Bab 20: Kunjungan Teman (2)

385 50 4
                                    

Ceklek, suara kunci pintu apartemen Jaemin yang terbuka mengundang Haechan untuk segera menerobos masuk ke dalam apartemen. Saat presensi Jaemin ditemukan dalam radar pandangannya, segera saja Haechan merangkul Jaemin ke dalam pelukannya.

"NAH! Gitu dong langsung dibuka!!" ujar Haechan seraya menjitak kepala Jaemin dan membawanya mendekat ke tubuhnya. Jaemin berusaha melepaskan dirinya dari cengkraman Haechan.

"Lepas, bangke! Lu bau ketek!" Protes Jaemin berusaha melepaskan diri, tetapi semakin Jaemin berusaha melepaskan dirinya semakin jahil juga Haechan menggoda Jaemin.

"Nih, nih! Cium bau ketek gua!" Haechan sengaja mendorong wajah Jaemin ke arah ketiaknya, tak memedulikan Jaemin yang berteriak ke arahnya. Haechan justru semakin senang saat Jaemin memberontak dan teman-temannya memberikan reaksi tertawa ke arahnya.

"Makan nih! Suruh siapa nikah enggak bilang-bilang? Mana nikahnya sama Winter lagi!" Haechan seakan memiliki dendam tersendiri saat ia memaksa Jaemin mencium ketiaknya.

Absurd memang, Haechan itu enggak terima Jaemin nikah sama Winter, soalnya Haechan juga kesengsem sama Winter pas awal ketemu. Winter imut banget kayak adik ngegemesin yang harus dilindungi, masa nikahnya sama pria modelan Jaemin? Haechan enggak terima dong, boleh 'kan?

"Hoora!! Semangat Jaemin lepas dari ketek Echan!!" Renjun menjadi tim hore, menyemangati tingkah ajaib Haechan dan Jaemin pagi itu. Dia sih tidak berpihak ke siapa-siapa, tapi seneng aja kalo ada keributan.

Kalau Chenle? Enggak usah ditanya. Udah melipir ke pojokan, lagi males mencari keributan. Beda sama Mark yang berusaha menengahi tingkah konyol kedua temannya itu.

"Chan, ampun deh! Lepasin Jaemin!"

"Iya nih, bangsul emang!" Buk, Jaemin menyikut perut Haechan dan berhasil melepaskan diri.

Buk, buk, buk, berikutnya Jaemin melayangkan pukulan dan tendangan pada Haechan hingga Haechan jatuh bersimpuh dan sudah tidak lagi berdaya (tidak dalam konotasi yang sebenarnya).

Haechan megangin perutnya yang berdenyut kesakitan karena pukulan Jaemin, sementara Jaemin natep Haechan penuh dendam. Belum puas sebenarnya, tapi Mark udah keburu nahan Jaemin.

Mark hanya geleng-geleng kepala aja melihat tingkah Haechan, dia sebenernya udah biasa sama kondisi kelima sahabatnya itu, apalagi Jaemin sama Haechan yang udah terkenal bak Tom and Jerry. Haechan sendiri kayak enggak pernah tobat atau gimana gitu ngejailin Jaemin, udah tau Jaemin kalo marah itu galaknya minta ampun. Nyeremin abis.

Renjun cuma bisa ketawa ngakak ngeliat akhir dari Haechan vs Jaemin itu.

"Selamat ya, Jaem," tiba-tiba Jeno mendatangi Jaemin sembari menyerahkan dua paper bag di tangannya, "Gua enggak nyiapin banyak, tapi ini kado pernikahan buat kalian."

Jaemin dengan ragu pun menerima dua paper bag yang diberikan Jeno, "Makasih, No."

Tahu situasinya sudah lebih baik, Mark pun berusaha mengambil alih, "Iya, kita kan ke sini mau seneng-seneng."

Mark tersenyum, kemudian mengangkat dua paper bag di tangannya, "Ada ayam goreng nih, kita bawa banyak, sama kado juga. Kemarin kan belum sempet ngerayain pesta lajang lu. Walau terlambat, tapi enggak apa-apa lah."

"AYAAAM!"

Jaemin tersenyum saat mendengar kehebohan teman-temannya itu, tak ada satupun dari mereka yang berubah. Jaemin rasa ia juga harus bersikap seperti biasa.

"Iya, nih. Yuk makan ayamnya," ujar Chenle sambil berjalan masuk ke dalam ruang tamu apartemen Jaemin. Semuanya masuk, yang tertinggal hanyalah Haechan dan Jaemin yang masih berdiri di dekat pintu masuk apartemen Jaemin.

"Jadi dimana, Winter?" Tanya Haechan sembari tersenyum. Sedari tadi pandangannya mengedar, mencari keberadaan Winter, tapi tak kunjung ia temukan.

Jaemin melirik tajam ke arah Haechan, tangannya terangkat, ingin menghajar Haechan yang terus saja mencari keberadaan istrinya, tetapi sebuah suara dari temannya yang tengah berada di ruang TV menghentikan niatan Jaemin.

"JAEMINN!! DI SINI KOK ADA YANG LENGKET-LENGKET GITU!!"

Sontak Jaemin menolehkan kepalanya saat suara Chenle menginterupsi, buru-buru dia berlari ke arah sofa yang dibicarakan Chenle. Benar saja ada noda yang tertinggal sisa kemarin.

Segera Jaemin meraih dua lembar tisu yang terletak di atas meja dan menyeka noda itu seperti tidak terjadi apa-apa. "Berisik," ketus Jaemin.

Saat Renjun dan Chenle sibuk menggoda Jaemin, Mark datang dengan beberapa bungkus ayam goreng dan piring, kemudian menata mereka di atas meja di dekat sofa.

"Udah, udah," ujar Mark. "Katanya tadi mau nonton."

Pertanyaan-pertanyaan mengandung 18+ terus ditujukan kepada Jaemin, tetapi Jaemin memutuskan untuk tidak mengacuhkan teman-temannya itu. Berbeda dengan Jeno yang berdiri di belakang sofa, memerhatikan sisi sofa yang dibicarakan Chenle, tempat dimana bekas noda yang dimaksud Chenle tadi tertinggal.

Mata Jeno menggelap kala memandang sudut sofa yang sudah bersih itu. Jeno memberikan tatapan mata yang tak suka ke arah sana. Kemudian, ia mengepalkan tangannya diam-diam saat melihat reaksi yang diberikan Jaemin seakan membenarkan semua fakta yang ada tanpa harus berbicara.

Kriett ...

Suara pintu yang terbuka menghentikan ejekan yang dilayangkan Renjun dan Chenle kepada Jaemin. Semua atensi saat ini tertuju ke arah Winter yang berdiri di ambang pintu. Kini Winter sudah berpakaian lengkap dengan baju terusan berwarna putih yang terlihat manis.

Mata bulat Winter memindai seluruh wajah teman Jaemin yang berada dalam jangkau pandangnya. Ada beberapa dari mereka yang Winter kenal dan yang lainnya tidak.

Winter kemudian memutuskan mengangkat satu tangannya dan tersenyum, "Hai."

Keberadaan Winter memberi kekuatan magis tersendiri bagi orang-orang yang berada dalam satu ruangan dengannya. Senyuman Winter mampu membuat semua orang membeku, hanya menatapnya dalam diam.

Winter meringis dalam hati, merasa malu sendiri. Apa kekuatannya terlalu berlebihan, ya?

Butuh beberapa sekon bagi Winter untuk mendapatkan sambutan. Ialah Mark orang yang pertama memberikan respon pada sapaan Winter. Mark bangkit dari posisinya, ikut mengangkat satu tangannya dan tersenyum dengan senyum khasnya.

"Halo, Winter. Gua Mark, temannya Jaemin."

Winter mengangguk, "Halo Mark."

Chenle menyikut Renjun di sebelahnya yang sedari tadi melamun memerhatikan Winter. Karena Renjun adalah orang terakhir yang belum berkenalan dengan Winter.

"G-gua Renjun."

Pupil mata Winter kemudian beralih, mengikuti keberadaan Renjun. "Halo juga, Renjun."

Saat mendengar sapaan Winter, Renjun merasa malu karena tadi sempat meledek Jaemin dan Winter.

"Sori ya kita berisik?" ujar Renjun.

"Enggak apa-apa, kok. Lagipula memang Jaemin dan aku, kita berdua terus melewati malam yang panas bersama."

Satu ruangan itu terkejut saat mendengar ucapan Winter. Bukan Jaemin yang mengiyakan, tetapi justru Winter?

DE(VI)LICIOUS SERIES [WHITORY VERS.] - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang