Waiting is Sickness

6.5K 482 3
                                    

Setelah Adam melepaskan diri dari Kana, cowok itu hanya mampu terdiam menatap Kana yang sedang terengah-engah mengatur napas. Keduanya sama-sama membisu, mencoba mencerna apa yang baru saja mereka lakukan.

"Kana, gue minta maaf kalo terkesan memaksa lo. Tapi, jujur gue bener-bener nggak tahu apa yang harus gue lakuin ke lo."

Tangan Adam menyentuh pipi Kana dengan lembut. Kulit wajah Kana terasa sangat halus.

Kana menyingkirkan tangan Adam. Jantungnya masih berdebar kencang. Kana tidak ingin jantung itu tiba-tiba meledak karena sentuhan Adam.

"Gue mau balik."

Kana baru saja mau beranjak. Adam langsung menahan lengannya.

"Lo nggak marah kan sama gue? Lo nggak benci gue kan?"

Kana menatap mata Adam yang meminta. Cowok itu tampak gelisah. Tidak pernah Kana lihat ekspresi itu pada orang lain. Ekspresi yang menyatakan rasa takut kehilangan.

Kana mendesah. Sepertinya dia sudah terlambat. Hatinya sudah jatuh pada orang yang tidak seharusnya.

"Gue masih nggak tahu, Dam. Tapi, gue masih ngerasa ini nggak bener."

"Apa yang nggak bener, Kana? Gue suka sama lo. Gue tertarik sama lo sejak pertama kali kita ketemu. Dan gue uda bilang kalo gue bakal berusaha buat bikin lo suka sama gue. Sekarang lo bisa nerima ciuman dari gue. Jadi apa yang salah?" tekan Adam pada Kana.

Adam menggenggam kedua tangan Kana, menciumnya dengan lembut. Kedua matanya menatap wajah Kana dengan penuh kasih sayang.

"Gue cuma mau lo, Kana."

Kana tidak menjawab Adam. Dia ingin memeluk cowok itu, membenamkan diri dalam pelukan Adam. Tapi, Kana sadar perasaan yang dia punya tidak benar. Apalagi ketika Kana melihat dirinya sendiri.

Kana melepaskan tangannya dari Adam. Berusaha tegar untuk tak menampilkan wajah sedih di depan cowok itu.

"Gue mau balik sekarang. Salma lagi nunggu di luar dan gue nggak mau dia berpikiran aneh tentang kita."

Kana lantas meninggalkan Adam keluar dari kamar.

Selepas Kana pergi Adam masih berdiri terdiam. Hatinya hancur. Dia pikir Kana sudah bisa menerimanya, bahkan memiliki perasaan yang sama seperti dirinya. Kenyataannya dalam hati Kana cuma ada Salma. Adam tak punya tempat sedikit pun yang tersisa.

"Sial! Sial! Sialan lo Kana!" umpat Adam saat meninju udara melampiaskan sakit yang menyiksa di dada.

Sementara itu Kana menjumpai Salma duduk sembari bermain ponsel di ruang tamu. Dia segera menghampiri cewek itu.

"Yuk, kita pulang uda sore nih," ajak Kana pada Salma.

Bukan mengiyakan ajakan Kana, Salma justru merengut kesal. "Lo lama banget sih di toilet. Eh ngomong-ngomong Adam mana?"

Salma celingak-celinguk mencari keberadaan Adam yang tak bersama Kana. Padahal mereka sama-sama dari toilet.

Tak lama Adam berjalan menuju ruang tamu. Ekspresi cowok itu sudah berubah, tak lagi senang seperti sebelumnya.

"Eh, Adam gue sama Kana mau balik dulu, nih. Uda sore juga."

Adam hanya mengangguk. Dia menatap Kana dengan tajam, sedangkan Kana berusaha menghindari tatapan itu.

Melihat suasana canggung di antara Adam dan Kana, membuat Salma curiga. Dia tidak tahu apa yang terjadi, tapi Salma juga tak berani bertanya.

"Uhm, kalo gitu gue pamit ya. Kalo lo butuh apa-apa lo bilang aja sama gue. Gue bakal bantu lo sebisa mungkin," ucap Salma pada Adam.

Adam tersenyum tipis. Dia menghampiri Salma yang berada di samping Kana. Adam merangkul bahu cewek itu hingga membuat Salma terkejut. Kana yang melihat adegan itu tidak bereaksi apa-apa selain berusaha menghindari mata Adam yang memburunya.

"Lo baik banget sama gue, Sal. Jangan salahin gue kalo nanti gue jadi salah paham dan suka sama lo," goda Adam.

Salma yang perlakuan manis oleh Adam jadi salah tingkah.

"Mak-maksud lo, Dam?"

Adam tersenyum. "Nggak ada maksud apa-apa. Uda katanya lo mau pulang, sana keburu sore nanti."

Adam menyentuh dagu Salma dengan manja.

Salma makin senang dibuatnya, tidak biasanya Adam bersikap begitu. Sebab selama ini Adam tidak pernah mau bersentuhan dengan Salma.

Setelah berpamitan, Salma dan Kana pun segera pulang. Di perjalanan Salma sangat antusias berbicara soal sikap Adam tadi kepada Kana.

Kana yang mendengar hal itu tak banyak menanggapi. Dirinya sibuk dengan perasaannya sendiri. Kana tidak tahu kenapa dia bisa jatuh cinta semudah itu pada Adam.

Apa yang harus dia lakukan kini untuk melupakan perasaan pada Adam?

***
A/N

Sorry, baru bisa update malem. Hope u still enjoys this :p

AdamKanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang