Terlihat Zhirco sedang berlari di lorong rumah sakit, pikirannya kacau, kepanikan nya tak dapat dikendalikan saat mendapat kabar Meira tengah berada di rumah sakit.
Dari ujung lorong terlihat Pak Abeng tengah berdiri bersama Mama Rosalina dan Papa Marvin, hal itu cukup membuat Zhirco terkejut mengapa bisa ada kedua orang tuanya di rumah sakit?
"Pa, Ma, Meira gimana Ma? Apa yang terjadi? Kenapa bisa Meira masuk rumah sakit?" Tanya Zhirco bertubi-tubi pada kedua orang tuanya dan juga Pak Abeng.
Tak ada jawaban sedikitpun dari Mama Rosalina, Papa Marvin dan juga Pak Abeng, membuat Zhirco sedikit mengatur nafasnya.
Plakkk....satu tamparan melayang dari tangan Mama Rosalina dan mendarat sempurna di pipi kanan Zhirco. Tamparan keras dari sang Mama jujur saja membuat Zhirco terkejut bukan main, ini kali pertamanya selama dia menjadi anak Mamanya, baru kali ini Mamanya menampar pipinya dengan keras.
"Ma... Mama tampar Zhirco." Ucap Zhirco sembari memegang pipinya yang terasa panas dan seolah tak percaya bahwa sang Mama telah menamparnya.
"Kurang kerasa tamparan Mama? Kamu itu keterlaluan Zhirco! Istri mu sedang mengandung anakmu dan bisa-bisanya kamu bersama wanita lain! Istri mana yang enggak sakit hati Zhirco! Dan lihat sekarang akibat ulah kamu! Meira pendarahan!" Marah Mama Rosalina pada Zhirco.
Zhirco bagaikan disambar petir di siang hari saat sang Mama mengatakan kondisi Meira yang mengalami pendarahan, tubuhnya seketika lemas dan membuatnya mendudukkan diri di kursi.
Flashback
Setelah mobil yang ditumpangi Meira sedikit jauh dari kantor Zhirco, Pak Abeng yang mengemudikan mobil tersebut merasa bingung, ada apa dengan majikannya ini? Apa yang terjadi? Di tambah Non Meira menangis dengan sesekali merintih kesakitan membuat Pak Abeng bingung harus bagaimana.
"Non, Non Meira enggak papa? Ini Den Zhirco telephone saya terus Non." Ucap Pak Abeng pada Meira.
"Jangan di angkat Pak Abeng, Mas Zhirco udah keterlaluan, hanya karena tadi pagi saya mual tiap dekat dengan dia, dia dengan mudahnya berpaling dengan wanita lain." Ucap Meira dengan tengah tangisnya.
Pak Abeng pun terdiam, jadi ini soal orang ketiga? Setelah Pak Abeng mendengar penuturan Meira membuat Pak Abeng mensilent telephone nya, Pak Abeng memilih pro dengan Non Meira, karena bagaimana pun istri sah tetaplah pemenangnya.
"Ini kita mau langsung pulang aja Non?" Tanya Pak Abeng
"Kerumah sakit Pak Abeng, tolong cepat ke rumah sakit." Ucap Meira sembari menahan rasa sakit
"Non Meira kenapa Non?" Tanya Pak Abeng dengan sedikit panik saat Meira memintanya untuk pergi ke rumah sakit
"Rumah sakit Pak, cepat rumah sakit, perut saya sakit banget Pak." Teriak Meira pada Pak Abeng
"Habis itu saya langsung ke rumah sakit Den, pas saya sampe rumah sakit Non Meira makin kesakitan dan udah banyak darah juga Den, akhirnya saya langsung minta tolong suster dan langsung di tangani sama para suster disini Den, dan kebetulan telephone Non Meira bunyi dan ternyata itu dari Nyonya, makanya Nyonya dan Tuan bisa ada disini Den." Jelas Pak Abeng
"Kenapa Pak Abeng enggak angkat telephone dari saya! Berulang kali saya coba hubungi Pak Abeng kan!" Terus mana itu dua bodyguard kenapa enggak kawal istri saya!" Marah Zhirco dan hendak menghajar Pak Abeng, namun di tahan oleh Papa Marvin
"Maaf Den Zhirco, tadi Non Meira yang minta pergi tanpa Bodyguard." Ucap Pak Abeng sembari menundukkan kepala pada Zhirco.
Zhirco pun mengacak-acak rambutnya, pikirannya kini tak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE THE ONE (TELAH TERBIT)
Teen FictionPEMBELIAN NOVEL BUKA CHAPTER "INFO ORDER" 🫶🫶 Arzhirco Nicholas Gardiatma dan Almeira Berliana, dua insan yang bertemu tanpa sengaja hingga semesta menentukan jalan mereka. Jika cinta memang anugerah mengapa harus dipertemukan dengan yang berbeda...