kalimat terpanjang yang pernah dikeluarkan oleh sang penjaga toko.
Jaemin yang mendengarnya pun sontak mengangkat alisnya tak percaya sebab beberapa waktu lalu Jaemin yakin bahwa penjaga toko itu tampak tak bergairah untuk hidup, tetapi kenapa sekarang ia bisa berbicara panjang lebar seperti itu?
"Kenapa lu?" Tanya Chenle saat mereka bertiga keluar dari toko itu.
Ya, mereka bertiga; Winter, Jaemin, dan Chenle. Entah bagaimana akhirnya Jaemin memutuskan untuk membawa Winter bersamanya, dia tidak tega meninggalkan Winter di sana, takut Winter berbuat liar pada pengunjung yang lain.
Ekhem.
Cukup Jaemin saja yang jadi korbannya, jangan yang lain, bisa-bisa mereka ikut pasrah seperti Jaemin."Enggak apa-apa, tadi kasirnya aneh banget. Pas gua masuk, dia diem-diem aja, tapi pas kita bayar, dia ngomong panjang lebar. Apa dia berubah karena ada duit kali ya?"
Chenle tertawa mendengar perkataan Jaemin. Tidak salah, tetapi tidak benar juga sih. Sebab perubahan penjaga toko kaset itu adalah karena dirinya.
"Bukan, karena gua pemiliknya," ujar Chenle saat mereka sudah memasuki mobil.
Mata Jaemin sontak melebar saat mendengar perkataan Chenle, "Hah? Sejak kapan lu beli toko kaset itu, Chen?"
"Gatau, lupa. Iseng aja sih waktu itu, eh seru juga ternyata."
Jaemin memutar bola matanya, sama sekali tidak mengerti perkataan yang dilontarkan Chenle.
Dasar orang kaya beserta hobi anehnya.
"Pantes dia engga langsung dateng pas lu teriak-teriak kesetanan kayak tadi, gamau gangguin lu kayaknya."
"Bingo," Chenle kemudian melirikkan matanya ke arah kaca spion yang terletak di tengah mobil. Kaca itu menampakkan Winter yang sedang terduduk tenang di kursi belakang.
Winter, gadis itu, sudah terlihat lebih normal dari penampilan sebelumnya. Setidaknya penampilannya yang sekarang tak menusuk mata.
"... Jadi, kemana kita harus mengantar Nona Manis ini?" Tanya Chenle yang membuat Jaemin menggerutu sendiri di sebelahnya.
"Nona manis, nona manis, Nona Mesum kali yang ada ..."
Winter yang mendengar gerutuan Jaemin pun merasa kesal dan berakhir menendang kursi Jaemin hingga membuat Jaemin terkejut.
Jaemin lantas menoleh ke belakang dan mendapati Winter bersedekap dada serta mengangkat alisnya, menantang Jaemin, membuat Jaemin yang tadinya ingin mengomeli gadis itu pun akhirnya menahan amarahnya.
Sementara itu, Chenle yang melihat interaksi Winter dan Jaemin pun tak bisa menahan tawa gelinya.
Tak seperti biasanya, sikap Jaemin itu sedikit berbeda sama Winter. Biasanya, Jaemin kalo ada cewe, dia nundukin kepala, ngejaga pandangan, pokoknya tiba-tiba jadi cowok paling kalem.
Kalo enggak gitu, ya, dia paling jadi cowo yang mengintimidasi.
Pokoknya kalo sama cewek, Jaemin itu enggak bisa berekspresi bebas. Kalo ga kaku, ya, galak menakutkan. Gatau kenapa. Tapi, kenapa sama Winter, dia jadi ngegemesin gini, ya?
Chenle jadi pengen ikut-ikutan ngegoda Jaemin.
"Udah, udah, enggak usah berantem. Enggak malu apa lu, Jaem, berantem sama cewek?"
Jaemin kembali ke posisi semulanya.
"Jadi mau dianter kemana, Nona Manis?"
"Berhenti memanggilku Nona Manis, manusia."
KAMU SEDANG MEMBACA
DE(VI)LICIOUS SERIES [WHITORY VERS.] - TAMAT
FanfictionApa menu santapan yang paling kalian suka? Menu No. 1 Thirsty: Sadistic Lover Winter adalah succubus yang ditendang dari dunia iblis karena sampai usia dewasa belum pernah berhubungan intim dengan manusia, dan Jaemin adalah pria yang terancam divoni...