CHAPTER 2; MONSTER

23 7 3
                                    

[⚠️harshword, nsfw]
━━━━━━━━━━━━━━

Hari-hari kujalani seperti biasanya. Seperti anak remaja pada umumnya. Sekolah. Ya, sudah kewajiban bagi seorang anak untuk menuntut ilmu demi masa depannya. Masa depan? Haha, bahkan aku pun tak tahu aku punya masa depan atau tidak.

Gedung bertingkat tiga itu terlihat seram dari kejauhan. Susunan jendela krepyak bercat abu-abu dan pintu kayu berwarna senada itu memberi kesan 'mati' ketika diadu dengan dinding putih. Sebenarnya, bukan hanya itu. Alasanku enggan menjejakkan kaki ke tempat ini adalah karena penderitaanku berpusat pada tempat ini.

♪ ♪ ♪

"ᴅɴᴀ ᴍᴇʀᴜᴘᴀᴋᴀɴ ᴍᴀᴛᴇʀɪ ɢᴇɴᴇᴛɪᴋ ʏᴀɴɢ ᴛᴇʀᴅᴀᴘᴀᴛ ᴘᴀᴅᴀ ꜱᴇᴍᴜᴀ ꜱᴇʟ ᴍᴀᴋʜʟᴜᴋ ʜɪᴅᴜᴘ ᴅᴀɴ ʙᴇʀꜰᴜɴɢꜱɪ ᴍᴇᴍʙᴀᴡᴀ ɪɴꜰᴏʀᴍᴀꜱɪ ʏᴀɴɢ ᴅɪᴘᴇʀʟᴜᴋᴀɴ ᴜɴᴛᴜᴋ ꜱɪɴᴛᴇꜱɪꜱ ᴘʀᴏᴛᴇɪɴ ᴅᴀɴ ʀᴇᴘʟɪᴋᴀꜱɪ."

"ꜱᴀᴛᴜ ᴍᴏʟᴇᴋᴜʟ ᴅɴᴀ ᴛᴇʀᴅɪʀɪ ᴀᴛᴀꜱ ᴅᴜᴀ ᴘɪᴛᴀ ɢᴀɴᴅᴀ. ᴍᴀꜱɪɴɢ-ᴍᴀꜱɪɴɢ ᴘɪᴛᴀ ᴅɴᴀ ᴅɪʜᴜʙᴜɴɢᴋᴀɴ ᴏʟᴇʜ ɴᴜᴋʟᴇᴏᴛɪᴅᴀ ꜱᴇʜɪɴɢɢᴀ ᴍᴇᴍʙᴇɴᴛᴜᴋ ꜱᴛʀᴜᴋᴛᴜʀ ʀᴀɴᴛᴀɪ ɢᴀɴᴅᴀ ʏᴀɴɢ ᴛᴇʀꜱᴜꜱᴜɴ ꜱᴇᴘᴇʀᴛɪ ᴛᴀɴɢɢᴀ ʙᴇʀᴘɪʟɪɴ ᴀᴛᴀᴜ ʏᴀɴɢ ᴋɪᴛᴀ ᴋᴇɴᴀʟ ꜱᴇʙᴀɢᴀɪ ᴅᴏᴜʙʟᴇ ʜᴇʟɪx," jelas Bu Ji Kyung, guru biologi sekaligus wali kelas kami.

 ᴍᴀꜱɪɴɢ-ᴍᴀꜱɪɴɢ ᴘɪᴛᴀ ᴅɴᴀ ᴅɪʜᴜʙᴜɴɢᴋᴀɴ ᴏʟᴇʜ ɴᴜᴋʟᴇᴏᴛɪᴅᴀ ꜱᴇʜɪɴɢɢᴀ ᴍᴇᴍʙᴇɴᴛᴜᴋ ꜱᴛʀᴜᴋᴛᴜʀ ʀᴀɴᴛᴀɪ ɢᴀɴᴅᴀ ʏᴀɴɢ ᴛᴇʀꜱᴜꜱᴜɴ ꜱᴇᴘᴇʀᴛɪ ᴛᴀɴɢɢᴀ ʙᴇʀᴘɪʟɪɴ ᴀᴛᴀᴜ ʏᴀɴɢ ᴋɪᴛᴀ ᴋᴇɴᴀʟ ꜱᴇʙᴀɢᴀɪ ᴅᴏᴜʙʟᴇ ʜᴇʟɪx," jelas Bu Ji Kyung, guru biologi sekaligus wali kelas kami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah jam mengajarnya usai, beliau memberi tugas kelompok. "Ingat ya, ibu tidak mau tahu. Kumpulkan tugasnya setelah pulang sekolah," berbalik, menyuguhkan senyuman, lalu hilang dari balik pintu.

Beberapa siswa langsung mendesah putus asa, tapi pada akhirnya mereka mulai membentuk kelompok. Aku masih diam di tempatku belum bergerak. Seperti biasa, tidak akan ada yang menghampiri meja ku. Tidak akan. Pada akhirnya aku mengerjakan tugas seorang diri.

"Hey Artha! Jangan lupa jam istirahat kedua temui kami di rooftop, mengerti?" teriakan itu sontak membuat seisi kelas menatapku. Aku hanya mengangguk. Perlahan dia mendekati mejaku, menarik kerah baju ku, lalu mengempasku ke lantai.

"Kalau ada orang bertanya itu dijawab, dasar bodoh."

Bed*b*h sialan, berani sekali dia berkata seperti itu.

"Apa? Kau berani menatapku?" ancamnya lagi. Sebuah tinju melayang tepat di ujung bibir kiri ku. Dia tertawa. "Ingat ya anak bawang, istirahat kedua!" katanya sambil mengarahkan telunjuknya kepadaku, mengintimidasi.

♪ ♪ ♪

Aku merapihkan dasi. Setelah berjalan dari kantin, aku menaiki anak tangga menuju rooftop. Disana, Hyunki dan Haneul sudah menungguku.

 Disana, Hyunki dan Haneul sudah menungguku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kemari cepat!" bentaknya. Membuat kakiku melangkah lebih cepat dari temponya. Senyuman itu yang paling kubenci. Satu plastik besar berisi makanan dan minuman itu telah berpindah ke tangan Haneul. Dia mengecek satu persatu isi plastik itu.

"Hmm, bagus....", katanya sambil menyeringai. Aku hendak berbalik ketika tangan Hyungki menyentuh bahu ku sambil berkata, "Mau kemana? Jangan terburu-buru seperti itu, santai saja. Aku ingin bertanya, rambutmu itu memang merah dari lahir atau bagaimana?". Hhh, lagi lagi menanyakan hal yang aku benci.

"Aku dengar ada rumor bahwa kau telah membunuh siswi disini, apakah itu benar?" tanyanya sambil menatapku mengejek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku dengar ada rumor bahwa kau telah membunuh siswi disini, apakah itu benar?" tanyanya sambil menatapku mengejek. Haneul hanya tertawa melihatku.

"Tidak, aku tidak pernah membunuh siapapun."

"Kalau begitu, mengapa kau dijuluki si monster mata merah? Seluruh angkatan membicarakan ini tahu, akan sangat menarik jika aku tahu langsung dari sumbernya hahaha"

"Hey Hyungki, sudahlah. Kau ingin dibunuh juga olehnya?"

"Coba saja, memang aku takut dengan bed*b*h cilik ini? Tidak sama sekali!"

Aku mengepalkan tangan. Berusaha menahan keinginanku untuk meninju wajah anak itu. Tapi dia merendahkanku. Kerah bajuku kembali ditarik olehnya. "Jangan bergaya seperti jagoan, anj**g. Kau bukan siapa-siapa disini. Kau bahkan tidak punya teman".

Sesuatu bergejolak di dalam tubuhku. Seperti ingin keluar. Ku coba tahan tapi rasa itu lebih kuat. Tanpa sadar, aku sudah mencekik leher Hyungki. Yang kulihat, dia mengerang kesakitan. Tapi aku tak bisa menggerakkan tubuhku, ada yang mengendalikannya selain aku.

Setelah itu aku sadar, kepalaku pusing. Yang kulihat didepanku sekarang adalah Hyungki yang terluka parah. Pelipis dan hidungnya berdarah.

"Baj**gan! Apa yang kau lakukan?! Hyungki terluka karena kau!", teriak Haneul. Aku hanya menatap kosong. Tidak, jangan lagi.

Aku langsung berlari meninggalkan rooftop itu. Deretan anak tangga ku lalui begitu cepat, sampai aku masuk ke dalam toilet. Ku basuh wajahku yang terkena cipratan darah itu. Saat kusadari, sesuatu menyeringai dari balik cermin. Ya, dia. Alex.














"Hey, mau ku beri tahu sesuatu yang menarik?"

Ημίαιμος (HALF BLOOD) | DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang