Menempuh waktu kurang lebih delapan jam dari Yogya menuju Jakarta membuat Meira tampak pucat, bagaimana tak pucat selama delapan jam itu Meira tak mau sedikitpun minum ataupun makan yang Meira lakukan hanya menatap jam serta tangannya tak berhenti berdzikir, ia tak peduli akan dirinya sendiri saat ini, dalam pikirannya hanya ada Zhirco saat ini.
Melihat Meira yang terlihat pucat hal itu cukup membuat Alina khawatir, Alina tak henti-hentinya mengusap tangan Meira sembari merayu Meira untuk sekedar minum, namun nampaknya tak ada hasilnya hanya Zhirco yang kini ada dalam benak Meira.
"Kak Alvin ini kurang berapa jam lagi?" Tanya Alina
"Sekitar 15 menit lagi Lin, sabar ya." Tutur Alvin
"Iya Kak, Kak Alvin juga tahan dulu ya capeknya." Ucap Alina yang juga mengkhawatirkan Alvin.
Bagaimana tidak mengkhawatirkan? Alvin mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi dan tanpa henti agar lebih cepat sampai di tempat Zhirco, hal itu tentu saja membuat Alina ikut ketar-ketir akan kesehatan Alvin.
"Iya Alina." Ucap Alvin dengan lembut, semangat dari Alina seolah menjadi energi tambahan untuk Alvin.
Mengendarai dengan kecepatan tinggi membuat mobil Alvin tak membutuhkan waktu lama untuk tiba di rumah sakit.
"Kita udah sampai, ayo kita turun." Ucap Alvin pada Alina dan Meira.
Mendengar kalimat sudah sampai membuat Meira bergegas turun dari dalam mobil Alvin tanpa menghiraukan Alina, yang utama bagi Meira kini keadaan Zhirco. Melihat Meira berlari begitu saja meninggalkan Alina membuat Alvin menarik tangan Meira.
"Mei, tenang, enggak cuma lo yang khawatir sama Zhirco." Ujar Alvin menahan tangan Meira agar tak berlari sendirian.
Alina pun langsung mengambil posisi merangkul tubuh Meira, letih, lesu dan pucat serta kepanikan begitu memenuhi wajah Meira. Tanpa basa-basi mereka pun memasuki lift untuk menuju kamar Zhirco.
Ya.. sebelum sampai Clara dan Gaby telah memberitahunya dimana letak kamar Zhirco, sehingga mereka tak perlu lagi bertanya pada petugas loket informasi rumah sakit.
Lift beranjak naik dengan tenang hingga berhenti tepat di lantai sembilan, pintu lift terbuka terlihat di ujung lorong rumah sakit, Clara dan Gaby tampak berpelukan seperti saling menguatkan.
"Kak Zhirco.. Kak... aku datang Kak." Ucap Meira buru-buru berlari.
"Meira..." ucap Clara yang langsung memeluk Meira.
"Clar, Kak Zhirco mana, aku datang buat Kak Zhirco, Clar." Racau Meira dengan air mata yang sudah membasahi kedua pipinya.
"Yang sabar ya Meira." Ujar Gaby.
Ucapan Gaby semakin membuat Meira tak tertahankan, tak ingin membuang waktu, Meira langsung membuka pintu yang ada di hadapannya.
Cklekkk.. pintu itu terbuka, jantung Meira berdetak kencang tak karuan, kakinya seolah melemah tak mampu lagi melangkah, pandangannya redup saat melihat di atas brankar rumah sakit itu sudah terdapat seseorang yang sekujur tubuhnya sudah di tutupi oleh kain putih.
"Ini enggak mungkin, ini enggak mungkin Kak Zhirco." Ucap Meira dengan nada bergetar dan dengan sigap Alina memegangi tubuh Meira.
"Ini bukan Kak Zhirco kan Lin? Ini enggak mungkin Kak Zhirco, Clar ini bukan Kak Zhirco kan? Gab jawab gue Gaby, kenapa kalian semua diam!" Bentak Meira pikirannya kacau di tambah tak ada satupun temannya yang menjawab pertanyaannya.
Meira langsung berlari memeluk seseorang yang sekujur tubuhnya telah tertutupi oleh kain putih, tangisan pecah tak terbendung lagi.
"Kak Zhirco, bangun Kak, Kak aku datang kesini buat Kak Zhirco, aku minta maaf udah nyakitin Kak Zhirco, aku sayang sama Kak Zhirco andai aja enggak ada perbedaan diantara kita aku enggak mungkin akhiri hubungan kita, aku begitu mencintai mu Kak." Racau Meira dalam tangisnya di atas kain putih yang menutupi sekujur tubuh itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE THE ONE (TELAH TERBIT)
Teen FictionPEMBELIAN NOVEL BUKA CHAPTER "INFO ORDER" 🫶🫶 Arzhirco Nicholas Gardiatma dan Almeira Berliana, dua insan yang bertemu tanpa sengaja hingga semesta menentukan jalan mereka. Jika cinta memang anugerah mengapa harus dipertemukan dengan yang berbeda...