1

3.2K 175 4
                                    

Para penumpang, sebentar lagi pesawat akan mendarat di Bandara Internasional Logan di Boston Silakan kencangkan sabuk pengaman anda. Suara seorang pramugari menggema di kabin pesawat

Naren merentangkan tangannya. Setelah 20 jam perjalanan udara akhirnya Ia sampai di negara yang mendapat julukan negeri paman sam ini.

Ia beberapa kali transit dari Makassar ke Jakarta, Jakarta ke Doha barulah Doha ke Boston

Naren tampak excited ini pertama kalinya Ia ke luar negeri. Dari jendela Naren bisa melihat banyak pencakar langit Boston yang menjulang tinggi.

10 menit kemudian pesawat mendarat dengan sempurna. Naren memandang ke sekeliling bandara. Bandara ini sangat luas

"Buset keren banget" Naren berdecak kagum jiwa kampungannya meronta-ronta.

Naren pergi mengganti sim cardnya menjadi sim card Amerika. Ia juga membeli beberapa roti untuk mengganjal perutnya. Ia sempat kesusahan mencari makanan berlogo halal dibandara tapi akhirnya ketemu juga.

Naren bukan lah orang yang sangat religius tapi dia tidak pernah ketinggalan sholat 5 waktu karena dia tahu itu adalah kewajibannya sebagai muslim sebesar apapun dosanya dia tidak pernah meninggalkan sholat.

Setelah berurusan dengan pihak imigrasi, Naren menghubungi pihak beasiswa. Ternyata sudah ada taxi yang menunggu Naren di depan bandara.

"Are you Naren?"

"Yes sir"

"Okay get in the car"

Naren masuk ke dalam taxi. Suasana taxi hening sang supir hanya diam jauh berbeda dengan supir taxi di Indonesia yang selalu bertanya.

Perjalanan ke apartemen Naren hanya ditemani musik pop amerika yang disetel sang supir.

Naren mendapatkan beasiswa fully funded oleh pemerintah Indonesia. Ia mendapatkan apartemen, uang bulanan, uang semester, dan uang penelitian yang kalau ditotalkan mencapai milyaran rupiah.

"Kita sampai"

Naren mengambil beberapa uang dollar di dompetnya yang sudah Ia tukar saat berada di Indonesia.

"Berapa pak?"

"Ah tidak, saya sudah dibayar"

"Makasih pak"

"Your welcome"

Naren menatap apartemen di depannya yang menjulang tinggi. Dari luar tampak mewah. Naren melihat nomor apartemen yang dikirimkan oleh pihak beasiswa.

Lantai 56 Kamar 511 pin 160124 apartemen Naren hanya menggunakan kata sandi tanpa kunci. Tanpa babibu Naren langsung masuk ke dalam apartemen dan menaiki lift.

Di dalam lift ada seorang pria paruh baya yang Naren yakini adalah penghuni apartemen ini.

"Kamu orang baru? Aku tidak pernah melihatmu"

"Ah iya saya mahasiswa dari Indonesia"

"Oh Indonesia semoga betah ya disini"

"Thank you"

Pria paruh baya itu mengangguk. Syukurlah dalam hati Naren Ia bertemu orang-orang ramah di Amerika karena sebelum ke Amerika dia takut bertemu Karens yang sedikit-sedikit meneriaki orang.

Pria paru baya itu keluar di lantai 49 menyisakan Naren sendirian di dalam lift. Tak lama kemudian Naren sampai di lantai 56. Ia bergegas mencari kamarnya dia sudah tidak tahan punggungnya sangat pegal.

"511 511 511 511" Naren bergumam sambil melihat-lihat nomor pintu kamar

"Nah ini dia" Naren langsung memasukkan pin kamarnya

Tit tut tit tut tit tut

Cklek

Naren berdecak kagum melihat kamarnya yang sangat bagus di tambah view jendela kaca yang menghadap kota Boston

Dari sini Naren bisa melihat pemandangan kota Boston malam hari yang sangat indah. Ratusan gedung pencakar langit berkelap-kelip sangat memanjakan mata bagi Naren yang pecinta skyscraper maklum skyacraper di Makassar tidak sebanyak di Boston

Kamar naren cukup luas dengan satu ranjang tipe 1, sebuah nakas, lemari pakaian, dapur mini dengan kompor, kamar mandinya juga memiliki bathub. Naren memutuskan untuk berendam di bathtub terlebih dahulu sebelum ke kasur. Dia tidak bisa menginjak kasur sebelum badannya bersih karena dia risih.

Naren berendam di air hangat sambil memainkan handphonenya.

"Ahhh surga enak banget" Naren menyadarkan tubuhnya mencari posisi ternyaman

"Astaga gue belum ngabarin mama" Naren langsung mencari nomor whatsapp mamanya

Tut tut tut

"Assalamualaikum Halo ma"

"Waalaikum salam halo kamu udah sampai ren"

"Sudah ma. Ini udah di apartemen Naren"

"Alhamdulillah, jaga diri disana ya nakku jangan lupa sholat"

"Iya ma, udah ya Naren lagi mandi"

"Iya nak assalamualaikum"

"Waalaikum salam"

Tut

Naren bangkit dari bathub dan membilas badannya dengan shower. Ia melilitkan handuk di pinggangnya.

"Ckk gue lapar lagi" Naren mengelus-elus perutnya yang rata

"Oh iya gue bawa Indomie" Naren membuka kopernya yang penuh dengan Indomie berbagai rasa. Koper Naren 70℅ Indomie 30℅ pakaian. Sebenarnya Naren tidak perlu membawa Indomie sebanyak itu karena di Amerika banyak supermarket yang menjual Indomie.

Naren memasak Indomienya dan menikmatinya di kursi yang menghadap pemandangan malam hari kota Boston yang sangat cantik.

Slurrrpp slurpppp

"Ahhhh" Naren menjilat piringnya tak ingin menyisakan bumbu indomienya sedikitpun. Memang varian mie goreng seenak itu. Satu porsi terlalu sedikit tapi dua porsi kebanyakan.

Setelah makan Naren mempersiapkan barang-barang yang akan dibawanya besok ke kampus. Besok adalah hari pertama Naren kuliah di Harvard. Hal itu membuatnya sangat bersemangat. Naren masih berasa mimpi bisa keterima di Harvard universitas terbaik di dunia.

Naren memutuskan untuk tidur. Ia melompat ke kasur merilekskan badannya yang seharian berada di atas pesawat.

Tbc
21/05/2022

Serenity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang