Ketika Gema sedang sibuk dengan buku pelajaran yang ada di meja, Kana justru sebaliknya. Cowok itu terus saja melamun. Tidak biasanya Kana bersikap seperti itu. Namun, Gema ingat betul bahwa sikap aneh temannya itu bermula sejak kejadian perkelahian Adam tempo hari.
Gema menyenggol lengan Kana dengan sengaja, hingga membuat Kana kaget dan hampir menjatuhkan buku di tangannya.
"Apaan sih lo!" ujar Kana kesal.
Gema berdeham. "Lo yang kenapa? Gue perhatiin akhir-akhir ini bengong mulu. Lo itu nggak biasanya gini, Kan. Mending cerita deh sebenarnya apa yang ada di pikiran lo."
Kana terdiam sejenak. Kana akui pikirannya memang terganggu beberapa hari ini. Dia tak bisa fokus dalam pelajaran. Bahkan seringkali Kana lupa pada aktifitas yang hendak dia lakukan. Dan semua ini karena Kana terus memikirkan soal Adam.
Tentu saja, karena cowok satu itu selalu bertingkah aneh pada Kana. Mulai dari berusaha menciumnya sampai membuat anak orang masuk rumah sakit hanya karena pukulan ringan.
Kana tidak tahu apa yang diinginkan Adam sebenarnya. Tapi, semakin dipikirkan semakin Kana penasaran. Apalagi Kana tahu sejak dua hari lalu hukuman Adam sudah dimulai dan cowok itu sudah tidak datang ke sekolah.
"Jangan-jangan lo begini gara-gara Adam?" tebak Gema asal.
Meskipun Gema hanya mengatakan dengan tujuan bercanda, tak disangka respon dari Kana justru berbeda. Dia yang biasanya akan langsung marah, kini malah tampak bersemu merah dan salah tingkah. Gema jadi curiga kalau ucapannya benar.
Tak ingin Gema menyadari kebenarannya, Kana pun segera mengelak.
"Apa sih! Ngarang lo! Gue begini karena Salma bukan Adam."
Gema memicing, memasang wajah curiga. "Tapi, beberapa hari ini lo nggak ngejar-ngejar Salma lagi. Lo bahkan nggak dateng ke kelasnya kayak biasanya."
Kana makin gugup. "Ya, itu karena Adam nggak di sekolah jadi gue tenang karena nggak bakal ada yang gangguin Salma."
"Nah, kan! Bener! Berarti gara-gara Adam gak di sekolah lo jadi resah begini."
Kana makin bingung. Kenapa Gema selalu saja peka dengan apa yang sedang dia rasakan.
"Jangan ngawur lo!" ucap Kana sambil mengemplang kepala Gema menggunakan buku tulis.
Meski Kana terus mengelak, Gema tahu bahwa apa yang dipikirkannya benar.
Melihat ekspresi Gema yang masih tak percaya pada ucapannya membuat Kana risau. Dia sendiri belum tahu apa yang terjadi dengan hati dan pikirannya yang kini selalu dipenuhi dengan bayangan Adam.
Namun, Kana sadar apa yang terjadi adalah salah. Dan Kana tidak ingin Gema salah paham terhadapnya.
"Kalo lo nggak percaya yaudah nanti pulang sekolah kita ke kelas Salma. Gue bakal ajak dia jalan. Kali ini musuh gue uda nggak ada. Jadi gue bakal deketin Salma dengan leluasa dan gue bakal dapetin dia."
Mendengar nada optimis dari ucapan Kana membuat Gema geleng-geleng kepala. Dia tidak tahu kenapa Kana harus berusaha sebesar itu untuk menutupi perasaannya sendiri.
Selepas pelajaran terakhir selesai, Kana pun mengajak Gema pergi ke kelas Salma. Untung, cewek itu belum keluar sehingga Kana dan Gema bisa bertemu dengannya. Namun, dari gerak-geriknya Salma tampak sedang terburu-buru.
"Hai, Sal lo uda mau pulang? Bareng gue aja, yuk. Sekalian kita nongkrong dulu di kafe langganan gue. Mereka punya dessert yang enak, loh."
"Duh, sorry banget, Kan gue nggak bisa." Salma segera mengemasi barang-barangnya dan memasukannya ke dalam tas.
"Lo emang buru-buru banget mau ke mana? Gue bisa anter."
"Gue mau ke rumah Adam," ucap Salma singkat.
"Ha? Ngapain?"
Salma menghela napas panjang. Dirinya berusaha menahan kesal karena Kana yang terus bertanya tanpa henti.
"Karena dia uda nggak masuk sekolah dua hari ini. Gue tahu Adam lagi dihukum. Jadi gue mau kasih dukungan buat dia sekalian ngasih catatan pelajaran yang gue pinjem dari temen gue," terang Salma sembari menunjukkan sejumlah buku tulis yang sedang dia masukan ke dalam tas.
Kana tidak menyangka bahwa Salma sebegitu perhatian dengan Adam. Namun, yang aneh adalah Kana tidak merasa terusik karena hal itu. Tapi, justru dirinya tidak ingin Adam diberikan perhatian sebesar itu oleh Salma. Bukan Salma yang harusnya berbuat begitu.
"Kalo gitu gue boleh ikut nggak?"
Pertanyaan dari Kana membuat Gema dan Salma terkejut. Bahkan Gema sampai menepuk bahu Kana, takut kalau temannya itu mengucapkan sesuatu di luar kesadaran.
Namun, melihat dari ekspresi Kana, dia bersungguh-sungguh.
"Uhm, boleh sih."
"Oke, kalo gitu kita naik motor gue aja. Lo tunggu di depan gerbang gue mau ambil motor dulu di parkiran," ucap Kana seraya bergegas untuk menuju parkiran.
Sementara Salma kembali sibuk dengan kegiatan beres-beres, Gema lantas mengejar Kana yang berlari menuju parkiran.
"Kan tunggu!"
Teriakan Gema membuat Kana berhenti.
"Lo yakin mau ke rumah Adam?"
Kana mengangguk. Tampak Gema tidak percaya dengan apa yang sedang dilakukan Kana. Rencana apa lagi yang ada di otak cowok itu, pikir Gema.
"Lo begini sebenarnya buat siapa? Buat Salma atau buat Adam?"
Pertanyaan Gema membuat Kana termenung. Jauh di dalam hatinya Kana tidak mau denial bahwa apa yang dilakukannya saat ini adalah semata karena dia ingin bertemu dengan Adam.
Namun, Kana belum ingin mengakuinya. Sulit bagi cowok itu untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi pada dirinya. Dan dia ingin membuktikannya sendiri. Apakah dia memang hanya ingin menjauhkan Salma dari Adam. Atau sebenarnya kali ini dia ingin Adam menjauh dari Salma.
***
A/NGaess kayaknya habis chap ini gue bakal hiatus bentar paling 3 hari karena lagi stuck banget :')
Oh btw kalian ada yg nonton kinnporsche gak? Gue baru nonton itu, jadi pengen bikin cerita tentang mafia wkwk :p

KAMU SEDANG MEMBACA
AdamKana
Novela Juvenil"Gue benci sama lo, Adam! Gue sumpahin lo gak akan pernah punya pacar! jadi jomblo karatan! gak bisa nikah! gak bakal ada cewek suka sama lo!" "Sekarang gue gak akan pernah bisa punya pacar karena gue sukanya sama, Lo! Jadi lo harus tanggung jawab!"...