8. Jadian

49 41 2
                                    

Penghuni satu sekolah heboh melihat Neil satu mobil dengan Titan dan Tara. Dia hanya menunduk, berjalan secepat mungkin menghindari banyak sorotan mata yang tertuju padanya.

“Wahhh lucunya...gemeshh” Tara yang sungguh bahagia melihat sisi berbeda dari Neil.

“Tannnn!” Panggil Acung.

Titan hanya menoleh dan melanjutkan langkah kakinya menuju kelas.

Acung berlari mengejarnya, seketika Titan juga ikut berlari.

Akhirnya mereka kejar-kejaran tanpa tahu apa penyebabnya.

Acung berhenti berlari sangat ngos-ngosan di koridor kelas,
“Huh, huh, huh, stop Tan! Ayang Ecek gue ada ngechat lu ga? Nelpon gitu?” tanyanya menunduk lemas.

“Hah, Rubik? Ada sih” sahut Titan sibuk mengelap keringatnya dan perlahan melepas kancing bajunya.

“Binik gue bilang apa? Ada nanya-nanya gue ga?” tanya Acung.

“Ga tau, langsung gue block dia, ganggu aja gue lagi semedi” balas Titan pergi masuk ke kelas.

“Aishh putus lagi dah gua! Ga pengertian amat sih jadi kawan!” sahut Acung sebal.

❄️❄️❄️

Di jam istirahat terakhir, biasanya Tara sibuk mengantre makanan di kantin, tetapi hari ini dia langsung bergegas ke lantai 2 mencari Neil.

“Tara? Cari Neil ya?” tanya sandro.

“Iya kak, kok ga keliatan ya?”

“Dia ke ruang Seni sebentar, ada urusan”

“Ohh” Jawabnya singkat dan tanpa ragu masuk kedalam kelas Neil.

“Hmmmm sudah ku dugong, masih kosong bukunya” Tara mengeluarkan buku catatan Neil dan mengcopy catatan tentang pelajaran hari ini, dari buku Sandro. Dengan santainya dia menulis di buku Neil tanpa memperdulikan penghuni kelas Neil yang sedari tadi memperhatikannya.

 Dengan santainya dia menulis di buku Neil tanpa memperdulikan penghuni kelas Neil yang sedari tadi memperhatikannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat itu Sandro hanya terbengong menunggu sampai Tara selesai menulis.

Tidak lama, Tara merenggangkan badannya, “Selesai!” ucapnya.

“Tara? Ngapain disini?” panggil Neil pelan sangat was-was.

“Ga ada! Kak Neil udah makan?” Sahutnya mengalihkan pembicaraan.

“Belom, kenapa?”

Tara bergegas membuka bekal yang ada di laci meja Neil, “Aaaaaaa”

“Waduh salah jawab gua” gumam Neil sembari melahap suapan dari Tara.

“Cieeee Neil...., pipiewww pipieww minimal kemek-kemek lah Neil” sorak teman-teman sekelas Neil menggoda mereka berdua.

Warm Ice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang