15. Tentang Titan (2)

17 14 4
                                    

Gema mengambil kertas gambarku melihatnya dengan ekspresi penuh kebingungan, dia mengerutkan dahinya, "Hahahaha Tan! Ya kali awan warnanya ijo! Ya biru lah atau ga di campur putih dikit"

"Cih! Itu ceritanya awannya lagi ikut program penghijauan, jadi warnanya ijo, ga ada yang bisa ngelukis sejenius gue!" Sahutku sangat percaya diri.

Aletta geleng-geleng kepala melihatku, dia melihat sangat teliti lukisan yang kubuat, "Titan, ini kok rumput nya warna item? Biasanya kan ijo atau kekuningan dikit"

Akupun beranjak dari posisi ku yang sudah pw, "Jadi gini, awan ikut penghijauan setelah ngeliat rumput-rumput di bawah gosong kebakar, dia ikut penghijauan, supaya awan bisa jaga diri biar ga ikut gosong juga macem rumput! Vakham?" jawabku.

Setelah mendengar jawabanku Gema ngakak brutal, "Hahahaha Titan, Titan, ada-ada aja lo ya! ngakak brutal gue, gambar ga mikir estetika tapi sebab akibat hahaha"

Aletta menghela nafas, "Hmmh Titan..., terserah mu ya.., selesaikan gambarnya" ucapnya menatapku heran.

"Aletta, Titan, gue balik dulu ya..., Bokap gue ntar marah kalo gue lama-lama main, Tan! Titip Aletta ya!" Gema yang langsung pergi meninggalkan kami berdua.

"Hati-Hati Gema" sahut Aletta melambai-lambaikan tangannya.

Setelah Gema pergi, Aku dan Aletta lanjut melukis lagi.

Aku melirik lukisan Aletta, lukisan alam yang sangat-sangat indah, dia seperti sudah pro,
"Lukisan lo bagus, macem Air terjun asli" ucapku.

Aletta tersenyum menoleh ke arahku,
"Ohya? syukur deh kalau kamu bilang gitu, ohya, fun fact aku cuma bisa lukis alam, aku belum mahir ngelukis wajah orang atau gambar sketsa wajah gitu" sahutnya.

"Coba lukis gue sekarang!"

"Ga mau!"

"Kenapa? Gue jelek ya? Padahal satu sekolah pada bilang gue ganteng"

"Ga gitu..., Aku takut hasilnya jelek..ntar kamu ngetawain aku"

"Enggaklah, gue ga gitu kok orangnya, lagian gue ga ngerti seni ginian"

"Ntar kalo aku sudah mahir baru aku ngelukis wajahmu! Kamu harus jadi yang pertama aku lukis"

"Janji?"

"Janji!" sahutnya tersenyum bahagia.

"Eh ayam goreng tuh? Bawak ayam juga ternyata"

"Iya kamu mau?"

Dengan segera aku menganggukkan kepala. Hahahaha aku selalu tidak tahan kalau melihat ayam goreng, mau masakan siapapun itu, pasti kepengen makan.

"Enak! Kamu yang masak?"

"Di bantu Mama juga! Eh? Kamu manggil aku kamu?"

"Oh iya kebawak suasana, baku banget sih kamu ngomong nya kayak Tara adikku"

"Ga tau emang gini dari lahir, ohya? Jadi pengen ketemu Tara, kira-kira Tara kulkas juga ga ya seperti mu?"

"Nanti aku kenalin kalo kalian ketemu, Kamu setiap hari kesini?"

"Iya setiap pulang kursus sama sekolah, Mama selalu buatin bekel, aku ga sanggup ngabisin ya disekolah, jadi Aku di bantu sama Gema ngabisin disini, sambil gambar atau ngelukis"

"Ooh, anak baik" sahutku.

Sejak saat itu, setiap sore, aku menemui Aletta dan Gema di Padang rumput itu. Kami melukis, makan, bercanda, berbagi cerita bersama. Sampai tak terasa kami sudah mau lulus SMP.

"Woi! Aletta! Cih! Kan udah gue bilang elo itu ga cocok ngelukis! Lukisan lo itu jelek!"

"Bruk! Bruk! Bruk!"

Warm Ice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang