9. TENANG SAJA, KAMU PEMENANGNYA

157 19 3
                                    

Tidak suka diganggu, tapi terkadang lepas kendali. Bilang saja, bukankah kamu selalu gagal dalam banyak hal?

----------

"Graffiti-nya bagus-bagus, ya? Teman-teman kamu keren, deh. Bisa nyiptain gambar-gambar ini." Tidak mau mengecewakan sama sekali, tapi kepalanya terasa mendidih sekarang. Sebisa mungkin bertahan dengan ketenangannya, Hades hanya mengangguk sebagai jawaban untuk Danisa.

"Kamu gak mau gambar juga? Aku bisa bawain alat-alatnya buat kamu. Siapa tahu juga, aku bisa belajar buat graffiti ini sama kamu. Kamu pasti gak kalah keren." Hades bukannya tidak ingin, tapi entah mengapa dia sedang tidak mau untuk melakukan itu semua. Rasanya ada yang lebih penting yang seakan mendorongnya saat ini, tapi anehnya dia tidak melakukan apa pun dan membisu.

"Kamu mau nunggu sebentar, ya? Aku mau izin dulu sama yang lain buat pinjam alat-alatnya. Masih ada ruang kosong yang belum digambar juga. Pasti seru," ucap Danisa.

Berisik, base camp ini seharusnya berisik. Bunyi pilox yang menyatu, atau tawa anak-anak yang mengudara ketika bercanda. Hades merasa tidak nyaman namun berusaha mengendalikan itu sejak tadi. Kepalanya nyatanya lebih berisik saat ini.

"Ayo!" Danisa dengan semangat mengambil satu ruang yang menjadi pilihannya untuk bersama Hades. Dia mengerut, karena sebenarnya dia tidak mengerti apa pun perihal alat-alatnya. Danisa ingin untuk melakukan hal asyik seperti halnya yang lain, tapi dia tidak cukup tahu. Melihat mereka melakukannya seperti mudah, nyatanya ini sangat sulit dan cukup menguras pikirannya yang memang tidak pernah berkutat dengan peralatan asing ini. "Kamu ikut juga, kan? Bisa kasih tahu aku cara gunain alat-alatnya?"

Tidak mendapat sahutan apa pun, memaksa kepala Danisa untuk bergerak menoleh ke belakang. Tepatnya pada Hades yang kini berdiri tidak karuan dengan pandangan tak tentu arah. "Hades!"

"Ya?" Dia akhirnya tersadar. "Oh, tadi mau ambil peralatan, kan? Kalau gitu gue pergi dulu."

Danisa berdiri dan dengan sontak mencekal lengannya. "Kamu gak liat ini? Sejak tadi peralatannya udah ada di sini."

"Siapa yang bawa?"

Siapa? Danisa merasa cukup tersinggung dengan ucapannya. Apa itu artinya, sejak tadi dia tidak memperhatikannya sama sekali? Mendengarnya?

"Aku yang bawa," sempat merasa patah, tapi nyatanya Danisa tidak bisa untuk benci pada tindakan Hades. Dia merubah wajah kecewanya jadi senyum. "Ajarin aku, ya?"

Hades mengangguk, berjongkok di sampingnya dan mengambil alih alat-alatnya. Danisa memperhatikan, pikirannya tidak pernah salah. Tangan Hades sangat pandai saat harus menggambar di ruang kosong yang dipilihnya.

"Sini! Karena lo gak akan mungkin bisa jadi handal gitu aja, gue akan coba ajarin." Dia merangkul setengah tubuhnya, menggenggam tangan Danisa dan menuntunnya dengan lebih sabar.

Menyadarkannya dalam waktu yang singkat. Perlakuan sederhananya, tapi Danisa tidak munafik jika dia menyukainya—cara Hades memperlakukannya ini. "Jadi ... lo udah ngerti, kan?"

Masih dengan objek yang sama, Danisa tiba-tiba tercekat. "Hah? Iya, udah ngerti kok. Dikit, sih."

Dari posisinya, Hades dengan tergesa berdiri mengabaikan Danisa dengan perasaan senangnya. "Karena lo udah mulai paham, gue pergi dulu, ya?"

HADES: After Loving YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang