jurang kematian itu sudah dekat. aku bersiap untuk kemungkinan terburuk dalam hidupku. segalanya berubah sejak aku bertemu dia.
⚠️tw: blood, murder, harshword
"Katakan apa maumu. Kau ingin mengajakku berkelahi?" aku menarik kursi lalu duduk sambil berpangku tangan. Aaron menatapku intens, tak lama ia menghembuskan napas kasar.
"Hah ... mengapa kau berburuk sangka begitu? Aku mengajakmu kemari bukan untuk mengadu kekuatan."
"Lalu? Tentang chat tadi malam?"
Flashback—
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jadi kau sudah tahu bahwa kau dari bangsa putih?"
"Tidak. Aku dari bangsa hitam walaupun wujudku putih."
"Kalau begitu kau pasti sudah ditipu oleh saudaramu. Kau bukan dari bangsa hitam, Tha. Kau seperti kami, serigala putih. Apapun yang telah saudaramu katakan itu semuanya bohong. Percaya padaku. Dia tahu bahwa bangsa putih itu lebih kuat makanya dia menipumu."
Bocah ini.
"Ah, tentang legenda itu. Liora sebenarnya masih hidup, dia disegel di ruang bawah tanah mansion kami. Percaya padaku, Alex adalah pembohong. Dia merekayasa semuanya, aku tahu karena dia punya bakat mengendalikan pikiran."
♪ ♪ ♪
Aku meninju cermin itu, serpihannya mengenai tanganku. Tapi tak apa, selama Alex tidak bisa keluar dari cermin. Teganya ia seperti itu kepadaku. Saudara apanya? Cuih.
Tak lama, Alex masuk ke kamarku dengan napas tersengal. Matanya berubah merah saat melihat cermin tempat ia berpindah dimensi itu retak karena tinjuku. Ia mendekatiku, aku bisa merasakan debaran jantungnya yang cepat. Aku mundur beberapa langkah tapi terlambat, ia menarik kerahku terlebih dahulu sebelum aku menghindar.
"HEY B*JINGAN! APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN?!"
"KAU SINTING, LEX! BERANI-BERANINYA MENIPUKU! KAU PIKIR AKU TIDAK TAHU?!"
"Ckk sialan, apa maksudmu? Kau tak masuk akal."
"Kau mempunyai bakat mengendalikan pikiran dan menggunakannya untuk memanipulasiku kan?!" tanyaku geram setelah memukul pipinya dengan tinjuku.
Alex bangkit, dia meninjuku balik. "Sudah gila ya kau rupanya! UNTUK APA AKU MENGENDALIKAN SAUDARAKU SENDIRI!?"
"AAARGH CUKUP! AKU MUAK DENGAN SEMUANYA. PADAHAL KAU TAHU BAHWA CERITA ITU PALSU, BANGS*T!"
"LEGENDA ITU BENAR ADANYA, SIALAN! DASAR BODOH! ANAK ITU YANG TELAH MENIPUMU BUKAN AKU!" teriak Alex. Napasnya berat karena ia tak dapat menahan amarahnya. Tak lama ia melompat dari jendela kamar dan hilang terbawa kabut.
Aku yang tak puas dengan jawaban itu, langsung mengikuti Alex melompat. Indera serigalaku menajam, bak pisau yang sudah selesai diasah. Alex melompat dari satu gedung ke gedung lain dengan cepat. Gerakannya gesit, tapi aku tak mau kalah.
Menyisakan beberapa gedung di depan, Alex berbalik. Ia terkejut saat melihat aku mengejarnya. Dengan segera, ia menambah kecepatan. Aku tersengal, ini kali pertama bagiku melintasi gedung-gedung dari atas.
"Mengapa kau mengikutiku, bangs*t! Pergi sana!" teriaknya. Aku menggeram. Berani sekali dia mengataiku setelah melakukan hal yang menjijikan itu.
♪♪♪
Alex berhenti di tanah lapang belakang gudang kumuh. Ia menepuk-nepuk jaketnya, memastikan tidak ada debu yang menempel. Tatapannya garang, ia menggeram.
"Pulanglah, Xel! Mau apa lagi kau?!"
"KATAKAN YANG SEBENARNYA, AKU INI DARI BANGSA MANA!!" tinjuku mengepal. Kurasa mataku sudah berubah menjadi semerah darah.
Dia menghela napas kasar, "Tak ku sangka kau mudah terbujuk. Dasar bodoh. Kau tak perlu mempercayaiku, tapi kau bisa merasakan sendiri ada darah bangsa hitam mengalir dalam dirimu!"
Sudah banyak kebohongan yang ia lontarkan, mau berapa banyak lagi?
"Alex Kang, mulai sekarang aku adalah musuhmu, bukan saudaramu."