Episode 17 || Merasa Iri

208 21 3
                                    


Di bawah sana, paduan cahaya jingga-kuning saling berpendar. Kelap-kelip seperti ribuan bintang di langit malam, seperti kunang-kunang berterbangan.

Suara petikan gitar dan sekelompok anak muda yang sedang bernyanyi sayup-sayup terdengar. Angin malam meredam pecah nadanya hingga ke sini.

Asap rokok mengepul. Meliuk hanyut ke atas kemudian menghilang terbawa angin. Bentuknya s*nsual bak penari str*ptis. Bat*ngnya masih mengapit di antara dua bibir, ujungnya berwarna abu-abu pekat, jatuh menjadi partikel yang lebih kecil.

Rokok dihisap, cahaya jingga menyala semakin terang, lalu redup, digantikan asap yang kembali melayang. "Merokok tidak baik untuk kesehatan, sebaiknya hentikan kebiasaan burukmu ini!!" Suara cempreng seorang gadis masuk ke dalam ruang pendengarannya.

Luis melepas rokoknya stelah menghisapnya sekali lagi. Benda itu ditarik gravitasi mencapai tanah. "Kau dari mana saja?"

"Dari tetangga sebelah, aku membawakanmu ubi madu bakar. Makanlah, selagi masih hangat." Jesslyn menyodorkan piring berisi 4 ubi bakar itu pada Luis.

Meskipun ragu, tapi pria itu tetap mengambilnya.luis tidak langsung membukanya dia tampak ragu karena warna hitam pada kulitnya. Tangannya bisa hitam semua jika dia membuka ubi bakar itu.

Jesslyn mendecih, dia mengambil ubi itu dari tangan Luis lalu mengupasnya dan mengembalikan pada pria tersebut. "Nah, makanlah. Apa semua orang kaya sepertimu, manja dan tidak bisa apa-apa?!" Ujar Jesslyn setengah menggerutu.

"Karena sejak kecil aku tidak pernah diajari bagaimana cara kalian hidup, jadi mana aku tau!!" Ketus Luis.

Jesslyn menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Betul juga ya, sudah jangan banyak bicara lagi. Cepat makan ubi itu selagi masih hangat. Karena saat sudah dingin rasanya tidak begitu enak."

Melihat Jesslyn yang begitu lahap membuat Luis jadi penasaran dengan rasa ubi bakar itu. Karena sejak dia kecil sampai dewasa, belum sekalipun dia merasakan yang namanya ubi bakar. Meskipun awalnya sempat ragu, tapi setelah memakannya sedikit dia baru tau jika rasanya tidak buruk.

"Bagaimana? Manis bukan, saat beras tidak ada. Orang desa sering menggunakannya sebagai pengganti nasi. Sama seperti nasi, ubi juga mengenyangkan dan sangat enak. Selain dibakar, ubi juga bisa di goreng dengan tepung dan juga dikukus." Ujar Jesslyn panjang lebar.

Satu ilmu berharga Luis dapatkan lagi dari Jesslyn. Ternyata masih ada makanan lain yang bisa mengenyangkan selain nasi dan kentang. Dia hidup di kota besar, jadi Luis tidak banyak tau tentang makanan yang biasa dimakan oleh kalangan bawah.

Aku sudah menyiapkan kamar untukmu. Kau bisa menempati kamar Papa, dan kamarku ada di sebelah kamar itu. Aku tidur dulu, nanti kalau masuk jangan lupa kunci pintunya dan matikan apinya."

Luis masuk tak lama setelah Jesslyn. Dia juga sangat lelah dan mengantuk. Luis menghentikan langkahnya di depan kamar Jesslyn, pintu kamar itu sedikit terbuka jadi Luis bisa melihat gadis itu yang sudah terlelap.

Sudut bibir Luis tertarik ke atas melihat wajah polos Jesslyn saat sedang tidur, persis seperti anak kecil. Luis membetulkan letak selimut yang hanya menutup sampai pinggangnya, lalu menaikkan sampai sebatas dada.

Luis tidak langsung pergi, dia duduk ditepi ranjang Jesslyn selama beberapa menit. Pandangannya menyapu, luas kamar ini bahkan tidak setengahnya dari kamar mandi di mansion mewahnya. Tapi Jesslyn terlihat begitu nyaman, bahkan dia bisa tidur dengan sangat pulas.

Dia menjadi penasaran dengan kehidupan yang Jesslyn jalani sebelum bertemu dan menikah dengannya. Sangat baik atau malah sebaliknya, tapi melihat foto-fotonya bersama sang ayah membuat Luis merasa iri. Mereka terlihat sangat dekat dan saling menyayangi.

Tak ingin mengusik tidur pulas Jesslyn, Luis kemudian beranjak dari duduknya dan meninggalkan kamar tersebut. Kedua matanya sudah tidak bisa diajak kompromi lagi.

_

_

Anna terus mend*sah dibawah Kungkungan tubuh besar Frangky. Meskipun pria itu sudah tidak p*rkasa lagi, tapi Anna tetap tidak bisa menolak ketika dia mengajaknya untuk berhubungan.

Niat awalnya untuk mencari Jesslyn dan Luis ia batalkan karena Frangky yang tiba-tiba menariknya ke dalam kamar tamu. Rumah sedang sepi, istri Frangky sedang mengunjungi orang tuanya. Sedangkan Elisa dan Bram sedang berada di luar negeri. Si kembar tidak tau pergi kemana. Suasana rumah yang sepi mereka manfaatkan dengan baik.

Namun sayangnya permainan mereka tak bertahan lama. Anna kesal karena milik Frangky yang tidak bisa seganas dulu. Dan itu malah membuat miliknya terasa sakit dan perih.

"Menjauh dariku, sebaiknya mulai sekarang jangan menggangguku lagi. Kau sudah tidak sama seperti dulu. Kau membosankan!!"

Anna hendak meninggalkan kamar. Namun tarikan pada rambutnya membuat langkah wanita itu terhenti. Anna meringis kesakitan karena Frangky m*narik rambutnya dengan kasar.

"Ahhh, Frank sakit!!"

"Katakan sekali lagi, Anna!!" Pinta Frangky dengan wajah memerah menahan marah.

"Kau membosankan!!"

"Brengsek!! Setelah apa yang aku berikan padamu, dan sekarang kau menyebutku membosankan?! Dasar wanita tak tau diuntung!!" Bentak Frangky seraya membenturkan k*pala Anna ke tembok. Sampai beberapa kali.

Teriakan kesakitan Anna tak dihiraukan, bahkan ketika darah segar mengucur dari kep*lanya yang terluka parah. Frangky tidak hanya memb*nturkan kepala Anna. Tapi juga men*ndang perutnya beberapa kali.

Setelah melihat wanita itu tak berdaya, Frangky meninggalkannya begitu saja. Dia sangat marah, teramat marah. Tak hanya gegar otak, mungkin saja Anna mengalami patah tulang akibat tendangan Frangky ditubuhnya.

_

_

Suara cicit burung gereja yang saling bersahut- sahutan di dahan pohon menyambut datangnya pagi. Mentari pagi telah membumbung tinggi menuju cakrawala. Membagi sinarnya yang hangat pada sebagian bumi yang dinaungi.

"Jess, bisa kau pinjamkan pakaian ayahmu padaku?"

Tidak mungkin dia meminta Luis memakai pakaian itu.

Jesslyn menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Tadinya aku ingin memberikan pakaian Papa padamu. Tapi sepertinya semua pakaiannya dia bawah pergi ke luar negeri, kecuali pakaian- pakaian ini. Ini adalah pakaian Papa saat masih muda dulu. Dan aku rasa tidak cocok untukmu." Jesslyn memberikan penjelasan.

"Tidak masalah, aku pinjam satu." Luis mengambil kemeja hitam lengan terbuka dan jeans belel hitam lalu membawanya ke kamar mandi.

Jesslyn menggigit bibir bawahnya. Dia merasa ragu, Luis yang selama ini sangat memperhatikan penampilannya malah harus memakai pakaian mirip berandalan.

Awalnya Jesslyn tidak percaya ketika sang nenek memberitahunya jika saat masih muda dulu ayahnya adalah seorang berandalan. Tapi setelah melihat pakaian lama ayahnya Jesslyn baru percaya.

Dan Jesslyn was-was sendiri menunggu Luis keluar dari kamar mandi dengan pakaian lama ayahnya. Apakah akan terlihat tampan atau malah sebaliknya, Jesslyn tidak tau.

_

_

Bersambung.

Komennya gaes, biar semangat apny 🤞🏻

Sepi 👀

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Istri Kedua Ceo LumpuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang