Beberapa guru memutari Adam yang sedang duduk terdiam dengan wajah ke menghadap ke bawah. Setelah perkelahian yang terjadi, sekarang Adam harus menjalani sidang. Sialnya, semua yang terjadi sebenarnya bukan kesalahan Adam. Dan justru orang yang bersalah tidak ikut disidang di sana.
"Apapun alasannya apa yang kamu lakukan ke teman kamu itu salah," Ujar salah satu guru BK laki-laki bernama Pak Anton.
"Benar, Adam. Saya nggak menyangka siswa yang berprestasi, pendiam, dan sopan seperti kamu bisa berbuat sebrutal itu. Kamu ini seperti nggak punya adab," sahut guru lainnya.
Semua guru di sana menyalahkan Adam tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Tapi, saya melakukan itu karena dia terlebih dahulu menyerang saya dan teman saya, Pak," ungkap Adam.
Pak Anton yang ada di sampingnya menghela napas kasar. "Sudah saya bilang, apapun alasannya kamu tetap bersalah karena hampir membunuh teman kamu. Kamu nggak tahu gimana kondisinya sekarang. Dia terluka parah dan saat ini dilarikan ke rumah sakit."
"Kamu tahu, kalo sampai masalah ini terdengar oleh pihak orang tua, kamu bisa dipenjarakan, Adam!"
Adam menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan sekarang. Adam terbawa emosi ketika melihat Kana turut menjadi korban. Kalau saja hanya dia yang diserang, Adam masih bisa menahannya.
Di tengah situasi itu, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu. Semua orang di dalam ruangan menatap ke arah pintu di mana Kana dan Gema sedang berdiri menunggu.
"Kalian mau apa ke sini?" tanya Pak Anton pada keduanya.
"Maaf, pak saya mau memberi sedikit informasi terkait perkelahian tadi. Kebetulan saya juga menjadi korban," ungkap Kana pada Pak Anton.
Pak Anton terkejut. "Jadi kamu juga korbannya. Adam kamu mukulin siapa lagi?"
Melihat Adam kembali disalahkan, Kana buru-buru menjelaskan,"bukan, bukan Adam yang memukul saya, Pak. Tapi, cowok yang dibawa ke unit kesehatan itu. Saya tidak tahu dia siapa dan apa masalahnya dengan Adam. Tapi, saya tahu bahwa Adam yang pertama kali diserang oleh orang itu dan Adam tidak pernah membalas."
Pak Anton terdiam. Semua guru saling bertatapan menimbang penjelasan dari Kana yang tampak jujur.
"Kalau begitu kenapa kamu memukulnya sampai dia terluka parah, Adam?"
Adam mendesah. Dia menatap Kana yang sedang berdiri di depan para guru. Adam tak menyangka cowok itu akan membelanya. Bahkan luka di bibir Kana saja belum terobati, tapi Kana lebih memilih datang ke ruang BK.
"Saya memukulnya karena dia menyerang Kana, Pak. Saya bisa menahan diri kalau dia hanya memukul saya, tapi dia berani memukul Kana. Saya tidak bisa membiarkan itu terjadi."
Semua orang yang ada di ruangan itu terdiam. Sementara Kana justru heran dengan jawaban Adam barusan. Seolah ada yang salah dengan perkataan cowok itu. Kenapa Adam harus memukul cowok tadi demi dirinya? Pikir Kana.
Setelah berdiskusi beberapa saat akhirnya para guru memutuskan untuk menskors Adam selama seminggu. Hal itu agar Adam bisa mengintropeksi diri dan agar orang tua dari korban yang dipukul Adam tidak merasa Adam mendapat perlakuan spesial.
Sementara masalah Adam sudah selesai, Kana dan Gema berniat untuk kembali ke kelas mereka. Sebab mereka sudah melewatkan satu jam pelajaran hanya untuk menjelaskan masalah Adam di ruang BK.
Namun, sebelum mereka sempat pergi Adam segera mencegah keduanya. Cowok itu tampak khawatir dengan luka yang ada di wajah Kana tanpa memedulikan luka pada dirinya sendiri.
"Lo baik-baik aja, Kana?"
Adam memegang lengan Kana hingga membuat cowok itu terkesiap dan segera melepaskannya.
"Gue baik-baik aja kok."
Adam berusaha untuk menyentuh luka di bibir Kana, tapi Kana segera mencegahnya. Adam pun tidak memaksa.
"Lo harus obatin luka di bibir lo dulu, Kana. Ayo kita ke UKS dulu."
"Nggak perlu. Gue mau langsung balik ke kelas aja sama Gema." Kana melirik Gema yang hanya bisa mengangguk kikuk.
Adam ingin menghentikan Kana, tapi memikirkan Kana yang sudah mulai melunakkan hati padanya membuat Adam menyerah. Mungkin ada baiknya Adam tidak terlalu memaksa sehingga Kana perlahan bisa dekat dengannya.
"Yaudah kalo gitu. Ngomong-ngomong thanks uda bantuin gue jelasin ke para guru soal tadi."
Kana mengangguk. Baru saja dia hendak pergi, Kana tiba-tiba kembali berbalik. Adam masih berdiri di belakangnya.
"Lo jangan lupa buat obatin luka lo," ucap Kana pada Adam.
Mendengar perhatian Kana membuat Adam terkejut. Dia tidak menyangka Kana akan mengatakan itu padanya. Hal itu membuat Adam tersenyum senang.
Sementara di sisi lain Kana justru merasa sangat malu. Bagaimana mungkin dia bisa mengatakan itu pada Adam? Sejak kapan dia jadi peduli pada cowok itu. Tapi, Kana hanya bisa diam dan pergi begitu saja. Dia tidak ingin salah tingkahnya diketahui oleh Gema.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
AdamKana
Novela Juvenil"Gue benci sama lo, Adam! Gue sumpahin lo gak akan pernah punya pacar! jadi jomblo karatan! gak bisa nikah! gak bakal ada cewek suka sama lo!" "Sekarang gue gak akan pernah bisa punya pacar karena gue sukanya sama, Lo! Jadi lo harus tanggung jawab!"...