Di bawah warna jingga yang menghiasi langit sore, motor Kana berkendara, menyusuri jalanan yang mulai macet di jam pulang kerja. Tidak butuh waktu lama sebenarnya untuk sampai di rumah Adam. Apalagi Kana yang sudah tahu di mana alamat cowok itu berada.
Sesampainya di sana Kana segera memarkirkan motornya, sedangkan Salma langsung masuk ke dalam halaman rumah Adam yang tak memiliki pagar.
Di depan pintu keduanya menunggu. Salma sudah menghubungi Adam kalau dia akan datang. Sehingga tak perlu menunggu lama Adam pun muncul ketika pintu rumahnya terbuka.
Adam tampak seperti habis mandi. Rambutnya masih basah. Penampilan Adam yang santai dengan pakaian longgar dan boxer itu tidak mengurangi sedikit pun pesona dan ketampanannya.
Adam terkejut ketika mendapati Kana berada di sana bersama Salma. Meski begitu dia tak bisa menyembunyikan raut bahagia karena bisa melihat cowok itu.
Sudah sejak dua hari ini Adam merindukan wajah Kana yang manis. Dia hanya bisa berharap masa hukumannya segera berakhir sehingga hatinya juga berhenti terhukum karena tidak dapat melihat Kana.
"Sorry, Dam gue lupa bilang. Kana juga ikut ke sini. Dia bilang mau lihat lo juga."
Adam tersenyum tipis.
"Nggak apa-apa kok. Gue malah seneng banget Kana di sini."
"Apa?"
"Hmm, nggak ada apa-apa. Yuk, kalian masuk dulu. Lo berdua pasti capek kan?" ajak Adam segera sebelum Salma bertanya lebih jauh dan membuat Kana tak nyaman.
Salma dan Kana pun segera masuk rumah Adam setelah dipersilahkan.
Rumah Adam bergaya minimalis klasik dan tampak rapi. Tak banyak hiasan yang ada di dinding, hanya dua lukisan berukuran pigura kecil.
Yang menarik Kana, justru rak yang dipenuhi buku-buku. Mulai dari ensiklopedia hingga sastra ada di sana, tersusun rapi dan terawat.
"Kalian mau minum apa? Sorry banget gue nggak bisa kasih makanan apa-apa. Karena gue tinggal sendirian, bokap nyokap lagi dinas di luar kota," ujar Adam pada Kana dan Salma.
Salma menggeleng. "Lo nggak perlu khawatir, Dam." Dia mendekati Adam lalu menepuk bahu cowok itu dengan lembut.
Salma sengaja duduk sangat dekat dengan Adam. Sementara Kana mengambil posisi di ujung dan hanya bisa mengamati keduanya.
Posisi Salma yang dekat dengannya membuat Adam tidak nyaman. Dia tidak ingin berada di sebelah cewek itu. Sebaliknya, Adam justru ingin ada di dekat Kana. Adam merindukan cowok itu lebih dari apapun.
"Kalo gitu kalian mau minum apa?"
"Gue air putih aja," ucap Salma lembut.
Adam mengangguk. Lalu, dia menatap ke arah Kana. "Kalo lo, Kana?"
Kana terdiam beberapa saat. Dia bukan sedang berpikir ingin minum apa saat itu. Tapi, hatinya merasa tidak tenang melihat Adam berdekatan dengan Salma. Dan Sialnya Kana tidak sedang cemburu terhadap Salma melainkan pada Adam.
"Kana?" tanya Adam lagi. Kali ini suara Adam sangat lembut. Tidak terdengar seperti biasanya.
Kana terkesiap. "Oh, gue air aja."
Adam tersenyum. "Air aja? Air kolam? Air kamar mandi? Atau air apa nih?"
Kana tersenyum kikuk. "Maksud gue air putih."
Mendengar jawaban Kana, Adam kembali tersenyum. Dia segera bergegas berdiri, tidak ingin Kana menunggu lama untuk minumannya.
"Oke, kalo gitu gue ambilin minum dulu buat kalian ya."

KAMU SEDANG MEMBACA
AdamKana
Novela Juvenil"Gue benci sama lo, Adam! Gue sumpahin lo gak akan pernah punya pacar! jadi jomblo karatan! gak bisa nikah! gak bakal ada cewek suka sama lo!" "Sekarang gue gak akan pernah bisa punya pacar karena gue sukanya sama, Lo! Jadi lo harus tanggung jawab!"...