20. Es yang hangat

16 15 7
                                    

Bahkan saat itu aku sampai lupa semua tentang Aletta, tentang rasa sakit itu, tentang mimpi menyeramkan itu. Ester membuat ku keluar dari kegelapan itu, akhirnya aku pelan-pelan menemukan cahaya hidupku.

Itu yang membuatku lebih mencintai Ester di bandingkan Aletta. Aku sadar, kisahku dengannya yang tragis itu, harus ku lupakan dan aku harus membuka lembaran baru hidupku. Sayangnya baru saja aku ingin mengenalkan Ester ke kamu Aletta dan mengunjungi makammu bersamanya, tetapi aku berakhir disini.

Sekarang, aku sangat merindukan Esterku, anak polos yang sangat-sangat ku cintai.

“Kak Titan, Kak Titan pasti bisa bertahan, aku bakal sering dateng kesini, melihatmu, mengajakmu berbicara, aku sayang...Jadi bangun”

Lega sekali rasanya mendengar suara mu, aku sangat-sangat bersyukur karena kamu tidak berakhir seperti Aletta. Aku mendengar mu Ester, sangat dengar, ingin sekali aku menghapus air matamu dan memelukmu. Aku sangat-sangat ingin bangun, membuka mataku, menjalani hari-hari bersamamu. Tapi apa dayaku, sekujur tubuhku mati rasa. Kapan aku akan terbangun pun Aku tidak tahu atau aku akan mati? Tuhan, apakah ini permintaan dari Aletta? Apakah waktuku sudah mau habis?

Tuhan, Ku mohon.... beri aku waktu sekali lagi, aku ingin sekali sekali merasakan cahaya itu sangat lama.

********

Tara mendatangi kantor polisi tempat Neil, Gema dan Pak Cipto di tahan. Pak Adhara sudah membereskan semuanya, dia juga mengumpulkan bukti-bukti setahun lalu mengenai pembunuhan Aletta, pengancaman Pak Dirgantara dan pemalsuan kematian mereka berdua.

“Kak Neil, aku denger semuanya dari  Papap! Kenapa kamu menyerahkan dirimu ke polisi? Apa benar kamu terlibat?” Tanya Tara dari balik jeruji besi.

Neil hanya diam menganggukkan kepalanya.

“Dasar bodoh!” celetuk Tara sangat kesal.

“Apa? bodoh?  Kakakku dibunuh Ayahmu Tara! Bagaimana bisa aku diem aja, aku bahkan baru saja bertemu dengannya waktu itu, kematian nya sangat mendadak untukku!”

“Bukan Papaku yang ngebunuh Kak Aletta! Kamu bisa tanya Mas Titan dulu atau Papap ku langsung! Bukan bertindak bodoh begini!”

“Jadi siapa sebenarnya yang bunuh kak Aletta?”

“Kak Aletta tertembak sama peluru Ayahmu sendiri, awalnya sasaran ayahmu Kak Titan, tapi Gema menghalangi nya, jadi menyasar ke Kak Aletta. Bahkan kamu aja ga tau kalau Ayahmu juga mafia seperti ayahku kan?! Kamu tidak bertanya dulu ke Ibumu! Padahal ibumu tau semuanya!”

“Lantas kenapa Gema meyakinkanku?”

“Kak Gema memperalat mu! Dia dendam sama Mas Titan! Ga habis pikir! Padahal Mas Titan dan keluarga ku baik ke kamu Kak Neil! Bisa-bisanya kamu percaya Mas Gema! Mengecewakan!”

Neil gemetar, menoleh ke Mamanya yang berdiri tepat di samping Tara, “Ma...apa yang dibilang Tara itu bener Ma?” tanyanya.

“Iya Neil, Mama kecewa sama kamu, kenapa kamu bertindak bodoh begitu?” Sahut Ibu Neil.

“Mas Titan sekarang harus berjuang lagi, padahal baru aja aku liat Mas Titan bahagia, sudahlah Kak Neil, kita sudahi saja, aku tidak bisa bersama orang yang sudah menyakiti keluarga ku”

“Tara! Tapi bukan aku yang nembak Bang Titan..., aku di jebak Tara!”

“Jadi siapa? Kenapa kamu menyerahkan diri? Apa ini ulah Kak Gema?”

“Bukan, bukan Bang Gema yang nembak, tapi adik tirinya, anak angkat Pak Cipto, Azef, temen sekelas mu”

“Hah! Azef? Ga mungkin!”

“Aku bahkan belum melepaskan pelatuk pistol ku Ra, tiba-tiba suara tembakan  muncul dan menembak Bang Titan”

“Dimana Azef sekarang?” tanya Tara.

“Dia di bebaskan, karena masih di bawah umur. Hukumannya di tanggung Pak Cipto, Ayah angkatnya”

Tara seketika menghela nafas, wajahnya tampak lelah sekali, matanya mulai berkaca-kaca.

“Sebelum ayahmu datang membereskan semua ini, aku diancam mereka, aku disuruh menyerahkan diri, maaf in aku, aku memang mengecewakan dan ga pikir panjang” sambung Neil.

“Dasar Bodoh! Disini saja kamu meratapi kebodohan mu itu! gara-gara semua ini Mas Titan....., Mas Titan Koma!” Tara menangis tersedu-sedu didepan Neil.

Neil memegang tangannya yang sedang memegangi jeruji besi di hadapannya,

“Maafin aku, maafin aku Tara, maafin aku”

Tiba-tiba Acung dari kejauhan berlari menghampiri Tara, “Tara! Huh huh huh” jerit Acung ngos-ngosan.

“Mas Acung?” jawab Tara Kaget melihat Acung tergesa -gesa.

“Titan! Titan!”  Acung terbata-bata.

Pak Adhara menghampiri Tara dan melirik ke Neil dingin,
“Tara..., Ayo kita pulang, Titan sudah menunggu” ucapnya.

Pak Adhara, Tara, dan Acung pergi dari sel tahanan, menuju ke rumah sakit tempat Titan di rawat.

Tuhan, jika engkau tidak memberiku kesempatan lagi, tolong sekali, jaga orang-orang terdekat ku, keluarga ku, Tante Mira, Acung, Rubik, dan Esterku. Pastikan mereka hidup bahagia, maka aku akan lega.

Teruntuk Papap dan Bunda terimakasih, sudah sabar menghadapi kenakalanku, sabar merawat ku ketika aku meraung-raung saat traumaku kumat, dan Bunda yang selalu menggorengkan ayam ketika aku ngidam.

Tara adikku, jangan merasa sendiri dirumah, sering-sering ajak Ester menginap kalau kesepian ya. Acung dan Rubik sahabat koplakku, semoga langgeng sampai kakek nenek, maaf kalau aku masih sering dingin ke kalian. Dan Neil, orang yang sudah ku anggap seperti adikku, aku mempercayaimu, entah kenapa aku mulai merasa iba padamu waktu itu, jaga adikku untukku ya.

sekarang masih saja ku dengar Ester menangisi ku, aku tidak bisa menghapus air matanya. Untuknya, semoga dia menemukan seseorang yang lebih menyayangi nya di banding aku. Menemukan sosok yang lebih baik dariku. Terimakasih Esterku, walaupun cuma sebentar kamu adalah orang terakhir yang ku cintai. Beruntung bertemu dengan mu dan mengenal mu.

Ester, asal kamu tahu, candaan ku tentang kehamilan mu, sangat ingin ku wujudkan jadi kenyataan di masa depan kita. Esterku, terimakasih sudah selalu mengunjungi ku, walaupun aku tak kunjung bangun.  Sekarang, sangat sesak Ester, sangat sesak, kakiku sepertinya mulai kaku. Bahagia ya....., tanpaku.

Aku, Titan Adhara Andromeda pamit.

Bip....bip...bip....biiiiiiiiiiiiiiiiiiiip

suara sensor vital Titan untuk yang terakhir kali.

Aletta, Gema, kita  telah menjadi korban ketidakdewasaan orang-orang dewasa itu.

Bersambung

Warm Ice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang