CHAPTER 8; TWO QUESTIONS

23 7 4
                                    

[⚠️harshword, nsfw]
━━━━━━━━━━━━━━

"Pertanyaanku tidak berubah, bagaimana kau bisa keluar dari cermin dan siapa pria tua di pemakaman tadi? Bagaimana kau bisa mengenalnya?"

Alex berpikir sejenak, ia memejamkan mata.

"Kau tahu? Portal kali terakhir kau memanggilku saat itu? Tadi aku mencoba mengeluarkan tanganku dari cermin, ternyata portal itu sudah lemah. Salahmu karena tidak izin kepadaku!". Sial! Sempat-sempatnya dia menyalahkanku! "Ck, jangan potong topik kita dengan problematikamu itu, lanjutkan saja!" kataku sambil memandang kesal ke arahnya. Yang ditatap hanya menyunggingkan senyuman. Lagi-lagi senyuman itu.

"Nekros, salah satu musuh kaum kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nekros, salah satu musuh kaum kita. Dia pernah menyerang Mama saat itu. Aku pernah bertarung dengannya sekali, di hutan Blackwoods."

"Hutan Blackwoods? Dimana itu?"

"Dunia kita, Xel. Nanti sekali-kali aku akan ajak kau bertemu Papa dan Mama."

"Ceritamu makin konyol saja, Papa dan Mama disini! Kau jangan mengada-ada!"

"Cih, terserah kau saja," katanya seraya bangkit dari duduk. "Sadari saja dulu bakatmu itu, bodoh. Nanti kita bertemu lagi."

Sosok itu kembali masuk ke dalam cermin, menyisakan aku seorang diri di kamar yang luas ini. Aku merebahkan tubuhku ke kasur, memejamkan mata. Berapa kebenaran lagi yang harus kuketahui?

♪ ♪ ♪

"Artha! Kim Artha!"

"Aron!" sapaku sambil melambaikan tangan. Yang disana terkekeh geli sambil berlari menghampiriku. "Kau kemarin kemana? Aku mencarimu, tahu!" katanya sambil merangkul pundakku. Aku hanya tersenyum. "Jangan bolos lagi!"

Lelaki berlesung pipit itu sangat cerewet, dia menceramahiku sampai kami masuk ke kelas. Di akhir pembicaraan dia tertawa lepas, katanya ekspresi masamku sangat lucu.

 Di akhir pembicaraan dia tertawa lepas, katanya ekspresi masamku sangat lucu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari bangku paling belakang, aku mendengar namaku dipanggil. Kuhiraukan suara itu sampai tiga kali ia memanggil, nada terakhir dibuat sangat tinggi agar aku menoleh.

"KALIAN MAU APA LAGI SIH!" aku yang sudah tidak tahan menggebrak meja lalu berbalik, menatap dua pasang mata itu dengan tajam. "Wah wah, ternyata monster kita sudah mulai menunjukkan taringnya." katanya sambil tersenyum mengejek.

Temannya menoleh, mengisyaratkan sesuatu dengan jarinya. Dengan cepat, Haneul menyerangku. Aku menahan serangannya dengan kedua tanganku. Hyunki menatapku geram, "B*j*ngan! Kenapa kau tidak pasrah saja seperti biasa hah?!! Apa perlu aku membunuhmu sekalian?!"

 Hyunki menatapku geram, "B*j*ngan! Kenapa kau tidak pasrah saja seperti biasa hah?!! Apa perlu aku membunuhmu sekalian?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haneul mundur beberapa langkah, sedangkan Hyunki maju lalu menendang perutku. "Mati kau, b*ngs*t! Pergi sana ke neraka!" aku terus menahan rasa sakit sambil meringis.

Aron hendak menyerang Hyunki, tapi aku tersenyum kepadanya seolah berkata bahwa aku baik-baik saja. Pukulan dan injakan terus menghantam tubuhku, aku mengerang. Tapi aku mendengar mereka berdua tertawa atas penderitaanku.

Seusai itu mereka pergi, tanpa mengucap satu kata pun padaku. Aron langsung membawaku ke UKS. "Kenapa kau tidak melawan? Mau sampai kapan kau akan terus lemah seperti ini, Tha?! Ingat, kau itu kuat! Kita berbeda dari mereka, para sampah itu!" omelnya sambil menempelkan plester ke sikuku. Aku berdiri tertatih, tapi Aron mencegahku.
































"Kau tak perlu khawatir. Akan kutunjukkan kepada mereka betapa mengerikannya Kim Artha."

Ημίαιμος (HALF BLOOD) | DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang