27. UCAPAN SELAMAT DAN HARAPAN

129 13 1
                                    

Aku berusaha untuk berubah lagi, walaupun ego yang kupunya selalu bersikeras, sekeras itu juga aku melawannya

---------

Hades menepikan motornya ke tepian, niat cowok itu adalah toko boneka kemarin dan dia ingin memberi Gabriella kejutan dengan memesan boneka yang lebih besar lagi dari boneka pilihan Gabriella. Namun Hades seperti lupa dengan inisiatifnya melihat Danisa. Gadis itu sedang sendirian sekarang, di pinggir jalan. Sebenarnya Hades tidak perlu khawatir jika seandainya gadis itu baik-baik saja. Tapi kakinya berjalan pincang. Dan dia tidak bersama Raynand yang selalu menemaninya kemana pun kali ini.

"Danisa!" Hades memanggilnya membuat Danisa menoleh, segera secepat mungkin Hades menghampirinya. Matanya melihat jelas Danisa yang berusaha memaksa kakinya tetap bergerak meski dirinya yakin rasanya sakit. "Kaki lo kenapa?"

Danisa gugup, dia hanya tidak menyangka saja bertemu dengan Hades dalam keadaan ini. "Oh, bukan apa-apa, kok. Tadi waktu keluar rumah kurang hati-hati. Aku lagi pengen beliin makanan kesukaannya Kak Delan dan karena ceroboh aku jatuh. Jadinya kayak gini." Gadis itu meringis seraya membenarkan letak kantong kreseknya.

Danisa juga bilang jika dia tidak membawa ponsel saat Hades menanyakannya.

"Kalau gitu gue telepon Delan, ya?"

Danisa menahan tangan Hades yang hendak menghubungi. "Kak Delan lagi tidur, aku juga gak mau ngerepotin dia karena Kak Delan baru aja pulang habis ketemu teman lamanya."

Danisa merasa lega karena Hades mendengarkannya. "Gak papa kok, aku bisa pulang sendirian."

Hades bergeming, cowok itu sempat menoleh pada motornya dan mempertimbangkan. Dia punya tujuan baik, dia ingin mengantarkan Danisa pulang sampai ke rumahnya. Pada dasarnya, Hades memang selalu tidak enak hati jika keinginan atau inisiatifnya tidak terpenuhi. Jika mengajak Danisa untuk naik ke motornya, itu tidak mungkin. Sebab itu pasti lebih menyakitinya.

Danisa terkejut ketika tiba-tiba Hades membawa tubuhnya ke pangkuan cowok itu, dia juga mengambil alih benda yang digenggamnya. "Biar lo gak perlu kesulitan lagi," ujar Hades. "Dan gue akan cariin lo taksi biar lo bisa pulang dengan nyaman."

Danisa memandang Hades lekat, tidak banyak bicara lagi. Dia, tidak sadarkah dengan perbuatannya itu seakan membawa Danisa kembali lagi pada masa-masa dulu? Masa-masa pertemuan itu, masa-masa yang sebenarnya dipaksa hilang dalam ingatannya. Memorinya.

Kenapa Hades harus memperlakukannya seperti ini jika keputusannya meminta perpisahan waktu itu –meski dengan cara yang halus, adalah jarak untuk keduanya?

Kenapa masih saja baik?

Danisa menunduk, lalu jika nantinya dia akan berharap pada perhatiannya, jangan salahkan dirinya. Sebab cowok itu sendiri yang selalu datang dan membuat Danisa sulit untuk sadar diri. Maaf, tapi hatinya terlalu rapuh jika diperlakukan seperti ini. Dia tidak mau berbohong lebih banyak lagi.

Hades menghentikan sebuah taksi seperti ucapannya, dia membuka pintu belakang lalu menuntun Danisa masuk dengan hati-hati. Lembut agar tidak melukainya. "Pak, anterin dia selamat sampai tujuan, ya? Ini uangnya."

Tidak meminta pun, Danisa bahkan sempat bilang jika dia masih punya punya uang yang cukup untuk membayar. Namun Hades menolaknya dan tidak masalah sama sekali.

Dia mendekat sebentar, memastikan keadaan Danisa. "Habis ini, lo harus obati kaki lo yang sakit itu, jangan diabain. Karena Delan pasti juga gak akan suka kalau Adiknya luka karena niatnya sendiri. Apalagi kalau Delan sampai tahu lo keluar rumah karena dia."

HADES: After Loving YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang