Love is Scary

7.3K 594 2
                                    

"Jadi sekarang lo mau nyerah?"

"Gue bukan nyerah, tapi..," Kana menggantung ucapannya. Sejujurnya dia tidak ingin merelakan cinta pertamanya begitu saja. Tapi, melihat Salma yang kian hari makin jauh darinya membuat Kana putus asa.

Gema jadi prihatin melihat Kana tampak sedih. Dia merangkul bahu Kana untuk memberikan cowok itu sedikit semangat.

"Dengerin gue, selama Salma belum jadian sama Adam atau cowok mana pun peluang lo buat dapetin Salma itu terbuka. Jadi lo gak usa galau begini, Kan. Tapi, lo juga gak harus selalu nunggu Salma, lo bisa buka hati lo buat orang lain."

Kana berpikir sejenak. Ucapan Gema memang ada benarnya. Dia tidak harus galau hanya karena satu perempuan. Masih banyak cewek cantik di sekolah yang mau dengannya. Tapi, tetap saja Salma adalah cinta pertamanya tidak akan mudah bayangan cewek itu pergi begitu saja dari hati Kana.

Gema masih berusaha memberi semangat pada Kana ketika sosok Adam tiba-tiba mendekati mereka yang sedang duduk di taman sekolah. Cowok itu membawa beberapa makanan ringan di tangannya.

"Ini buat lo," kata Adam sembari duduk dan menyodorkan makanan pada Kana.

Kehadiran Adam di sana membuat Gema dan Kana terkejut. Sejak kapan Adam jadi berteman dengan mereka apalagi memberi makanan.

"Lo ngapain di sini?" tanya Kana ketus.

Adam menghela napas. "Gue cuma mau kasih makanan ini."

Suasana panas di antara Adam dan Kana membuat Gema tak nyaman. Dia pun mencoba mencairkan suasana dengan menerima makanan dari Adam, tapi Kana malah memarahinya.

"Kita gak perlu makanan dari lo! Gue dan Gema bisa beli itu sendiri!"

Kana mengambil makanan di tangan Gema, lalu melemparnya di depan Adam.

Tingkah Kana yang kasar membuat Adam kesal. Niat baiknya untuk bisa dekat dengan cowok itu tak disangka mendapatkan balasan tidak baik.

"Lo bisa berhenti buat benci gue nggak?" tanya Adam geram.

"Nggak, gue nggak bisa!" tantang Kana.

Adam menghela napas lagi. Kali ini emosinya sungguh-sungguh terpancing.

Adam menarik lengan Kana, lalu menyeret cowok itu untuk ikut dengannya.

Kana yang terkejut tidak bisa mengelak. Cengkraman Adam di lengannya sangat kuat. Gema juga tidak bisa membantu dan hanya bisa melongo.

Adam menarik Kana untuk berjalan mengikutinya. Siswa-siswi di sekitar mereka hanya bisa melihat tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Adam dan Kana.

Sementara Kana hanya mampu berteriak minta dilepaskan, namun Adam tidak peduli.

Adam membawa Kana ke kelas kosong yang sudah lama digunakan sebagai gudang penyimpanan alat olahraga. Adam menutup pintu segera setelah mereka masuk ke dalam. Lalu, mengunci tubuh Kana hingga cowok itu tidak dapat pergi dari dirinya.

"Lo mau apa sih, anj** !"

Tangan Adam menutup mulut Kana.

"Kalo lo nggak bisa ngucapin sesuatu yang baik buat gue, lebih baik lo nggak ngomong apa-apa sama sekali."

Adam menatap kedua mata Kana tajam. Seakan memperingatkan Kana kalau dia benar-benar serius dengan kata-katanya.

Sementara itu Kana hanya bisa mengatur napasnya yang terengah-engah karena dipaksa berjalan cepat. Apalagi saat ini mereka berada di ruangan yang penuh debu.

Kana masih berusaha untuk melepaskan diri dari Adam. Namun, kekuatan cowok itu sangat kuat membuat Kana tidak dapat berkutik.

"Mmmhhmmm!" Kana berusaha berteriak tetapi mulutnya dibekap oleh Adam.

Adam tidak tahu mengapa dia bersikap begitu pada Kana. Dorongan di dalam hatinya yang menggerakkan dirinya. Dia tidak ingin Kana terus membencinya dan berkata kasar padanya.

Sentuhan tangan Adam di bibir Kana membuat Adam tidak dapat menahan desiran halus yang bergelayut di hatinya.

Adam mendekatkan wajahnya ke arah Kana membuat cowok itu membelalakkan mata.

Bibir Adam yang semakin dekat membuat Kana menutup matanya. Adam tersenyum, lalu mencium telapak tangannya sendiri yang menutupi mulut Kana.

Hembusan napas keduanya beradu di udara. Meski tak menyentuh, Kana bisa merasakan kehangatan bibir Adam memenuhinya.

Kana tidak tahu harus berbuat apa. Harusnya dia marah, berontak, atau bahkan menghajar Adam saat ini. Tapi, tubuh Kana lemas dan tidak lagi punya tenaga untuk melawan.

Adam perlahan melepaskan bibir dan tangannya dari mulut Kana.

"Mulai hari ini, lo harus selalu hati-hati sama apa yang keluar dari mulut lo," ucap Adam pada Kana yang kini mulai membuka matanya.

Kana hanya terdiam, tak mampu membalas perkataan cowok itu. Dirinya masih terlalu kaget dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Adam padanya.

Kana menarik kerah seragam milik Adam dengan kuat.

"Apa yang lo lakuin ke gue ha?! Lo uda gila!"

"Gue mau ngasih tau lo buat hati-hati sama perkataan lo mulai sekarang."

"Tapi lo uda cium..., ah! Sial!! Lo itu cowok dan gue cowok!"

Adam menyeringai.

"Terus? Menurut lo cowok dan cowok nggak bisa ciuman? Lo mau bukti!"

Adam akan mendekat ke Kana lagi, tapi Kana buru-buru mendorong tubuh Adam.

"Uda gila lo!"

Kana menutup mulutnya dengan kedua tangan.

Adam kembali menyeringai.

"Gue ingetin sekali lagi! Mulai hari ini hati-hati sama sikap dan perkataan lo ke gue atau lo akan tahu sendiri apa yang bisa gue lakuin ke lo."

Mendengarkan peringatan dari Adam membuat Kana cemas. Dia tidak tahu kalau berurusan dengan cowok itu ternyata cukup berbahaya.

Tanpa menunggu lama, Kana segera pergi dari ruang kelas yang kosong itu meninggalkan Adam sendirian. Jantung Kana berdebar kencang saat berjalan menjauh seolah Adam sedang mengejarnya.

"Gue gak mau berurusan lagi sama cowok itu. Gue gak mau. Sialan!" umpatnya.

Adam yang tertinggal di kelas, kini mendesah panjang. Sudah lama sekali Adam tidak merasakan perasaan gundah seperti yang saat ini dia rasakan. Entah mengapa Adam tidak dapat menahan dirinya untuk tidak dekat dengan Kana.

"Gue gak bisa jauh dari lo, Kana. Tolong jangan benci gue kalau mulai sekarang gue akan lebih sering ganggu hidup lo," ujar Adam.

***

AdamKanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang