24. INGIN YANG TAK PERNAH RUNTUH

85 12 1
                                    

If I really have to fight again and again, I won't give up until I get what I want

----------

Sudah diperbolehkan pulang, tak perlu lagi khawatir dengan kondisinya karena gadis itu sudah baik-baik saja sekarang. Dia sudah bisa tersenyum lagi, tertawa lagi, ceria dan antusias lagi. Kehangatan tentu saja seperti memeluk Hades semenjak Gabriellanya beranjak dari terpuruk. Namun tetap saja bagi dirinya sendiri, apa yang sudah dilakukannya pada gadis itu keterlaluan.

Hades percaya tapi tidak bisa sepenuhnya. Ia ingat pada ucapan Raynand jika jangan ulangi lagi. Dan tanpa keraguan cowok itu juga mengatakan perihal sumber trauma. Terlalu banyak luka yang diberi hingga Hades tak dapat menghitungnya dengan jari.

Jika dulu adalah brengsek, maka seperti itu harga dirinya.

"Lo gak mikirin sesuatu yang aneh-aneh lagi, kan?" Hades terkekeh pada Gabriella, dia hanya mencoba untuk tidak membuat gadis itu mencemaskan hal yang tidak seharusnya dipikirkan keras.

"Apa itu pertanyaan?" tanya Hades. "Apa gue perlu senyum lebih lebar lagi biar lo percaya kalau isi pikiran gue ini gak seperti yang lo tuduhin? Only you, cuma lo yang ada di pikiran gue Gabriella."

Gabriella tertawa, Hades harap itu bukan tawa palsu hanya demi membuatnya tidak kecewa, itu saja.

"Ayo cepat pulang, lo gak bisa lebih lama lagi di luar," ajak Hades, dia mengkhawatirkannya. Bukan tidak percaya pada ucapan dokter itu jika Gabriella sudah benar-benar pulih, hanya ingin menjaga jika saja kambuh lagi. Hades ingin untuk jadi yang ada untuk gadis itu di saat dia membutuhkannya.

Dia ingin dicari dan dianggap berguna.

Memakaikan jaketnya pada tubuh Gabriella, tidak akan terlalu dingin karena mereka pergi dengan mobil. Namun saja, anggap juga itu seperti pelukan tubuhnya ketika dia tidak bisa memberinya peluk yang sama sepanjang jalan. Gadisnya pasti akan sangat membutuhkannya.

"Padahal lo gak perlu kasih gue jaket ini, gue gak kedinginan, kok."

Hades tersenyum, dia menjawabnya halus. "Sebuah perlindungan agar lo merasa aman dan nyaman."

Hanya angin, tapi dia juga tidak akan membiarkan itu melukainya.

"Tunggu!"

Hades mendengus kasar, apa yang kurang dari penegasannya beberapa jam lalu? Apa tidak cukup menyadarkan gadis itu jika saja dia terlanjur jadi buruk di matanya? Kedua tangannya terkepal kuat.

"Gue benar-benar minta maaf dan mohon kasih gue kesempatan buat ngobrol. Gue butuh waktu dan pengertian," ujar Shea lirih.

"Seandainya benar lo teman gue, dengan sangat hormat." Hades menundukkan kepalanya di depan Shea meski gadis itu baginya merepotkan. "Jangan ganggu gue."

Shea mencekal lengan Hades ketika cowok itu memutari mobil dan beranjak masuk, dia tidak mau berhenti. Tidak akan menyerah untuk dirinya sendiri. Shea peduli, karena Shea juga sangat tidak mau untuk kehilangan sosok ini.

"Apa lo gak punya malu?! Setelah perlakuan rendah lo itu-"

"Perlakuan rendah!" Hades terkejut dengan Shea yang tiba-tiba menyentaknya, bahkan setelah dirinya menghempas tangan gadis itu dengan kencang. "Lo gak akan pernah tahu apa arti perlakuan itu sendiri karena lo gak ngerti, jadi stop sebut tindakan gue dengan sebutan rendah!"

"Memangnya apalagi?" Tidak akan ada yang mau mengerti pada jalan pikiran gadis tidak jelas seperti Shea. "Cewek gak tau diri kayak lo, apa perlu gue cari panggilan lain yang lebih pantas untuk mendeskripsikan itu?!"

HADES: After Loving YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang