Episode 12 |⁠| Menolak pergi ke pesta

429 21 0
                                    

"Kenapa kau masih belum bersiap-siap juga?!"

Pertanyaan itu mengalihkan perhatian Jesslyn yang sedang bermalas-malasan di atas tempat tidurnya. Gadis itu menoleh dan menatap suami kontraknya tersebut dengan sedikit tidak berminat.

Luis datang dengan setelan jas yang berbeda. Dia sudah siap pergi ke acara tersebut. "Aku tidak terbiasa menghadiri acara seperti itu. Ditambah lagi aku yang tidak suka keramaian, jadi kau ajak saja Anna. Aku tidak berminat untuk menemanimu menghadiri pesta." Ujar Jesslyn.

"Aku tidak suka penolakan, Nona!!"

"Dan aku tidak suka pemaksaan, Tuan!!" Jawab Jesslyn menimpali.

Luis menghela napas berat. Kenapa dia tidak pernah bisa menang jika berdebat dengan gadis didepannya ini. Jesslyn selalu memiliki jawaban untuk menimpali ucapannya. Dan sepertinya Luis memang tidak memiliki pilihan lain selain membawa Anna bersamanya.

Anna yang mendengar jika Luis akan mengajaknya ke pesta kegirangan setengah mati. Dia tau, jikamemang hanya dirinya yang layak dan pantas diajak menghadiri acara penting seperti itu.

Saat ini Anna sedang berdandan di kamarnya. Dia tidak bisa membuat Luis menunggu terlalu lama. Apalagi Luis paling tidak suka dengan yang namanya menunggu.

Tapi sebelum pergi, tentu saja Anna harus menemui Jesslyn lebih dulu. Untuk apa lagi jika bukan untuk mencari masalah dengannya.

"Jesslyn, kasian sekali deh kamu karena tidak diajak Luis datang ke pesta penting. Makanya sadar diri jadi orang, kau itu hanya simpanan dan untuk itu sadari posisimu!!"

Jesslyn mengambil ponselnya lalu memutar obrolannya dengan Luis yang sengaja dia rekam. Jesslyn sudah memprediksi hal semacam ini pasti terjadi.

"Kenapa kau masih belum bersiap-siap juga?!"

"Aku tidak terbiasa menghadiri acara seperti itu. Ditambah lagi aku yang tidak suka keramaian, jadi kau ajak saja Anna. Aku tidak berminat untuk menemanimu menghadiri pesta."

"Aku tidak suka penolakan, Nona!!"

"Dan aku tidak suka pemaksaan, Tuan!!"

Anna terkejut setelah mendengar rekaman yang Jesslyn putar. Dan itu adalah suara Luis. Jadi sebelumnya Luis sudah mengajak Jesslyn lebih dulu tapi dia menolaknya. Anna pikir alasan Luis mengajaknya karena Jesslyn tidak layak. Tapi dugaannya salah, dia adalah pengganti karena Jesslyn menolak untuk pergi.

"Bagaimana? Apa lagi yang ingin kau sombongkan sekarang?!" Jesslyn menyeringai.

"Kalian keterlaluan!!"

Anna meninggalkan kamar Jesslyn dan pergi begitu saja. Di luar dia tidak sengaja berpapasan dengan Frangky, tanpa mengatakan apa-apa, Frangky menarik Anna ke dalam kamar tamu. Dan hal itu disaksikan oleh Luis.

Pria itu menatap mereka berdua dengan jijik. Bisa saja Luis menghampiri Anna dan Frangky seolah- olah menangkap basah perselingkuhan itu. Tapi Luis memiliki rencana lain untuk membalas penghianatan mereka berdua.

Gemerisik daun-daun yang berguguran warnai heningnya malam, suara yang dihasilkan bernaung sejenak di indera pendengaran, membawa perasaan damai bagi setiap orang, tentunya.

Tak terkecuali seorang gadis yang tengah menikmati lembutnya angin malam. Cahaya bulan lebih terang malam ini.

Si gadis tengah duduk di tepi Sungai Han, lensa pengamatnya menerawang, ribuan manik-manik dilangit memainkan cahayanya yang benderang sembari memainkan helaian rambut panjangnya yang terurai.

Duduk dalam diam, menikmati indahnya suasana. Dibandingkan harus menghadiri pesta dimana penuh sesak dengan orang, ia lebih menyukai suasana hening seperti ini. Memang bukan rahasia lagi jika seorang Asteria Jesslyn sangat membenci keramaian.

Jesslyn mendongakkan kepalanya, menatap bulan bulat diatas sana. Awan-awan yang sebelumnya menutupi keindahan sang Dewi malam, perlahan menyingkir. Seakan-akan memberi jalan antara Jesslyn dan sang rembulan.

Cahaya bulan yang berwarna kebiruan menerpa tubuhnya. Sedikit menyilaukan, namun membuat perasaan tertarik ke dalam hening, ke dalam ketenangan sang rembulan.

"Bosan, kira-kira apa ya yang dia lakukan di pesta?" Gumam Jesslyn sambil menatap bulan di atas sana. "Ck, kenapa aku jadi memikirkan dia??" Gadis itu memukul kepalanya sendiri.

"Memangnya siapa yang kau pikirkan?" Tegur seseorang dari belakang.

"Omo!!" Gadis itu terlonjak kaget, sontak ia menoleh dan mendapati Luis sedang bersandar pada pohon Cherry blossom sambil bersidekap dada. "Kau... Sedang apa disini? Bukankah kau sedang menghadiri pesta bersama Anna?" Jesslyn bangkit dari duduknya lalu menghampiri Luis.

"Di sana terlalu membosankan."

"Lalu dimana Anna? Kenapa dia tidak ikut bersamamu?"

"Aku meninggalkannya di sana. Aku lapar, temani aku makan malam." Luis menggenggam pergelangan tangan Jesslyn dan membawanya meninggalkan Sungai Han.

"Tunggu dulu!! Kau cari mati ya?! Bagaimana kalau ada orang lain yang mengenalimu dan mengetahui jika sebenarnya kau itu tidak lumpuh!! Seharusnya kau jangan ceroboh seperti ini!! Ikut aku, kita harus merubah penampilanmu terlebih dulu. Ngomong- ngomong dimana kau memarkirkan mobilmu?" Omel Jesslyn.

"Di sana," Jesslyn mengikuti arah tunjuk Luis. Mobilnya terparkir tak jauh dari posisi mereka saat ini.

Jesslyn tak ingin mengambil resiko. Akan saran berbahaya jika Luis berkeliaran tanpa penyamaran sama sekali. Karena yang orang tau, selama ini Luis itu lumpuh.

"Nah, begini kan lebih baik."

Jesslyn menatap puas setelah Luis keluar dari mobil. Dia tidak lagi memakai pakaian formal melainkan casual. Jaket kulit hitam dan T-Shirt putih sebagai ***, jeans hitam panjang dan sepatu tangguh bertali.

Dan untuk sesaat, Jesslyn melupakan bagaimana caranya bernapas melihat bagaimana tampannya Luis dalam balutan pakaian casual tersebut. Apalagi tanpa perban yang menutupi sebagian wajah tampannya.

"Kenapa? Apa kau terpesona padaku?" Luis menyeringai.

Jesslyn mendecih lalu membuang muka, jelas sekali jika wajahnya memerah. "Dalam mimpimu!! Sudahlah, katanya lapar. Ayo ikut aku, aku akan menunjukkan tempat makan yang paling enak dan bikin nagih padamu." Ucap gadis itu lalu menarik Luis menuju sebuah kedai makanan yang berada di seberang jalan.

Luis menghentikan langkahnya dan menatap Jesslyn dengan pandangan bertanya. "Kau yakin kita mau makan malam disini?"

"Memangnya kenapa? Apa kau ragu karena ini hanya kedai kecil pinggir jalan?! Kau tenang saja, meskipun hanya kedai kecil pinggir jalan. Tapi makanan disini sangat enak dan higienis kok, dan aku berani menjaminnya. Ayo masuk, sebelum kehabisan tempat duduk."

-

-

Luis menyapukan pandangannya dan memperhatikan kedai kecil dimana ia dan Jesslyn berada saat ini. Meskipun terbilang kecil, tapi tempat ini sangat ramai.

"Tidak semua orang mampu makan di cafe apalagi restoran bintang lima, karena harganya yang tidak mudah terjangkau oleh orang kalangan bawah. Tapi mereka masih bisa merasakan makanan lezat dengan harga merakyat di kedai-kedai pinggir jalan seperti ini." Ujar Jesslyn yang sontak mengalihkan perhatian Luis.

Ucapan Jesslyn seolah menamparnya dengan keras. Selama ini dia yang selalu hidup dalam kemewahan dan bergelimpangan harta, tanpa memikirkan jika masih banyak orang yang tidak mampu dan kekurangan diluar sana. Dan ucapan Jesslyn membuatnya sadar.

Satu hal lagi yang Luis temukan dalam dari jesslyn namun tidak ada pada wanita lain apalagi Anna. Kesederhanaannya dan jiwa sosialnya yang tinggi. Sekali lagi Jesslyn berhasil menyentuh hatinya.

-

-

Bersambung.

Istri Kedua Ceo LumpuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang