Hari ini hari Jumat. Naren ingin pergi Sholat Jumat kebetulan setiap hari Jumat dia hanya punya kelas saat sore hari. Naren mengecek di google maps mesjid terdekat yaitu Masjid Islamic Society of Boston.
Naren masuk ke dalam lift apartemen. Saat pintu lift hampir tertutup tiba-tiba ada sebuah tangan muncul dan pintu lift kembali terbuka.
Melihat itu adalah William Naren langsung membuang muka, entah kenapa dia merasa canggung melihat William kali ini setelah kejadian waktu itu, apalagi di lift William terus menatapnya.
William menatap Naren dari atas ke bawah karena Naren berpakaian tidak seperti biasanya. Sekarang Naren sedang memakai baju koko, sarung, dan peci.
"Where are you going?"
"Mosque" Naren melirik sebentar.
"Gue boleh ikut?"
"Lo mau ke mesjid?" Naren memandang William aneh.
"Gak boleh?"
"Ya boleh-boleh aja si tapi jangan celana pendek juga kali"
William memencet tombol lift dan lift kembali naik ke atas. Naren mendengus kenapa tiba-tiba bule ini mau ikut ke mesjid.
Mereka berdua kembali ke kamar
"Lo mau pakai sarung?"William hanya mengangguk.
Naren menyuruh William masuk ke kamarnya. William duduk di kasur sementara itu Naren mencari-cari sarung di dalam lemarinya.
"Nah pakai" Naren menoleh ke belakang. Ia langsung melotot rahangnya terasa jatuh ke lantai melihat William yang hanya memakai celana dalam.
"What the fuck are you doing" Naren langsung membuang muka.
"What's wrong" William mendekat dan mengambil sarung di tangan Naren.
"Kenapa lo lepas celana bego" Naren masih membuang muka.
"Gue kira gak pake celana"
"Pasang lagi buruan" Naren menyuruh Willian memasang celananya.
"Gimana cara pakenya?" Tanya William saat memasukkan sarung ke badannya.
Naren memasangkan sarung untuk William. Mereka berdua berdiri berhadapan. Perbedaan tinggi mereka sangat kontras. Naren hanya sebatas dada William.
"Nih pegang" Naren memberikan bagian tengah sarung kepada William lalu Ia melilitkan bagian kanan dan kiri ke pinggang William dan menggulungnya.
Naren terkekeh melihat William yang sangat aneh memakai sarung vibes bapak-bapak Indonesia.
"Kayanya gue gapunya baju koko yang besar, lo pake itu aja deh gapapa kok muslim amerika juga bajunya biasa aja"
"Terus kenapa lo harus berpakaian seribet itu"
"Serah gue lah my culture" Sinis Naren.
Sekarang William sedang memakai sarung berwarna hitam dengan baju kaos senada. William tidak memakai peci karena tidak ada yang muat.
***
Mereka berdua sudah sampai di parkiran mesjid. Mereka pergi menggunakan mobil William.Awalnya William sudah bilang kalau mesjid itu dekat hanya 10 menit berjalan kaki dari apartemen, tetapi Naren keukeuh tidak mau jalan kaki.
Karena malas mendengar Naren mengomel, William langsung membawa Naren dengan mobilnya.
"Lo mau masuk?"
William mengangguk
"Mau ikut sholat"
William mengangguk
"Seriusan?"
William mengangguk
"Lo punya mulut gak si, kek orang bisu aja" Naren kesal dan langsung keluar mobil.
Naren memasuki mesjid diikuti William di belakangnya. Mesjid ini cukup besar. William tampak melihat-lihat bangunan Mesjid ini. Dia sering melewati mesjid ini tapi baru pertama kali dia masuk.
William bingung melihat orang yang sedang mencuci tangan, hidung, mulut sampai kakinya.
"Mereka ngapain?" Tanya William
"Wudhu, sebelum sholat wajib bersuci" Ujar Naren sambil menggulung lengan baju kokonya.
"Ikutin gue"
William mengikuti gerakan Naren dari membasuh tangan hingga kakinya. Naren menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat sarung William yang basah kena air.
Mereka berdua sudah berada di dalam bangunan mesjid. Awalnya William kesulitan untuk duduk bersila kakinya pegal, tetapi lama kelamaan dia cukup terbiasa.
Tak lama kemudian Adzan berkumandang. William tampak takjub mendengar lantunan adzan yang mendayu-dayu. Baru pertama kali Ia mendengarnya hatinya terasa tenang.
Khatib naik ke atas mimbar memeberikan ceramah dalam B. Inggris. William menyimak dengan seksama. Matanya selalu tertuju ke depan, sedangkan Naren Ia malah tertidur sambil bersandar di pundak William. (Enak banget sholjum bareng ayang)
Tak lama kemudian qomat berkumandang orang-orang nampak mulai berdiri satu persatu. William mengelus kepala Naren di sampingnya.
"Naren wake up"
Bapak-bapak yang duduk di samping Naren memandang William dengan pandangan bombastic side eye.
"Anjir gue ketiduran" Ujar Naren terbangun.
"Tunggu sini ya gue mau wudhu lagi"
William mengangguk. Naren langsung berlari menuju tempat wudhu. Sementara itu Willian masih duduk bersila melihat orang-orang yang mulai berbaris rapi.
Naren datang dengan wajah segar. Dia menyuruh William berdiri di sampingnya.
"Ikutin gue aja" Bisik Naren, William mengangguk.
Sholat dimulai Willian mengikuti gerakan Naren. Hatinya merasa tenang mendengarkan lantunan ayat suci Al quran oleh sang Imam. Ini pertama kalinya dia mengenal lebih dekat dengan Islam karena Naren.
Di bayangannya Islam adalah teroris yang suka membom apapun seperti yang diberitakan media Amerika.
William memandang Naren sambil bersedekap. Naren menunduk menahan tawanya dia sudah tidak khusuk lagi. William mengerutkan alisnya melihat wajah Naren yang memerah menahan tawa.
"Kenapa?" Ujar William yang masih dalam posisi sholat.
"Ehmm" Ujar Bapak-bapak di samping Gibran.
***
Mereka berdua baru saja selesai sholat dan sedang berada di dalam mobil.
"Kenapa lo noleh bego orang sholat gak boleh noleh, ngomong juga ga boleh"
William mengangguk
"Sorry, I don't know""Yaudah yuk pulang"
William terus memandang wajah Naren.
"Udah buruan malah bengong"
William melajukan mobilnya menuju apartemen kembali.
Tbc
01/06/2023Komen cuy
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenity
Teen FictionNiatnya membuat seseorang jatuh cinta pada adiknya tapi berakhir dia yang jatuh cinta. William mahasiswa asal Amerika Harvard University yang terjebak dengan perasaannya sendiri. Awalnya Ia disuruh adiknya agar membuat Narendra mahasiswa asal Indone...