Baru kali ini Kana merasa gugup luar biasa. Apalagi hal yang menyebabkannya seperti itu bukan dirinya sendiri melainkan orang lain. Setiap detik terasa begitu lama. Setiap keramaian membuatnya gelisah. Kana terus menatap ke arah ponselnya. Ia tak juga menemukan pesan atau pun panggilan dari Adam.
"Lo kenapa sih?" Gema menyenggol lengan Kana dengan sengaja.
Kana menoleh, lalu menggeleng lemah tanpa jawaban. Ia tak bisa memberitahukan Gema tentang pikiran yang membuatnya gelisah. Masalahnya Gema bahkan belum tahu kalau sekarang ia dan Adam sudah berpacaran.
Baru saja Gema ingin mengatakan sesuatu, perhatian Kana teralihkan oleh satu pesan yang ada di ponselnya. Pesan dari kekasihnya, Adam.
Kana buru-buru beranjak dari kursinya, tanpa sempat mengatakan apapun ia segera pergi meninggalkan Gema yang terbengong di kursi.
Adam baru saja mengirim pesan bahwa dirinya sudah memutuskan hubungan dengan Salma. Kana khawatir respon Salma tidak akan baik, mengingat Kana tahu betapa cewek itu menyukai Adam. Dalam teks itu Adam juga mengungkapkan bahwa ia berhak menerima perlakuan apapun dari Salma karena memang dalam hal ini Adam yang bersalah.
Setelah berlari cukup jauh, Kana akhirnya sampai di kelas Adam. Dengan napas masih terengah-engah ia berusaha mencari keberadaan Adam. Suasana kelas Adam pun tak bisa ditebak. Beberapa orang saling berbisik, terutama para perempuan.
Mata Kana langsung tertuju pada sosok cowok yang duduk di keliling beberapa orang. Dengan wajah tertunduk cowok itu berusaha menyembunyikan wajah. Hingga Kana memanggilnya barulah cowok itu mau mengangkat kepala.
"Adam," panggil Kana dari luar kelas.
Semua orang menoleh padanya, termasuk Adam.
Melihat Kana berdiri di depan kelasnya, Adam langsung berdiri lalu menghampiri Kana dengan wajah kaget.
"Lo ngapain di sini?"
Kana melihat memar yang samar di pipi kanan Adam. Ia bisa tebak berasal dari mana luka itu.
"Gue mau ngomong sama lo!"
Orang di sekelilingnya memerhatikan sambil berbisik-bisik.
Adam dan Kana melihat ke sekeliling. Awalnya, Adam ragu. Ia tak ingin Kana terlibat masalah lebih jauh karena hubungannya dan Salma. Namun, sebelum Adam sempat menolaknya, Kana langsung memegang lengan Adam dan menyeret cowok itu untuk ikut bersamanya.
Mereka berjalan dengan langkah panjang menuju kelas kosong tempat menyimpan peralatan olahraga. Sampai di sana Kana dan Adam masuk ke dalam kelas dan menutup pintu dari dalam.
"Kana, lo nggak perlu begini," ucap Adam mencoba menenangkan Kana.
Kana menatap kedua mata Adam. Ia menyentuh pipi kanan Adam yang masih menyisakan memar merah.
"Lo ditampar ya?" tanyanya dengan nada khawatir.
Adam tersenyum. Ia menyentuh tangan Kana yang masih menempel di pipinya. Tangan pacarnya itu terasa begitu hangat.
"Gue pantes dapet, itu kok. Gimana pun gue uda manfaatin perasaan Salma buat deketin lo."
Adam balik menyentuh dahi Kana. Berusaha melonggarkan kerut yang ada di sana.
"Gue justru khawatir sama lo, Kana. Lo nggak marah kan karena gue uda nyakitin Salma. Lo uda bener-bener nggak ada perasaan kan sama dia?"
Mendengar pertanyaan Adam membuat hati Kana mencelus. Entah ia sedang bahagia atau sedih oleh kata-kata itu.
Kana segera memeluk Adam, mendekatkan diri pada dada bidang cowok itu. Detak jantung Adam terdengar lancar di telinganya.
"Gue uda nggak ada perasaan sama Salma. Sekarang gue cuma suka sama lo, Adam."
KAMU SEDANG MEMBACA
AdamKana
Підліткова література"Gue benci sama lo, Adam! Gue sumpahin lo gak akan pernah punya pacar! jadi jomblo karatan! gak bisa nikah! gak bakal ada cewek suka sama lo!" "Sekarang gue gak akan pernah bisa punya pacar karena gue sukanya sama, Lo! Jadi lo harus tanggung jawab!"...