9. Hamil

39 35 1
                                    

"Kak Titan!" Teriak Ester dari kejauhan langsung berlari menghampiri Titan yang sudah tidak berdaya di pinggir jalan.

"Kak! Bangunnn! Kak Titan! Duh pingsan lagi" Ester memayungi Titan dan memangku kepalanya.

Dia membawa Titan kerumahnya dengan bantuan orang-orang sekitar.

"Hmmm badannya panas banget, kompres aja cukup ga yah? Kak Rubik sama Bang Acung ga balik-balik lagi panggil dokternya" keluh Ester yang bolak-balik memeriksa kompres Titan.

"Ganteng banget diliat dari deket gini...., hush Ester! Ga boleh gitu" Gumamnya yang terus memandangi Titan yang tergeletak di sofa rumahnya.

Tiba-tiba Titan membuka matanya,
"Hmmmh"

"Kak Titan? Sudah sadar, Alhamdulillah..., ini minum dulu kak, pelan-pelan duduknya"

"Siapa yang ganti baju gue? Elu!" Titan yang merasa ternodai, menutupi badannya.

"Eh...Bukan aku kok kak, tapi Bang Acung yang ganti, pake baju dia"

"Acung? Kok bisa kenal sama Acung?"

"Kan Bang Acung pacar kakakku...kak Rubik"

"Hah? Lu adeknya Rubik ternyata! Bocil kematian yang dulu sukak ngaduin gue sama Rubik ke Tante Mira, pantesan aja lu temenan sama Tara, ternyata sama-sama bocil kematian"

Titan berusaha bangkit dari sofa rumah Ester, "Eh hati-hati kak! Pelan-pelan" ucap Ester panik yang melihat Titan masih sempoyongan setengah sadar.

"Gue bisa sendiri! Minggir!"

Bruk!

Mereka berdua terjatuh di atas sofa.

"Cup!"

Bibir Ester tidak sengaja menabrak bibir Titan, badannya mengunci pergerakan Titan karena menimpahnya.

Deg

Mereka terdiam beberapa detik dengan bibir yang masih sing menempel. Ester melihat tatapan mata Titan sangat dekat, begitu pun sebaliknya, wajah mereka seketika memerah.

"Es...! Ester buka pintunya dek!"

Seketika Ester langsung bangkit dan pergi membuka pintu.

"Dokternya ga ada yang bisa datang kemari, jadi kami beli obat demam di apotek..., Nih minum dulu obat lo Tan!" ucap Rubik.

"Makasih, sorry ngerepotin" Sahut Titan pelan dengan wajah memerah.

"Nih obat lo yang ini diminum juga, sakit lagi telinga lo?" Tanya Acung.

Titan hanya menganggukan kepalanya.

Rubik mengerutkan dahinya,
"Dasar manusia kulkas! Eh? Itu adek gue kenapa dah nemplok didinding kek orang stres" tanyanya heran melihat Ester yang merona, membisu disudut ruang tamu.

"Bibir ku ga pw lagi" gumam Ester.

"Merah banget muka lo Tan, buruan minum tuh obat! Tadi gue udah nyuruh Mama ngabarin bokap lo, kemungkinan bentar lagi di jemput sama Om Adhara"

Titan meminum obatnya sembari memperhatikan Ester yang masih saja salting di hadapannya.

"Ayang Ecekkk, ga jadi deh kita ke festival... Deres bangett" ucap Acung mencubit pipi Rubik.

"Ga papa Ayang Acungku cayang, besok aja masih bisa" sahut Rubik membalas cubitan pipi Acung.

"Hooiii! Dilarang mesra-mesraan di depan gue!" ucap Titan yang tengah sibuk meminum obatnya.

"Cih!" Balas Acung mengangkat bibir atasnya.

"Emm Kak Rubik! aku balik ke kamar ya..., Mau belajar, bye!" Ester berjalan secepat kilat pergi dari hadapan Titan.

Warm Ice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang