6

350 58 0
                                    

Jisoo baru saja usai melakukan operasi ditemani oleh Seulgi dan Wendy, mereka berdua masuk ke dalam tim Jisoo, setiap Jisoo melalukan tindakan operasi maka kedua perawat itu pasti hadir disana.

Kretek, kretek

bunyi tubuh Jisoo terdengar cukup nyaring, gadis itu merenggangkan otot-ototnya tepat di depan ruang operasi, dia baru saja keluar dan menghentikan langkahnya sebentar hanya untuk meregangkan ototnya, dia keluar dari ruang operasi dengan raut lelah yang sangat terbaca, oh ayolah hari ini dia sudah melakukan 3 operasi berat dan 1 kali operasi ringan. wajar saja jika dia merasa lelah. Wendy dan Seulgi juga sama lelahnya karena mereka ikut andil dalam operasi itu, kini dua perawat dan satu dokter itu sedang meluruskan tubuhnya sambil berbaring di atas sofa di ruangan Jisoo, ruangan pribadi Jisoo memang cukup elit selain Sofanya empuk dan luas disana juga tersedia kulkas dan beberapa Snack yang sengaja disiapkan oleh Ji Hye agar saat Jisoo lelah ia bisa istirahat sambil memakan camilan.

"Seul, Wen di kulkas ada kopi kalau mau ambil saja" tawar Jisoo saat itu ia sedang duduk di kursi putarnya dengan kaki yang ia angkat ke meja sambil memejamkan mata tanpa niat untuk tidur, Seulgi dan Wendy sudah nyaman di sofa yang bisa dikatakan luasnya setengah dari luas kasur di rumahnya.

"Ikut rebahan dulu deh capek banget aku Ji" jawab Seulgi.
"Aku mau kopinya ya Ji sama camilan sekalian, aku lapar nih" Wendy sudah membuka kulkas itu, ia mengambil satu botol kaleng kopi dan satu bungkus Snack goreng kentang.

"Hmm ambil saja anggap punya sendiri"
"Nyaman banget istirahat disini Ji, biasanya kita istirahat di brankar pasien"
"Lain kali kesini saja kalau capek asal jangan bikin rusuh"
"Siap" tak lama dari itu terdengar dengkuran halus dari Seulgi, sementara Wendy menikmati snacknya dengan lahap, sepertinya Seulgi benar-benar ngantuk dan Wendy yang benar-benar lapar.

Dert dert dert

Ponsel Jisoo bergetar, gadis itu membuka matanya dan melihat siapa yang meneleponnya di saat lelah seperti ini, jangan sampai panggilan darurat dari UGD, Jisoo sudah benar-benar tidak sanggup, ia ingin segera pulang dan tidur dengan nyaman di rumah.

Ochie Chimpunk 

Itu nama kontak yang saat ini tertera dilayar ponsel Jisoo. Rosé menelponnya.

"Hmm" Jisoo menjawabnya dengan gumaman tidak jelas, ia memegangi ponsel masih dengan posisi seperti tadi, matanya terpejam tapi tidak tidur.

"Eonnie kemana saja sejak tadi aku hubungi tidak Eonnie respon" Rosé sedikit merajuk.
"Mianhae Ochie-ya Eonnie baru keluar dari ruang operasi, ada apa?"

"Eonnie Bogoshippo, apa malam ini Eonnie bisa bertemu denganku?"
"Eonnie niatnya mau langsung pulang, tapi bisa kok kalau mau bertemu sebentar, kamu dimana?"

"aku menuju restoran yumyang, Jinjja Eonnie dari pagi aku belum makan apapun, Kajja temani aku makan sebelum perutku makin sakit?"

"Eohh kamu tau sendiri kan kamu itu ada sakit magh kenapa sampai tidak makan sih" Jisoo mengomel kesal tapi itu tanda sayang, dia khawatir.

"Mianhae aku terlalu asyik bermain musik"
"Aish jangan di ulangi lagi, Eonnie tidak mau kamu sakit "
"Ne, cepat kesini perutku sudah sangat lapar"
"ne ne Eonnie kesana"
Jisoo buru-buru melepaskan snellinya dan mengganti dengan blazer berwarna abu-abu.

"Wen aku harus menemani Chaeyoung makan, kamu sama Seulgi tidak apa-apa ya aku tinggal"

"Ne, hati-hati, aku dan Seulgi pinjam ruangan mu dulu ya untuk istirahat sebentar, kita capek tapi tidak bisa asal pulang shift kita belum selesai"

"Oke Santai saja, aku pergi ya Chaeyoung sudah menunggu"
Jisoo keluar dari rumah sakit lalu mengemudikan mobilnya menuju Restoran Yumyang.

Setibanya disana dia melihat Rosé berdiri di depan pintu masuk sambil memegang perutnya. Jisoo buru-buru menghampiri Rosé dan menarik anak itu untuk masuk ke dalam restoran. Rosé mengekor dengan ekspresi takut, sementara Jisoo dia khawatir dan terburu ingin memesan makan untuk Rosé.

"Eonnie Mianhae" ucap Rosé pelan tapi terdengar jelas di telinga Jisoo.

"Makanya jangan sampai telat makan Ochie, jangan membuat aku khawatir" Jisoo mengira Rosé meminta maaf karena kesalahannya yang telat makan, tapi bukan itu yang di maksud dengan gadis blonde itu.

"Eonnie Mianhae, aku berpura-pura sakit"
"Mwo" Jisoo terkejut dan benar saja Rosé sudah tidak memegang perutnya lagi, dasar Jisoo yang tidak peka seharusnya sejak tadi dia peka dengan keadaan, restoran yang sepi dan Rosé yang tiba-tiba mengajaknya makan di restoran padahal biasanya di cafe dekat rumah sakit itu sudah cukup bagi mereka makan seperti biasanya.

Jisoo menatap Rosé marah, gadis itu menundukkan kepalanya takut, Jisoo di bohongi dan benar disana ada keluarga kandungnya yang sedang menatapnya penuh kerinduan terlebih lagi dari tatapan Tiffany yang memang akhir-akhir ini mengalami hari yang berat karena rindunya yang tak juga terobati.

"mami merindukanmu Jisooya" Tiffany memeluk Jisoo sambil berlinang air mata karena bahagia akhirnya bisa bertemu dengan anak keduanya itu. Jisoo hanya diam dia sama sekali tak memeluk balik Tiffany, sejenak ia biarkan dirinya dipeluk oleh Tiffany karena memang tidak dapat di pungkiri di dalam hati Jisoo ada rasa rindu itu namun Jisoo lebih memilih untuk tidak mengekspresikannya.

"nuguseyo?" Tanya Jisoo sambil melepas pelukan Tiffany, Siwon dan anak-anaknya terkejut dengan pertanyaan Jisoo, kecuali Rosé dia sudah menduga Jisoo akan seperti itu, persis seperti pertama kali Rosé bertemu Jisoo. Tiffany semakin meluruhkan air matanya, sedih dan kecewa karena anak yang dirindukannya itu malah bersikap seakan tidak mengenalinya.

"Ini mami, kamu lupa?"
"Aku tidak memanggil ibuku dengan sebutan mami, jadi siapa anda?"
"Kamu benar-benar melupakan mami?"
"ani, tapi aku memang merasa tidak memiliki ibu seperti anda"

"YAK JISOOYA bisa kamu bersikap lebih lembut pada ibumu" bentak Siwon. Dia emosi karena sikap Jisoo yang menurutnya keterlaluan.

"Sudah ku katakan dia bukan ibuku, ibuku ada di rumah" Tiffany semakin menangis. Rosé dan saudaranya yang lain diam memperhatikan, mereka tak berani angkat suara.

"Hwang Jisoo dia ibumu, jangan membual tentang sesuatu yang jelas kami ketahui, Chaeyoung sudah menjelaskannya, tega sekali kamu berpura-pura tidak mengenal ibumu bahkan selama ini dia menderita karena merindukan kamu"

"Oh Hwang Chaeyoung sudah bercerita rupanya, baiklah Hwang Jisoo sudah mati dan perkenalkan aku KIM JISOO"

"sejak kapan kamu merubah namamu hah?"
"Tentu sejak seseorang mengatakan aku bukan anaknya lagi"

"Eonnie Mianhae, aku mohon bersikap lebih lembut pada mami dan papi, aku ...." Jennie angkat suara Namun terpotong oleh perkataan Jisoo yang cukup nyelekit.

"mereka bukan orang tuaku, dan maaf aku permisi buang-buang waktu saja" Jisoo berlalu pergi namun tangannya ditarik oleh Irene, si sulung itu akhirnya bertindak untuk menahan sementara adiknya itu dengan memeluknya paksa.

"Maafkan kami Jisooya"
"Lepas anda membuatku risih"

"Eonnie mohon tinggal dulu sebentar paling tidak bersikap baiklah pada mami, terserah kamu mau marah asal jangan pada mami"
"sudah ku bilang dia bukan ibuku" Jisoo melepas paksa tangan Irene yang memeluknya. Bersamaan dengan itu Tiffany pingsan.

Semua orang buru-buru menolong Tiffany, kecuali Lisa, sejak tadi si bungsu itu diam, ia memperhatikan Jisoo dan diam-diam sangat ingin memeluk kakaknya itu. Lisa menuruti kata hatinya untuk mendekati Jisoo disaat yang lain buru-buru membawa Tiffany ke rumah sakit.

"Hiks hiks hiks Eonnie" Lisa menangis ia memeluk Jisoo yang tadi sempat mematung karena menyaksikan langsung Tiffany yang meluruh ke lantai.

Dalam hatinya Jisoo berbisik, sejahat itukah Jisoo pada ibu kandungnya sendiri?

"Hiks hiks Eonnie Bogoshippo neomu Bogoshippo" dalam hati Jisoo ingin menjawab nado Lisaya namun tercekat di tenggorokan.

"Jebal jangan pergi lagi, jebal kembali ke rumah Eonnie"
"Mianhae aku harus pergi" Jisoo melepas pelukan Lisa kemudian pergi entah kemana, moodnya benar-benar buruk.
.
.
.
-----------

The AFFECTION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang