CHAPTER 9; DINNER TIME

18 6 3
                                    

[⚠️harshword, nsfw, murder]
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

15.00, rooftop sekolah.

"Hey kawan, aku sudah tiba di bandara."

Ada notifikasi masuk dari balik layar hpku. Segera aku menyunggingkan senyum. Sepupu jauhku telah tiba di bandara kota, setelah sekian lama ia pergi dari tanah air demi menggali ilmu. Entah angin apa yang membawanya datang kemari, mungkin dia merindukan kampung halamannya?

"Ah begitu ... apa kau mau aku menjemputmu?"

"Tidak usah, aku akan memesan taksi dari sini. Kau masih di sekolah? Kelasnya sudah usai? Belajar yang benar, Tha." balasnya dengan emotikon mengejek. Anak itu benar-benar....

"Sebentar lagi aku akan pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebentar lagi aku akan pulang. Enak saja! Aku selalu masuk peringkat 5 besar ya!"

"Oh begitu? Artha yang kukenal sudah tidak jadi berandal lagi rupanya?"

"Sial! Datang cepat ke rumah sebelum matahari terbenam! Aku akan mematahkan lenganmu yang kecil itu!"

"Haha menarik. Aku segera ke rumah, siap-siap wajahmu itu kujadikan samsak ya!"

"Tidak takut, cepat pulang! Hati-hati, Edward!" dengan stiker marah kuakhiri obrolan kami. Menghela nafas sejenak mungkin baik untuk menenangkan diri. Edward, anak itu tidak berubah bahkan sudah 12 tahun lamanya. Dia tetap menjadi sepupuku yang menyebalkan.

♪ ♪ ♪

Jam menunjukkan pukul 8 malam. Tetapi sampai saat ini batang hidung Edward belum muncul juga. Kemana dia sebenarnya? Segera kuraih jaket dan berlari menuju bandara. Di tengah perjalanan, instingku berkata aku harus menuju ke taman kota, bukan bandara. Aku memiringkan kepala sebentar, hm, apa itu tadi? Insting? Ah, kurasa tadi aku juga mengendus bau di sekitarku. Ini bau Edward! Ya, Edward!

Secepat mungkin aku berlari menuju taman itu. Sedari tadi perasaanku tidak enak, semoga tidak terjadi hal yang buruk kepadanya. Apa ini? Suara erangan dan teriakan tolong terus berdenging di telingaku. Tidak! Terlalu nyaring! Jangan-jangan ...

 Tidak! Terlalu nyaring! Jangan-jangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"EDWARD! TIDAK!!"

Aku terduduk lesu, jantungku serasa berhenti berdetak beberapa saat. Dalam jarak lima meter aku melihat sepupuku tengah dimangsa oleh pria tua yang kami (aku dan Alex) temui di pemakaman. Sebagian tubuh itu sudah terkoyak habis oleh taring tajamnya, menyisakan tulang dan darah segar yang mengalir tiada henti. Nekros terkejut saat melihatku memergokinya yang sedang menikmati makan malam dengan lahap. Dengan cepat, ia berlari meninggalkan lokasi dan menghilang di balik pepohonan.

"Edward! Kumohon bertahanlah!" kataku sambil mencoba menghentikan darah yang keluar dari lehernya dengan tanganku. Tapi apa daya, darah yang keluar tidak kunjung berhenti. Aku menangis kencang. "Tha...," panggilnya sambil melirik kepadaku.

"Iya, aku disini. Bertahanlah sebentar lagi ya, aku akan me-"

"Dengar uhuk ... dengarkan aku! Di kolam.."

"Ada apa di kolam? Kolam apa?"

"Kolam re-renang ... pintu ... buka lemari uhuk- lemari bawah tanah"

"Apa maksudmu?!"

"Kun-ci ... masuk ke lemari, temukan catatanku ... perang besar ... akan segera terjadi."

Kata-kata itu menjadi kata terakhir sebelum dia terbang jauh ke angkasa. Pupil mataku berubah merah, napasku memburu. Aku mendongakkan kepalaku ke arah langit. Ketika aku berteriak, aku merasa bahwa itu bukan teriakan manusia tapi lolongan seekor serigala.


























"Tunggu pembalasanku, bajing*n. Akan kubuat kalian semua menderita!"

Ημίαιμος (HALF BLOOD) | DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang