21. Es yang hangat (2)

17 14 4
                                    

Terlihat para tenaga medis melepas semua alat bantu pernapasan Titan. Bahkan brace di leher Titan juga ikut di lepas, Tara sangat kebingungan melihat pemandangan itu.

“Bunda...,Kenapa dokter ngelepas semuanya? Mas Titan sudah sadar? Ester? Kenapa diem aja? Nanti leher Mas Titan sakit... jangan dilepas! Terus Mas Titan nafas pake apa? Kenapa selangnya di lepas! Dokter tolong pasang lagi!” ucapnya memohon-mohon seraya memegangi tangan kakaknya yang sudah dingin.

Buk Thea menghampiri Tara dan memeluknya, “Tara, Mas Titan sudah ga sakit lagi..., dia sudah sembuh..., ikhlaskan dia ya” Ucap Bu Thea matanya sangat sembab berusaha tegar mengelus-elus pundak Tara.

Tangisan Tara mulai pecah, air matanya terus mengalir, dia menangis meraung-raung,

“Engga! Mas Titan ga boleh pergi! Mas Titan pasti bisa bangun lagi! Mas Titan kuat... Mas Titan bangun!” Tara yang masih saja berusaha membangunkan Titan menggenggam tangannya sangat kuat.

Tann... Kenapa secepet ini..., gue baru aja liat lo sembuh dari trauma lo, Tan.. gue ga mau percaya lo pergi secepat ini...bangun Tan.. ayo main warnet lagi.., ayo tatoan lagi, Pak Seniman kangen sama lo” gumam hati Acung. Terduduk lemas di luar ruangan, dia tak sanggup melihat Titan, air matanya sangat deras bercucuran. Hatinya sangat hancur kehilangan Titan sahabat satu-satunya.

Sandro terus menyeka air matanya, memandangi jasad Titan yang sudah terbujur kaku, “Bang..., Kalo gue tau lo pergi secepet ini, gue bakal ngasih lauk ayam goreng gue buat elo setiap hari, Bang..., Bisa ga sih lo bangun lagi, gue belom sekeren elo Bang maen basketnya, gue.., gue, belom ganteng kayak elo Bang, ntar siapa yang ngelatih kita-kita kalo elo pergi” gumamnya, Dia yang langsung datang kerumah sakit melihat Titan untuk terakhir kali.

Rubik merintih menangisi Titan, dia terduduk di sudut ruangan rumah sakit, mengepalkan jarinya, menangis bercampur dengan perasaan kesal, “Tan, kenapa nyusul Aletta sih! kenapa kalian ninggalin gue? gue kira elo bakal kawin sama adek gue..., Kenapa elo ninggalin Ester juga! Brengs*k lo! Bangun ga! Ntar siapa yang ngingetin gue kalo gue nakal, temen gue yang baik kenapa pada pergi ninggalin gue!” gumamnya.

Kak Titan....,apa ini nyata? Aku bermimpi kan? Rasanya baru kemarin kita bertemu, katanya kamu mau jadi dokter, cepat bangun aku akan mendukungmu! Aku ga akan mencubitmu lagi, jadi bangun Kak Titan” Ester tidak bisa membendung air matanya lagi, menangis, menggenggam tangan Titan yang dingin itu.

Tampak Pak Adhara mengelus-elus kepala anak sulungnya, merapihkan rambutnya, mencium keningnya dan memeluknya sangat lama, Air matanya tak mau berhenti berjatuhan dia sangat-sangat kehilangan, “Anakku, Kenapa malang sekali..., Papa baru saja melihat mu tersenyum lepas lagi, maafkan Papa karena menarikmu kedalam masalah orang dewasa maafkan Papa nak” ucap Pak Adhara menangisi anak sulungnya.

Titanku, anak Bunda, anak bunda yang sangat pintar, yang selalu membuat bangga, yang selalu mendapat juara, anak.. anak...anak Bunda yang sangat hangat hatinya... kamu sudah berjuang melawan rasa sakit itu anakku, kamu sudah sehat, ga sakit lagi.....Titan anakku, tenang disana ya nak... Bunda akan selalu mendoakan mu” gumam Bu Thea yang sangat lama mencium kening Titan dan mengelus pipinya dengan lembut.

Tara sangat terpukul menerima kenyataan itu, tatapan matanya sangat kosong, air matanya terus menetes, bahkan dia tidak sanggup mendekati jasad Titan.

Iring-iringan mobil jenazah yang membawa Titan menuju rumahnya sangat ramai. Tampak seluruh teman sekelasnya dan anggota club basket sekolah mengiringinya dari belakang. Dirumah, juga sudah sangat ramai, guru-guru, para Titanus, teman sekelas Tara, serta para anggota mafia Pak Adhara.

Bahkan sampai Titan pergi, kita ga tau siapa sosok dibalik Estremos, pasti dia sangat terpukul, walaupun kita potek, tapi ga nyangka, dia yang gue crushin pergi secepat ini”

“Emak Bapaknya sih yang lebih terpukul”

“Iya..., Ngeliat Titan bucin banget kalau update sosmed”

“Bukan yang di acara prom night itu?”

“Bukanlah, mana mungkin Titan sukak sama bocil! Palingan itu dia nyewa doang!”

“Ga nyangka gue dateng kerumah Titan yang Segede gaban ini  bukan jadi mantu, tapi karena ngelayat

“Hush! Orang nya udah ga ada jangan di gosipin!”
Suara-suara para Titanus yang sedang melayat kerumah Titan.

“Bu Thea... Maaf...., Maafkan anakku” Ibu Neil juga datang untuk memberikan belasungkawa.

Bu Thea tersenyum dengan wajah sembabnya yang penuh linangan air mata,

“Suamiku sudah menjelaskan semuanya Bu.. jadi anakmu tidak bersalah, jangan menyalahkannya ya..., doakan anakku tenang disana” sahutnya. Ibu Neil langsung memeluknya, menenangkan Bu Thea.

Nak Titan..., ternyata kamu orang yang selalu di ceritakan Aletta dulu. Anak yang membuat Aletta selalu bersemangat saat melukis, tenang disana... maafkan Neil, karena dia terlalu polos, dan gampang di manipulasi. Nak Titan... Kamu anak baik” gumam hati Ibu Neil.

Tidak lama, Titan selesai di mandikan dan di kafani.

“Tara..., ayo cium Masmu untuk yang terakhir kalinya” Pinta Bu Thea.

“Bunda...Tara ga kuat...Tara ga mau...Bun”

Ester menghapus air mata Tara dan menariknya mendekati Titan.

“Tara, kalau kamu ga mau cium, nanti kamu nyesel..., ini kali terakhir nya kamu melihat Kak Titan..., cium yah” bujuk Ester.

Tara menganggukkan kepalanya,
Mas Titan, Kakakku satu-satunya, bagaimana bisa aku menjalani hari-hari ku tanpamu? Mas Titan..., wajahmu sangat dingin... Sulit sekali mengikhlaskan mu pergi..., Mas Titan, lihat aku dari atas sana ya, lihat aku membahagiakan Papap dan Bunda. Kakakku tersayang..., Tenang disana” gumam Tara dalam hati. Dia langsung mencium kening, dan kedua pipi Titan. Dia juga memeluknya untuk yang terakhir kalinya.

Titan akhirnya dikebumikan tepat di samping makam Aletta.

Selama Titan tiada, Tara selalu tidur di kamar Masnya. Dia tidak bisa melupakan setiap momen bersama Titan, keluarga itu sangat-sangat kehilangan. Sebulan setelah kepergian Titan, Pak Adhara memutuskan menjual saham perusahaan nya dan memulai hidupnya yang baru bersama keluarganya di luar negeri. Demi kebaikan anak dan istrinya, dia takut kejadian seperti Titan terulang kembali kepada mereka.

Bu Thea setiap malam juga selalu menangis, rumah itu memiliki banyak kenangan bersama Titan, mau tidak mau keputusan itu harus di ambil oleh mereka untuk melupakan semua kesedihan  itu.

Sementara Neil dibebaskan dari penjara karena terbukti tidak bersalah, dan Gema dijatuhi hukuman seumur hidup karena kasus pelecehan dan pembunuhan berencana. Sedangkan Pak Cipto dijatuhi hukuman mati, akibat kasus Ancamannya terhadap Pak Dirgan, kasus pembunuhan berencana dan penculikan Ester yang dijadikan sebagai pancingan untuk mengelabui Titan.

Didalam sel, Gema terus menundukkan kepalanya, meratapi semua kesalahannya, satu persatu air matanya mulai menetes,
Tan..., Kalau seandainya waktu itu elo ga jatuh cinta sama Aletta dan elo juga bukan anak Om Adhara, mungkin...kita bisa berteman baik bukan? gue semakin ngebenci diri gue sendiri Tan, setelah Aletta pergi, dan gue ga terima kalo lo hidup bahagia dan ngelupain Aletta gitu aja, tapi sekarang gue sadar Tan, gue salah, gue nyesel, padahal dulu gue menghalangi Om Dirga karena gue masih nganggep lo temen. Ga kusangka peluru itu nyasar ke Aletta, gue bodoh! Memang Bodoh..., Tan! Gue bakal Nebus semuanya di dalem sel ini, maafin adek gue yang keseret kedalem masalah ini, maafin gue yang ga pantes dapet maaf dari elo”  gumam Gema dalam hati, tiba-tiba menangis terisak-isak.

Kulkas yang dingin sekarang sudah mati, kulkas itu sudah menjadi hangat..., tidak menghasilkan es lagi. Seperti Titan yang sudah pergi dengan hati hangatnya.

Orang-orang dewasa, kadang lupa kalau mereka sudah dewasa, dengan gampangnya mereka menjudge, membanding-bandingkan, menanamkan rasa dendam, kepada anak kecil. Jangan jadi dewasa atau tua yang menyebalkan. Karena, bukan kalian saja yang hidup di dunia ini, jadi jangan seenaknya.

Bersambung

Warm Ice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang