Matahari pagi ini tampak begitu cerah. Begitu pun dengan Meira yang wajahnya tak lagi terlihat pucat. Ya Meira sudah terbangun sejak adzan berkumandang keras dan terdengar di telinganya.
Flashback
Suara adzan subuh berkumandang dengan keras, terdengar jelas di telinga Meira yang membuatnya terbangun dari tidur lelapnya. Kaget, satu hal yang Meira rasakan, beberapa kali ia mengerjapkan matanya, kepalanya sedikit terasa berat, lalu pandangannya melihat sekeliling tempatnya tertidur.
Dimana dia ini? Seingatnya semalam ia begadang di cafe untuk mengerjakan tugas akhirnya, kenapa sekarang ia terbangun sudah berada di sebuah kamar, kamar siapa ini? Apa yang terjadi dengannya ? Apa sesuatu buruk telah terjadi padanya Banyak pertanyaan memenuhi pikiran Meira, seketika ia pun merabahi tubuhnya, ia takut hal buruk terjadi padanya. Setelah dirasa tubuhnya baik-baik saja tak ada yang berubah dengan apa yang ia kenakan. Ia pun meraih ponselnya yang ada di sampingnya.
Lagi dan lagi Meira di buat terkejut saat melihat wajahnya di layar ponsel, terlihat plester penurun panas tertempel dengan rapih di keningnya. Apa semalam ia demam? Lalu siapa yang menempel Plester ini? Terlihat seorang perempuan masuk dengan penuh senyum pada Meira, siapa lagi kalau bukan Raisa.
Meira semakin di buat bingung dengan kehadiran Raisa, siapa wanita ini?.
"Pagi Mbak Meira, Mbak Meira enggak usah bingung dan enggak usah takut, saya Raisa kasir di cafe ini, semalam Mbak Meira ketiduran di meja waktu mengerjakan tugas dan ternyata Mbak Meira lagi demam, dan kebetulan semalam ada Pak Bos saya Mbak, jadi Mbak Meira di bawa ke kamar ini biar bisa istirahat." Jelas Raisa pada Meira.
"Mbak tau nama saya? Dari mana?" Tanya Meira yang masih tampak kebingungan dengan kehadiran Raisa
"Dari itu Mbak, Hmm.. dari wallpaper laptop Mbak Meira." Ujar Raisa yang takut keceplosan jika ia tau nama Meira dari Pak Bos Zhirco.
"Oh iya Mbak." Ujar Meira, Meira akui memang wallpaper laptopnya adalah gambar grafiti bertuliskan namanya, jadi pantas saja jika Mbak Raisa tau namanya, karena terlihat laptop dan tas nya sudah berada di samping ranjang, sudah dapat dipastikan jika Mbak Raisa lah yang membereskannya.
Kini Meira sedang menyantap sarapan pagi yang disiapkan Raisa, Meira terlihat makan begitu lahap, perutnya memang terasa lapar, sejak pertemuannya dengan Zhirco kemarin siang membuatnya lupa makan dan minum karena tugas akhirnya harus terselesaikan.
"Mbak Raisa kalau mau lanjut kerja enggak papa Mbak, saya enggak perlu di temenin kayak gini juga, jadi enggak enak saya Mbak." Ujar Meira
"Santai aja Mbak Meira, cafe udah tutup kok, dari pada di bawah sendirian, mending disini sama Mbak Meira, oh ya Mbak, ini baju buat Mbak Meira kalau mau langsung ke kampus." Ujar Raisa sembari meletakkan baju di samping Meira.
"Ini baju siapa Mbak?" Tanya Meira.
"Itu baju saya Mbak, enggak papa pakai aja kalau Mbak Meira mau ganti."
Meira pun melihat jam tangan yang ia kenakan. Jam telah menunjukkan pukul sembilan tepat, jika ia ingin kembali dulu ke asrama untuk berganti sebenarnya bisa saja, tetapi ia harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk naik gojek dari cafe ke asrama yang harganya juga lumayan menurut Meira. jika jalan kaki jaraknya cukup jauh, yang ada waktunya terlalu mepet untuk berangkat ke kampus. Sedangkan ia hari ini harus menemui Zhirco untuk memberikan tugas Akhrinya itu agar Zhirco mau masuk ke dalam ruang komunitas.
"Yaudah boleh deh Mbak, aku pinjam dulu ya Mbak bajunya." Ujar Meira.
"Iya enggak papa Mbak Meira." Ujar Raisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE THE ONE (TELAH TERBIT)
Teen FictionPEMBELIAN NOVEL BUKA CHAPTER "INFO ORDER" 🫶🫶 Arzhirco Nicholas Gardiatma dan Almeira Berliana, dua insan yang bertemu tanpa sengaja hingga semesta menentukan jalan mereka. Jika cinta memang anugerah mengapa harus dipertemukan dengan yang berbeda...