15

2.5K 180 33
                                    

Sudah satu minggu sejak kejadian penolakan William oleh Naren. Sejak saat itulah Naren tidak pernah lagi melihat William, baik di apartemen maupun di kampus.

Naren sempat bertanya kepada Sofia kemana William. Ternyata selama ini William bermalam dirumah mamanya.

Sebenarnya Naren merindukan William. Ada yang hilang di hatinya semenjak kepergian William.

Naren sedang berada di dalam lift apartemen. Dari kejauhan dia melihat William yang berjalan dari kejauhan dan memasuki lift.

William tidak menoleh bahkan melirik sedikitpun ke arah Naren. Naren merindukan sosok Willian yang dulu yang selalu peduli dengannya walau sikapnya tetap cuek. Tapi sekarang William bahkan menganggapnya tidak ada.

Naren berdiri di belakang William yang menjulang tinggi di depannya. Beberapa kali Naren ingin menyentuh William mengajaknya berbicara tapi dia urungkan karena takut.

Ting

Pintu lift terbuka.

"Will" Ujar Naren pelan

William tak menghiraukan Naren dan berjalan keluar lift.

***

"Ren lo kok akhir-akhir ini kek orang gak punya semangat hidup kenapa lo" Ujar James melihat Naren yang lesu.

Naren menggelengkan kepalanya dan kembali menelungkupkan wajahnya di meja.

"Kita ke club deh happy happy supaya stress lo hilang ntar gue ajakain Ethan sama Robert dan Max"

Naren hanya mengangguk.

***

Naren sedang duduk di bangku taman Harvard sendirian. Suasana agak sepi. Naren berusaha menenangkan diri untuk melupakan William. Karena wajah William selalu ada di pikirannya.

Dari kejauhan Naren melihat William sedang duduk bersama wanita. Wanita yang sama yang pernah ke apartemen William. Dan yang lebih mengejutkan lagi William mencium wanita itu.

Naren langsung memalingkan wajahnya. Entah kenapa dia tidak sanggup melihat William mencium orang lain. Padahal dia jugalah yang menolak William.

***

Di club suasana sangat ramai dengan musik DJ yang sangat nyaring. James, Robert, dan Max sedang berjoget, sedangkan Naren dan Ethan hanya duduk.

"Lo kenapa" Tanya Ethan kepada Naren.

Naren hanya menggelengkan kepala.

"Lo mau minum"

"Gue gak minum"

"Alah sekali-kali buat dosa gapapa kali, hidup cuma sekali nah" Ethan memberikan gelas kecil kepada Naren. Naren memandang gelas tersebut sebentar lalu mengambilnya.

"Udah minum coba rasain"

Dengan ragu Naren memasukkan bir itu ke dalam mulutnya. Seketika Naren langung ingin memuntahkannya karena pahit getir. Namun, langsung di tahan Ethan.

"Telen"

"Gimana?" Ujar Ethan tertawa.

"Pahit banget"

"Awalnya aja lama kelamaan nikmat kok" Ethan menuangkan bir lagi ke gelas Naren.

Cheerrrs

Naren mendentingkan gelasnya ke gelas Ethan.

Entah ini sudah botol ke berapa, kepala Ethan sudah mulai pusing tapi Naren terus menuangkan bir ke gelas mereka berdua. Ethan terkejut karena Naren tidak mabuk-mabuk untuk seorang pemula toleransi alkohol Naren cukup tinggi.

Serenity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang