"Winter mau kemana, Chi~?"
Winter menghentikan langkahnya saat mendengar pertanyaan Annchi dalam kepalanya. Tampak makhluk berbulu itu tengah mengkhawatirkan keadaan tuannya yang saat ini dilanda perasaan kebingungan.
Winter menolehkan kepalanya ke belakang, tak ada Jaemin yang mengejarnya. Ia pun sedikit memelankan laju jalannya seraya memerhatikan sekitar. Winter tidak tahu di mana ia berada saat ini. Kakinya membawanya entah kemana di saat kepalanya dipenuhi oleh Jaemin.
"Apa sulitnya berbicara jujur padaku?" tanya Winter merasa kesal sendiri saat mengingat ekspresi terakhir Jaemin sebelum ia pergi.
Winter sendiri tidak mengerti kenapa ia marah saat ini. Marah karena Jaemin impoten? Tentu tidak. Selama bersama Winter, Jaemin terus meresponnya. Lantas apa?
Jawabannya karena laki-laki itu tak bercerita padanya dan memilih bercerita pada Jeno. Winter merasa tersaingi dan dikalahkan oleh eksistensi Jeno, terlebih saat dirinya tahu bahwa Jeno memiliki perasaan lebih pada Jaemin, Winter jadi tidak melihat Jeno dengan kacamata yang biasa.
"Hah! Na Jaemin menyebalkan!" umpat Winter saat mengingat kembali pertengkarannya dengan Jaemin tadi.
"Siapa Na Jaemin?"
Winter menolehkan kepalanya saat mendengar pertanyaan lembut yang ditujukan kepadanya. Matanya membola saat menemukan presensi Jaehyun yang kini berdiri di sebelahnya dengan senyum manis milik pria itu.
Winter sedikit membuka mulutnya, tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Bagaimana bisa?!
"Halo, Saudari Winter. Kita bertemu lagi."
Saat mendengar sapaan Jaehyun, Winter rasanya ingin segera menjauhi Jaehyun, tetapi Jaehyun yang berdiri di sebelahnya menyamai langkahnya, membuat Winter merutuk dalam hati.
"Aku senang sekali bertemu dengan Saudari Winter karena terakhir kali kita bertemu Saudari Winter langsung pergi begitu saja," ujar Jaehyun lagi, kali ini diselingi tawa kecil, laki-laki itu tampak sekali berusaha membuka percakapan mereka.
Winter memutar bola matanya saat mendengar perkataan Jaehyun. Tentu saja dia pergi, dia diajak beribadah. Iblis mana coba yang tak jengkel?
"Apa aku berbuat salah pada Saudari Winter sebelumnya sampai membuat Saudari Winter pergi?"
Winter menolehkan kepalanya kembali ke arah Jaehyun dan tersenyum, "Tidak, kok, Jaehyun. Waktu itu aku ada urusan mendadak. Maaf ya."
"Syukurlah," ujar Jaehyun. "Bagaimana kalau sekarang kita iba---"
"Aduh, aduh! Perutku!" Seru Winter sembari memegangi perutnya, pandangannya mengintip dari ujung mata, melihat reaksi yang diberikan Jaehyun.
Jaehyun tampak cemas dengan keadaan Winter, "Kamu baik-baik saja, Saudari Winter?"
"Sepertinya perutku sakit, jadi hari ini aku tidak dapat beribadah, hehe ..." Winter menyisipkan cengiran di akhir kalimatnya seraya menyelipkan anak-anak rambutnya ke belakang daun telinga.
"Oh, sayang sekali." Jaehyun tampak mengendurkan bahunya, terlihat sangat kecewa.
Winter berdecak dalam hati, Kalau sudah tahu begitu, pergi sana! Hush hush!
"Bagaimana kalau kita makan siang bersama? Apa Saudari Winter sudah makan?"
Winter mengerjap saat mendengar pertanyaan Jaehyun. Jelas sekali Jaehyun tak ingin melepaskan dirinya. Boleh juga tekadnya.
"Bagaimana?" tanya Jaehyun sekali lagi, memastikan.
"Baiklah. Ayok," putus Winter. Mungkin ia bisa melupakan sebentar masalahnya dengan Jaemin saat ini.
Tak berapa lama kemudian, Winter dan Jaehyun sudah tiba di suatu restoran yang direkomendasikan Jaehyun sepanjang perjalanan. Tak seperti tampangnya, Jaehyun bercerita banyak hal dan Winter hanya menanggapi perkataan laki-laki itu seadanya. Moodnya benar-benar buruk karena pertengkarannya dengan Jaemin.
"Apa kamu yakin ini tempatnya?" tanya Winter saat masuk ke dalam restoran.
Restoran itu tampak luas, begitu banyak meja yang tertata berdekatan. Di tengahnya ada kasir yang terhubungan dengan dapur dan beberapa sudut di dinding restoran itu terdapat bingkai penghargaan, pendirian restoran, atau bahkan tanda tangan artis yang ditinggalkan. Sekilas, restoran itu tampak seperti restoran pada umumnya.
Akan tetapi, satu yang janggal, restoran itu tampak senyap seakan tak memiliki kehidupan. Tak ada satupun orang di dalam restoran selain Jaehyun dan Winter di sana, membuat Winter mencium bau-bau yang mencurigakan. Matanya terus mengedar dengan kaki yang terus melangkah, tetapi semakin lama ia berjalan semakin kuat perasaan curiganya.
'Annchi! Annchi!'
Merasakan perasaan yang janggal, Winter berusaha memanggil Annchi, tetapi tidak ada respon. Spontan, Winter menoleh ke arah belakang dan betapa terkejutnya saat ia mendapati penampakkan yang aneh baginya.
Jaehyun yang tengah menodongkan sebuah pistol ke arah Winter.
"Ketangkap kamu, iblis," ujar Jaehyun sembari menyunggingkan senyum tipis.
Sedari awal, sosok agamis merupakan topeng yang dikenakan oleh Jaehyun selama ini, Winter seharusnya menyadari itu. Jaehyun adalah seorang pemburu iblis.
Winter memiringkan kepalanya sedikit, "Benarkah?" tanya Winter, kemudian mengeluarkan kedua sayap besarnya yang membentang untuk merengkuh Jaehyun ke dalam jangkauannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DE(VI)LICIOUS SERIES [WHITORY VERS.] - TAMAT
FanfictionApa menu santapan yang paling kalian suka? Menu No. 1 Thirsty: Sadistic Lover Winter adalah succubus yang ditendang dari dunia iblis karena sampai usia dewasa belum pernah berhubungan intim dengan manusia, dan Jaemin adalah pria yang terancam divoni...