Kana tidak tahu apakah dia harus senang atau marah saat ini. Separuh hatinya bahagia karena akhirnya dia bisa nonton film bareng Salma untuk pertama kalinya, tetapi separuh yang lain dia ingin cowok bernama Adam yang ada di depannya itu menghilang dari bumi.
Seperti yang dijanjikan sebelumnya, Kana bertemu dengan Adam dan Salma pada malam hari untuk menonton. Salma tampak cantik dengan dress selutut bewarna merah muda yang dikenakannya. Sementara Adam juga tampak tampan dengan kemeja yang lengannya digelung hingga siku.
"Jadi gimana Sal kita mau nonton sekarang atau makan malam dulu?" tanya Kana pada Salma.
Salma menoleh ke arah Adam, bermaksud menanyakan hal yang sama pada cowok itu.
"Menurut lo gimana, Dam?"
"Gue ikut kalian aja, sih. Tapi, sebenarnya gue uda makan tadi."
"Oh, kalau gitu kita langsung nonton aja deh."
Kana tidak bisa mengelak keputusan Salma. Padahal dia sengaja tidak makan malam agar bisa makan berdua dengan Salma. Tapi, memang cowok bernama Adam menghancurkan semua rencananya.
Setelah mengantre untuk membeli tiket film dan makanan ringan, akhirnya mereka bertiga pun masuk ke dalam ruangan teather.
Kana sengaja untuk memilih kursi di sebelah Salma, tapi Salma justru lebih memilih duduk di samping Adam sehingga mau tidak mau Kana pun duduk di samping Adam.
Adam yang sudah tahu kalau Kana cemberut sedari tadi makin tidak sabar untuk menggoda cowok manis itu. Entah mengapa Adam sangat ingin membuat Kana marah. Menurutnya ekspresi Kana yang kesal itu sangat lucu dan imut.
Sepanjang film Kana tidak bisa fokus. Bukan karena dia tak suka film yang diputar, tapi karena pikirannya selalu tertuju pada Salma dan Adam. Sedari tadi Salma mencuri kesempatan untuk lebih dekat dengan Adam. Sementara Adam justru cengengesan saja membuat Kana makin dongkol.
"Lo nggak suka filmnya?" tanya Adam tiba-tiba pada Kana.
"Bukan urusan lo!"
Adam tersenyum. "Kalo nggak suka kenapa nonton?"
"Ssstt.. Lo bisa diem nggak?"
Adam makin melebarkan senyum. Dia mendekatkan wajahnya pada Kana hingga cowok itu tersadar lalu menoleh. Kini wajah keduanya justru makin berdekatan.
"Nggak bisa tuh," cetus Adam.
Adam dan Kana saling bertatapan. Suasana hening dan gelapnya penerangan membuat Kana tidak bisa dengan jelas melihat ekspresi Adam saat itu. Yang pasti dia bisa merasakan napas cowok itu membelai lembut kulitnya.
Sementara Adam yang menatap dua bola mata cantik milik Kana hanya bisa terpanah. Betapa indah wajah Kana. Bagaimana bisa seorang laki-laki punya wajah secantik ini, pikir Adam.
Kana berdecak. "Kalo lo nggak bisa diem mending keluar sana!" ujarnya ketus sebelum berbalik menatap layar bioskop lagi.
Adam tersenyum lagi. Sepertinya Adam sudah gila karena merasa bahagia ketika Kana bersikap buruk padanya.
Setelah menghabiskan waktu tiga jam, film pun usai. Salma yang sedari tadi tidak tertarik dengan film yang diputar menguap lebar. Dia bahkan nyaris tertidur di pertengahan film.
"Guys, gue langsung mau pulang nih uda kelewat malem juga," kata Salma setelah melirik jam di tangannya.
"Sal, gue anterin lo pulang ya kalo gitu. Kan nggak baik kalo cewek pulang malem sendiri," ajak Kana.
Salma tampak berpikir, lalu menoleh pada Adam yang sepertinya tidak berniat mengantarnya pulang sama sekali.
"Ah, nggak usa deh, Kan. Gue bisa naik taksi online kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
AdamKana
Roman pour Adolescents"Gue benci sama lo, Adam! Gue sumpahin lo gak akan pernah punya pacar! jadi jomblo karatan! gak bisa nikah! gak bakal ada cewek suka sama lo!" "Sekarang gue gak akan pernah bisa punya pacar karena gue sukanya sama, Lo! Jadi lo harus tanggung jawab!"...