CHAPTER 5; BULAN DAN CERMIN

20 8 2
                                    

[⚠️harshword, nsfw]
━━━━━━━━━━━━━━

Ketika orang lain sibuk menata masa depan mereka, aku hanya terdiam menatap langit malam. Indah, bintang-bintang terlihat seperti taburan gula di atas kue blueberry. Dilengkapi bulan sabit sebagai pelengkap semesta. Manis rasanya, aku selalu tersenyum setiap menatap langit malam. Ada sesuatu yang spesial di sana yang tak bisa kuungkapkan melalui kata-kata.

Papa dan Mama selalu mengurungku di kamar kala malam tiba. Entah, aku pun tak tahu alasannya. Mereka hanya mengatakan untuk alasan keamanan. Memang aku hewan buas?

"Hai kawan, bagaimana sekolah mu hari ini?" tanya nya sambil menyentuh permukaan cermin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai kawan, bagaimana sekolah mu hari ini?" tanya nya sambil menyentuh permukaan cermin. Aku hanya menggeleng. Dia mengernyitkan dahinya, "Ada apa?" Aku menggeleng lagi. Sekilas ku tatap wajahnya, ada aura negatif terpancar di sekitar tubuhnya sepertinya dia tidak suka kalau aku berbohong.

"Ya baiklah," aku berjalan mendekati cermin. Duduk berhadapan, menatapnya. "Janji tidak bilang ke Papa dan Mama?"

Dia mengangguk.

"Huft ... Hari ini sangat aneh. Aku melihat sesuatu yang mustahil untuk dilihat manusia biasa."

"Maksudmu? Oh Axel, jelaskan dengan rinci agar aku bisa mengerti."

"Aku belum selesai bicara, Lex. Kau suka sekali memotong pembicaraan ku. Aku lanjutkan, hari ini ada anak baru. Namanya Han Aron, dia sekelas denganku. Aku heran mengapa dia sangat baik padaku. Bahkan ketika Hyunki menggangguku dia menolongku."

"Bukankah itu wajar? Apa yang kau pikir aneh? Pikiranmu?" kekehnya. Aku menatap kesal. Bisa-bisanya dia mengejekku disaat aku sedang serius.

"Maaf, lalu? Bagaimana?"

♪ ♪ ♪

Aku menceritakan tentang kejadian di kantin. Tentang Aron yang sepertinya bisa mengendalikan gravitasi. Alex terkejut, ia mengetuk dari dalam cermin. "Hey, apa kau yakin dia punya kekuatan seperti itu?". "Ya mana aku tahu! Kalau aku tahu juga aku tak akan bertanya kepadamu ...."

"Bagaimana denganmu?"

"Apa yang kau maksud?"

"Apa bakat mu?" tanyanya dengan serius. Hmm, sudah dua orang menanyakan hal yang sama. Kenapa mereka membicarakan bakat?

"Axel, semua serigala memiliki bakat. Aron adalah serigala. Kau harus berhati-hati dengan dia, aku khawatir dia dari bangsa musuh. Kau tahu sendiri kan bangsa serigala putih dan serigala hitam saling bermusuhan?". Ah, cerita kuno itu lagi. Siapa yang akan percaya di zaman seperti ini?

"Ya ya ya aku mengerti. Tidak usah kau ceritakan kisah kuno itu lagi. Aku sudah muak mendengarkan sejak aku masih duduk di bangku sekolah dasar." Dia berdecak, seringainya begitu tajam terlihat. "Kisah itu benar adanya, Axel. Itu kisah nenek moyang kita."

"Yah, apapun itu aku tidak peduli," kataku sambil merebahkan tubuh. Ku tatap langit-langit kamar sembari membayangkan hari esok.

Tok! Tok!

"Apalagi?" aku menoleh dari atas kasur. Alex menatapku tajam. Aku kembali duduk, merapihkan rambutku yang sedikit acak-acakan. Dia memasukkan tangannya ke dalam saku celana, dari gerak gerik nya seperti dia sedang mencari sesuatu. "Ini." Dia mengeluarkan benda dari dalam saku celananya. Aku segera bangun dari tempat tidur dan mendekati cermin.

 Aku segera bangun dari tempat tidur dan mendekati cermin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cincin? Untuk apa?"

"Agar kau tidak menggila saat purnama tiba, juga sebagai kontrol kekuatan agar aura serigala dalam dirimu tidak terdeteksi oleh musuh."

Dia mengulurkan tangannya, permukaan cermin entah mengapa menjadi fleksibel dan bisa ditembus oleh tanganku. Aku menerima cincin itu. Ukiran wajah serigala yang menurutku agak 'norak' untuk dipakai oleh bocah SMA seperti ku. Tapi aku tak enakan jika harus menolak pemberiannya, yah kalaupun aku menolak dia pasti akan memaksa. Aku tersenyum tipis tanpa berkata apapun dan dibalas senyum tipis juga olehnya. Agak gila memang, seperti berbicara dengan diri sendiri.






















Dari jauh sepasang mata melihat peristiwa itu, "Akhirnya kita bertemu, Alex".

Ημίαιμος (HALF BLOOD) | DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang