Dear to Me

8.5K 632 3
                                    

Sudah beberapa hari ini Kana seperti orang yang sedang dikejar hutang. Bagaimana tidak? Dia harus bermain kucing-kucingan di sekolah. Bahkan Kana tidak berani keluar dari kelasnya sama sekali ketika jam istirahat.

Ini semua karena Adam. Sejak kejadian di kelas kosong itu, entah mengapa Kana dan Adam selalu saja berpapasan. Entah itu di lapangan, kantin, lorong sekolah, bahkan di toilet.

Kana sampai merasa heran. Padahal sebelumnya dia tak pernah sekali pun bertemu dengan Adam. Namun, sekarang Kana seperti sedang dikejar-kejar oleh Adam.

"Kan, lo kenapa sih?"

Gema sudah frustasi melihat tingkah Kana akhir-akhir ini. Temannya itu tidak lagi fokus dengan pelajaran, malah sibuk bersembunyi kapan pun dan di mana pun dia berada.

"Gue kenapa? Gue nggak apa-apa," jawab Kana bohong. Kana tidak mungkin menceritakan kejadian tempo hari dengan Adam.

"Lo pikir gue bego? Gue tahu pasti ada sesuatu yang lo sembunyiin dari gue."

"Apaan sih lo sok tau banget!"

"Pasti ada hubungannya sama si Adam 'kan?"

Kana terkejut. "Nggak!"

Dari ekspresi Kana, Gema melihat gelagat yang mencurigakan. Tapi, dia tak ingin menekan Kana untuk berbicara. Gema percaya, cepat atau lambat Kana akan menceritakan sendiri masalahnya.

"Kalo gitu berhenti kucing-kucingan di sekolah. Lo sebenernya hindarin siapa sih?"

"Gue bilang gue nggak hindari siapa-siapa! Lagian gue juga nggak main kucing-kucingan, gue cuma ogah keluar kelas. Apa salahnya?"

Gema tak percaya dengan alasan yang diberikan Kana. Gema tahu Kana memang jarang bersosialisasi, tapi bukan berarti Kana cowok kuper yang hanya duduk diam di kelas pada jam istirahat.

"Yaudah kalo emang nggak ada apa-apa sekarang kita ke kantin sama-sama."

"Nggak, gue nggak mau!"

"Tuh kan! Pasti ada yang lo hindarin!"

"Gue bilang gue nggak hindarin siapa-siapa!"

Kana lelah harus terus berdebat dengan  Gema. Untuk membuktikan ucapan Gema, akhirnya Kana pun menyerah dan menuruti keinginan Gema untuk pergi ke kantin bersama-sama.

Sepanjang perjalanan menuju kantin, Kana selalu memerhatikan sekitar. Takut kalau Adam tiba-tiba berada di dekatnya. Namun, kenyataannya hingga mereka sampai di kantin, tak terlihat batang hidung Adam berada. Hal itu membuat Kana merasa tenang.

Setelah menghabiskan makanan mereka, Gema dan Kana akan kembali ke kelas. Namun, keramaian di lorong kelas IPS menghentikan langkah mereka.

Gema dan Kana tidak tahu apa yang sedang terjadi. Namun, tampak beberapa anak sedang berkumpul seperti sedang menonton sesuatu.

Kana mendengar suara seorang laki-laki yang berteriak marah. Lalu, tak lama terdengar teriakan dari para siswa perempuan.

Gema dan Kana segera mendekati kerumunan, mencari tahu yang sebenarnya terjadi.

Namun, tubuh Kana justru tertabrak seorang pria hingga dia dan orang itu tersungkur ke lantai. Kana meringis karena tangannya yang terbentur cukup keras. Sementara cowok yang tadi menabraknya tergeletak di sebelah sembari memegangi wajahnya yang berdarah.

Kana hendak melihat cowok itu, tapi orang tadi sudah lebih dulu berbalik.

"Adam?" tanya Kana sambil memicing pada Adam.

Ternyata cowok yang menabraknya tadi adalah Adam yang sedang terlibat pertengkaran dengan siswa lainnya.

Belum sempat Adam menjawab Kana, seorang cowok menyerang Adam lagi. Dia melayangkan tinju pada Adam hingga mengenai bibirnya.

Kana yang terkejut sekaligus merasa iba berusaha untuk melerai cowok itu. Namun, naasnya dia justru ikut terkena bogem mentah yang membuat bibirnya sobek.

Melihat Kana terluka Adam tersentak kaget. Adam mengepalkan tangan lalu dengan cepat balik menyerang cowok yang tadi meninju dirinya.

Adam seperti orang kesetanan yang secara membabi buta melayangkan tinju ke cowok tadi. Suasana menjadi semakin gaduh.

Adam yang tidak lagi terkendali membuat semua orang di sekitarnya ketakutan. Hingga beberapa guru akhirnya datang dan berhasil melerai pertengkaran itu.

Adam ditarik dengan  paksa menuju ruangan BK. Sementara cowok yang tadi terlibat adu tinju dengannya segera dibawa ke Unit kesehatan karena terluka sangat parah.

Di saat kegaduhan mulai mereda Kana dibantu oleh Gema duduk di sisi ruang kelas.

"Lo baik-baik aja?" tanya Gema panik.

Kana menyentuh sudut bibirnya yang sobek dan mengeluarkan darah.

"Gue nggak apa-apa."

"Lo ngapain sih sok ikut-ikutan!"

"Gue cuma mau ngelerai mereka."

Kana memang hanya berniat untuk melerai, tidak disangka dia harus kena imbas juga.

"Sekarang mereka di mana?"

"Maksud lo Adam?"

Kana mengangguk.

"Dia dibawa ke BK. Lo nggak tahu orang tadi hampir dibunuh sama Adam kalo guru nggak cepet dateng."

Kana terkejut. Dia memang tak sempat melihat apa yang terjadi setelah terkena pukulan. Jadi Kana tak tahu apa yang Adam perbuat.

"Gue nggak pernah lihat Adam segila itu."

Komentar Gema membuat Kana semakin bingung.

"Lo mending ikut ke BK, deh. Dan bantuin Adam."

"Ha? Kenapa gue? Gue aja nggak tahu masalahnya."

"Tapi, Adam ngebales cowok tadi buat lo. Kalo lo bilang cowok tadi nyerang duluan, Adam mungkin gak akan dapet hukuman berat."

Kana berpikir sejenak. Dalam benaknya, Kana merasa ini adalah kesempatan bagus agar Adam tidak lagi mengejarnya kalau benar cowok itu akan dihukum. Tapi, mendengar cerita Gema membuat Kana ragu. Apakah benar menjebak orang yang membelanya hanya demi keuntungan pribadi.

"Gimana, Kan? Lo mau ke BK sekarang? Adam mungkin uda dihukum kalo lo kelamaan mikir."

Kana menghela napas. Sepertinya kali ini Kana harus membantu Adam.

***

AdamKanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang